Bantu Antisipasi Risiko Kerugian, Ini Panduan Memahami Max Drawdown untuk Investor

Di dunia investasi, kerugian tentu menjadi mimpi buruk yang sebisa mungkin akan dihindari oleh para investor. Hanya saja, merupakan prinsip investasi, investor harus bersiap menghadapi risiko penurunan harga yang tinggi jika ingin mendapatkan potensi keuntungan yang tak kalah tingginya. 

Tapi, tahukah kamu jika ada indikator yang mampu memberi tahu risiko kerugian maksimal yang bisa diamati oleh investor dari titik puncak sampai titik terendahnya? Indikator tersebut disebut dengan istilah max drawdown atau bisa juga disingkat sebagai MDD. 

Lalu, seperti apa sih pengertian lebih lanjut dari indikator max drawdown ini? Nah, sebagai panduan untuk memahami tentang apa itu max drawdown, termasuk rumus hitung, contoh, hingga bedanya dengan drawdown, simak penjelasan berikut ini. 

Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya!

Mulai Berinvestasi Sekarang!  

Pengertian Max Drawdown

loader

Max drawdown atau penurunan maksimal adalah kerugian maksimal yang bisa diamati dari titik puncak sampai titik lembah dari sebuah portofolio investasi sebelum titik puncak tertinggi baru dicapai. Max drawdown juga bisa dipahami sebagai indikasi risiko penurunan harga selama kurun waktu tertentu. 

Max drawdown atau MDD bisa dijadikan sebagai alat ukur yang berdiri sendiri ataupun dijadikan sebagai data yang digunakan di metrik lain. Contoh penggunaan max drawdown di metrik lain adalah di Calmar Ratio dan return over max drawdown.  

Penggunaan Indikator Max Drawdown

Di dunia investasi, max drawdown adalah pengukur spesifik dari drawdown yang mencari pergerakan terbesar dari titik tinggi ke titik rendah sebelum titik tertinggi yang baru dicapai. Akan tetapi, penting dipahami jika indikator ini hanya menilai ukuran kerugian terbesar tanpa mengetahui frekuensi terjadinya. 

Karena hanya mengukur penurunan terbesar, max drawdown tidak mengindikasikan lama waktu yang dibutuhkan investor untuk bisa pulih dari kerugian tersebut. Pun penggunaan indikator ini tak memberi jaminan apakah pengembalian kerugian dari penurunan maksimal tersebut pasti didapatkan investor atau tidak. 

Menggunakan indikator max drawdown bisa membantu investor untuk mengetahui risiko relatif antar saham ketika sedang memilahnya. Alasannya karena indikator ini berfokus pada pemeliharaan modal yang menjadi kunci penting bagi kebanyakan investor. 

Sebagai contoh, strategi screening pada 2 saham bisa memberikan hasil rerata performa yang sama bagusnya, termasuk terkait volatilitas dan potensi error. Tapi, max drawdown dari keduanya bisa sangat berbeda jika dibandingkan dengan tolok ukur yang ada. 

Ketika menganalisis saham melalui indikator ini, nilai max drawdown yang rendah menunjukkan potensi yang lebih menarik karena menunjukkan risiko kerugian lebih kecil. Jika sebuah investasi tak pernah menghasilkan kerugian, artinya angka max drawdownnya adalah nol. Sementara untuk max drawdown terburuk yang mungkin terjadi adalah -100 persen yang berarti investasi tersebut sama sekali tak bernilai. 

Tentunya, penggunaan indikator ini wajib dilakukan dengan sudut pandang yang tepat agar hasilnya maksimal. Terkait hal tersebut, perhatian khusus terhadap periode waktu harus dipertimbangkan ketika menjadikan max drawdown sebagai indikator kerugian sebelum berinvestasi.

Rumus Hitung Max Drawdown dan Contohnya

Rumus menghitung max drawdown sebenarnya cukup mudah, yaitu:

MDD = (Nilai Terendah – Nilai Tertinggi)/Nilai Tertinggi

Sebagai contoh, kamu mempunyai portofolio investasi di mana nilai awalnya sejumlah 10 juta. Selang beberapa bulan kedepan, nilai portofolio tersebut mengalami pergerakan sebagai berikut. 

  • Bulan pertama: 10 juta (Titik awal)
  • Bulan kedua: 12 juta (Titik puncak)
  • Bulan ketiga: 8 juta (Titik lembah)
  • Bulan keempat: 11 juta
  • Bulan kelima: 13 juta (Mencapai titik puncak baru)
  • Bulan keenam: 9.5 juta

Mengacu dari contoh tersebut, bisa dilihat jika portofolio investasi mencapai puncak tertinggi di bulan kedua dengan nilai 12 juta, lalu menurun ke nilai lembah terbawah bulan ketiga senilai 8 juta. Sehingga, drawdown paling besar yang dialami adalah dari 12 juta ke 8 juta.

Nah, perhitungan max drawdown atau MMD berdasarkan contoh di atas adalah:

MDD = (Nilai Terendah – Nilai Tertinggi)/Nilai Tertinggi

MDD = (8 juta – 12 juta)/12 juta 

MDD = -4 juta/12 juta= -0,333 atau -33,3 persen 

Dari perhitungan tersebut, terlihat jika nilai max drawdown adalah negatif karena menunjukkan kerugian atau penurunan.

Beda Max Drawdown dengan Drawdown

Setelah memahami penjelasan di atas, beberapa dari kamu mungkin masih bingung membedakan antara max drawdown dengan drawdown. Mengacu dari beberapa aspek, keduanya memiliki perbedaan yang sebenarnya tidak sulit untuk dimengerti, antara lain:

Aspek

Max Drawdown

Drawdown

Pengertian

Kondisi drawdown paling besar yang pernah terjadi di kurun waktu atau periode tertentu

Penurunan dari titik puncak ke titik lembah selama kurun waktu tertentu pada sebuah portofolio investasi maupun akun trading

Manfaat Pengukuran

Mengetahui ukuran terbesar dari titik puncak ke titik lembah sebelum titik puncak yang baru muncul

Mengetahui ukuran seberapa jauh titik portofolio atau akun investasi sudah jatuh dari titik puncak terakhirnya

Frekuensi Terjadi

Sekali selama kurun waktu tertentu, yakni ketika kerugian paling besar terjadi

Bisa terjadi beberapa kali berdasarkan dari fluktuasi nilai portofolio maupun akun

Konteks Penggunaan

Memberi gambaran mengenai risiko downside paling buruk yang bisa saja dihadapi

Memberi gambaran mengenai penurunan sementara dari nilai portofolio atau akun investasi

Memahami Max Drawdown Bantu Investor Pahami Risiko Investasi dan Mengantisipasinya

Sebagai indikator yang menunjukkan tentang risiko penurunan harga terburuk yang mungkin terjadi, max drawdown adalah hal yang wajib dipahami setiap investor. Khususnya yang berinvestasi di instrumen berisiko tinggi seperti saham, indikator ini menjadi kunci manajemen risiko agar bisa mengantisipasi dan menyiasatinya dengan tepat. Sehingga, potensi imbal hasil dari aktivitas investasi menjadi lebih maksimal dan meminimalkan kerugiannya.