Disleksia: Penyebab, Gejala, Jenis, hingga Cara Mengatasinya

Mempelajari hal baru bukanlah perkara yang mudah bagi anak-anak. Bahkan orang dewasa sekalipun seringkali mengalami berbagai gangguan dalam proses belajar. 

Gangguan yang dialami oleh anak dalam proses belajar cukup beragam dan bisa berasal dari dalam diri maupun lingkungan eksternal. Salah satu contoh gangguan proses belajar yang berasal dari dalam diri seorang anak ialah disleksia (dyslexia). 

Baca Juga: Cara Tepat Mendidik Anak di Usia Emas, Nomor 1 Paling Penting Nih Bunda

Apa Itu Disleksia?

Disleksia adalah...

Disleksia adalah gangguan belajar pada anak yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, mengeja, atau berbicara dengan jelas. Disleksia terjadi akibat adanya gangguan saraf pada batang otak yang berfungsi untuk memproses bahasa. 

Ciri umum yang ditunjukkan oleh pengidap disleksia ialah kesulitan dalam mengidentifikasi kata yang diucapkan dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat. 

Meskipun tergolong sebagai gangguan saraf, namun ternyata disleksia tidak memengaruhi tingkat kecerdasan seseorang. Sebaliknya, anak yang mengidap disleksia justru cenderung lebih cerdas dan pekerja keras. 

Penyebab Disleksia 

Sampai sekarang penyebab disleksia masih belum diketahui secara pasti. Namun diduga disleksia terjadi akibat kelainan genetik yang memengaruhi kinerja otak dalam berbahasa. Hal tersebut dapat dipicu oleh beberapa faktor, seperti:

  • Kelainan genetik pada gen DCD2 yang diturunkan dari anggota keluarga.
  • Cedera otak yang terjadi saat anak terlahir ke dunia.
  • Trauma otak parah yang disebabkan oleh peristiwa tertentu, misalnya kecelakaan lalu lintas.
  • Penyakit kronis, seperti stroke.
  • Infeksi atau paparan alkohol, nikotin, dan NAPZA pada masa kehamilan.
  • Bayi yang terlahir prematur atau memiliki berat badan rendah.
  • Kelainan struktur otak yang berperan dalam proses berpikir dan mengolah kata.

Gejala Disleksia

Berikut ini merupakan gejala disleksia:

  • Lebih lamban dan berusaha keras dalam membaca, mempelajari huruf, mengucapkan dan menerka huruf atau angka, serta memosisikan mainan huruf meskipun tingkat kecerdasannya normal. 
  • Kemampuan bicara yang sangat lambat dan sering salah dalam pelafalan kata atau membedakan bunyi kata yang berbeda.
  • Perkembangannya lebih lambat dibanding anak seusianya, misalnya dalam hal merangkak, berjalan, atau berbicara.
  • Kesulitan dalam mengoordinasikan gerak tubuh.
  • Lebih mudah terserang penyakit seperti alergi, demam, eksim, atau asma.
  • Kesulitan dalam berkonsentrasi terhadap suatu tugas.

Jenis-jenis Disleksia

Jenis Disleksia

Penjelasan

Dysnemkinesia

Pengidap disleksia jenis ini memiliki gangguan dalam keterampilan motorik. Oleh sebab itu biasanya pengidap dysnemkinesia memiliki kesulitan dalam menulis surat, sehingga mereka akan menulis surat dengan terbaik. 

Dysphonesia

Disleksia jenis ini mewakili gangguan dalam pendengaran. Akibatnya pengidap dysphonesia mengalami kesulitan dalam mengucapkan atau memahami kata-kata asing.

Dyseidesia

Jenis disleksia yang berkaitan dengan gangguan kemampuan visual. Para pengidap dyseidesia umumnya mengalami kesulitan atau ketidakmampuan dalam memahami kata-kata yang tertulis secara lisan maupun yang diungkapkan. 

Diagnosa dan Penanganan Awal bagi Pengidap Disleksia

Semakin dini kamu menyadari bahwa anakmu mengidap penyakit disleksia, maka semakin cepat pula hal tersebut ditangani.

Masalahnya, berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian besar orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak mereka mengidap disleksia ketika mereka masih kecil. 

Akibatnya, anak-anak tersebut harus menderita untuk waktu yang lebih lama karena tidak segera ditangani. Bahkan tak jarang hal tersebut berlanjut hingga mereka dewasa. 

Memang pada kenyataannya terdapat beberapa anak pengidap disleksia yang gejalanya tidak begitu nampak jelas. Disinilah pentingnya perhatian orang tua dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. 

Diagnosa awal merupakan langkah penanganan pertama yang akan dilakukan oleh dokter setelah kamu sebagai orang tua menyadari bahwa anakmu mengidap disleksia. 

Pada tahap ini, dokter akan melakukan wawancara medis seputar gejala, tes kemampuan bicara, riwayat penyakit dalam keluarga, tes pengenalan huruf dan angka, hingga tes pemahaman makna dan isi bacaan. 

Pada beberapa kasus tertentu, dokter juga bisa melakukan tes psikologis untuk memahami kondisi kejiwaan anak. 

Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah anak memiliki trauma terhadap peristiwa tertentu, atau adakah penyebab lain yang disebabkan oleh kondisi psikologis anak. 

Baca Juga: 8 Tips Mendidik Siswa yang Memiliki Kebutuhan Khusus

Bagaimana Cara Mengatasi Disleksia?

Pada dasarnya, disleksia bukanlah jenis penyakit yang dapat disembuhkan. Hal ini disebabkan oleh adanya peran faktor keturunan dan psikologis yang mengakibatkan seorang anak mengidap disleksia. 

Alih-alih pengobatan, dokter justru akan menyarankan anak kamu untuk mengikuti terapi dan pelatihan khusus dengan harapan agar anak dapat berlaku normal di tengah-tengah masyarakat. 

Berikut ini merupakan beberapa cara untuk membantu anak mengatasi penyakit disleksia, antara lain:

  1. Meningkatkan Waktu Membaca

    Untuk meningkatkan kemampuan anak dalam belajar, kamu perlu memperbanyak waktu membaca di rumah. 

    Jika perlu buatlah suasana membaca menjadi lebih menyenangkan agar anak lebih termotivasi untuk membaca buku. Misalnya dengan membuat diskusi singkat yang menarik mengenai suatu bacaan. 

  2. Kerjasama dengan Pihak Sekolah

    Sekolah seringkali menjadi ajang pertempuran bagi pengidap disleksia karena disanalah mereka menuntut ilmu sekaligus belajar bersosialisasi dengan lingkungan. Oleh sebab itu, penting bagi kamu untuk memupuk kepercayaan diri anak. 

    Adanya kerjasama dengan pihak sekolah akan membantu orang-orang di sekitar sekolah memahami kondisi anak, sehingga anakmu tidak dikucilkan melainkan dibantu untuk menjadi pribadi yang lebih percaya diri. 

  3. Pendidikan Dini di Rumah

    Tak hanya sekolah, rumah juga dapat menjadi lokasi yang tepat untuk mengasah potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh anakmu sejak dini. Oleh sebab itu, penting bagi kamu untuk membangun lingkungan belajar yang kondusif.

    Membangun lingkungan belajar yang kondusif bukan hanya bicara tentang ruangan yang nyaman melainkan juga situasi yang nyaman dan menyenangkan. 

    Salah satunya ialah dengan membiasakan diri agar tidak mencela kesalahan anak. Alih-alih menyalahkan, biasakan agar kamu menyadarkan anak tentang kesalahan mereka dengan cara yang dapat mereka pahami. 

  4. Terapi Okupasi

    Terapi okupasi penting untuk membantu anak belajar cara mengatasi dan mengelola masalah. 

  5. Ciptakan Metode Belajar yang Efektif

    Terakhir, carilah metode belajar dan mengingat yang paling mudah dan efektif bagi anak. Jika perlu, kamu dapat memanfaatkan teknologi untuk membantu kegiatan pembelajaran anak. 

Komplikasi Disleksia

Komplikasi Disleksia

Apa yang terjadi apabila disleksia dibiarkan begitu saja tanpa adanya penanganan yang efektif? Disleksia yang dibiarkan tanpa penanganan yang efektif akan menimbulkan berbagai komplikasi. Berikut ini merupakan contoh komplikasi disleksia:

  • Gangguan dalam proses pembelajaran yang berakibat pada kesulitan dalam memahami materi pelajaran di sekolah yang mungkin juga berdampak terhadap jenjang pendidikan yang sedang ditempuh.
  • Merasa rendah diri, memiliki kecemasan berlebih, agresi, dan penarikan diri dari teman, orang tua, serta guru.
  • Ketidakmampuan dalam membaca dan memahami sesuatu.
  • Mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) sehingga sulit mempertahankan perhatian, hiperaktif, serta memiliki perilaku yang impulsif.

Tangani Penyakit Disleksia dengan Tepat

Disleksia adalah gangguan belajar yang diakibatkan oleh faktor genetik dan psikologis seseorang. Disleksia memiliki berbagai jenis, dan masing-masing jenis mewakili gangguan kemampuan yang berbeda. 

Kendati tidak dapat disembuhkan namun dengan penanganan yang tepat maka penyakit disleksia dapat menjadi nilai tambah dalam kecerdasan dan kerja keras. 

Baca Juga: Biar Tumbuh Kembang Baik, Ini 10 Tips Mengurus Anak Bagi Orangtua yang Bekerja