Keuangan Jebol akibat Salah Kelola? Pulihkan dengan Satu Cara Ini

Banyak anak muda, termasuk milenial mulai sadar pentingnya hidup hemat dan menyisihkan lebih banyak uang. Tujuannya untuk membangun masa depan keuangan yang lebih baik, terutama saat hari tua nanti.

Namun faktanya, hidup hemat tak semudah membalikkan telapan tangan. Maksud hati ingin lebih banyak mengumpulkan uang dengan cara menabung, tetapi justru uang di tabungan malah berkurang.

Itu karena suku bunga tabungan bank kecil. Per tahun, rata-ratanya sekitar 0,25% sampai 2%. Kalah dari rata-rata laju inflasi, sekitar 3% hingga 5% per tahun.

Tentu saja, uang di tabungan bukannya bertambah, malah tergerus inflasi. Belum lagi potongan biaya administrasi rekening, biaya administrasi kartu, pajak penghasilan (PPh).

Semakin lama uangmu di tabungan bisa habis. Apalagi jika tidak disiplin menabung. Artinya kadang menabung, kadang tidak.

Inilah kesalahan yang kerap dilakukan milenial, sehingga dapat membahayakan urusan finansial di masa depan. Terlebih bila tabungan selalu ditarik untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari, bukan untuk keperluan mendesak.

Baca Juga: 7 Hal yang Bisa Merusak Investasi Kamu, Bisa Apes!


Ilustrasi masalah keuangan

Yuk, Mulai Berpikir Investasi

Tahu kan Lo Kheng Hong, Bapak Saham Indonesia yang dikenal Warren Buffett-nya Indonesia? Dia menjadi kaya raya atau ‘sultan’ beneran karena investasi di pasar modal atau saham.

Dia tidak menabung di bank karena dianggap bunganya rendah. “Kalau menabung di bank, sebetulnya membuat diri kita miskin pelan-pelan,” kata Lo Kheng Hong beberapa waktu lalu, seperti dikutip Cermati.com dari channel youtube IDX.

Jadi, intinya investasi adalah salah satu cara meraih kekayaan. Melipatgandakan uang, karena imbal hasil atau keuntungannya mengalahkan laju inflasi.

Uang yang kamu investasi berpotensi berkembang, bukan berkurang. Investasi juga menjadi jalan mewujudkan masa depan keuangan yang lebih mapan.  

Instrumen apa yang tepat untuk memulai investasi?

Instrumen investasi sangat banyak. Mulai dari investasi emas, properti, reksadana, saham, obligasi swasta, obligasi pemerintah, sampai investasi barang mewah atau unik, seperti tas, sepatu, lukisan, dan lainnya.

Pada dasarnya sesuaikan dengan profil risikomu. Apakah kamu termasuk konservatif (risiko rendah), moderat (risiko sedang), atau agresif (risiko tinggi).

Misalnya investasi saham cocok untuk tipe investor agresif karena sifatnya high risk, high return dan jangka panjang. Sedangkan emas paling pas untuk investor yang karakteristiknya konservatif atau cari aman.

Namun jika baru tahap memulai atau pemula, sebaiknya pilih instrumen investasi yang rendah risiko, seperti SBR atau Savings Bond Ritel.

Baca Juga: Investasi Emas: Pilih Emas Perhiasan atau Batangan


Ilustrasi investasi

Investasi SBR

SBR adalah salah satu portofolio investasi yang diterbitkan pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR). Jadi semacam surat utang yang dijual ritel atau ketengan kepada individu yang berstatus Warga Negara Indonesia (WNI).

Target pembelinya perorangan, dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan swasta, emak-emak sampai generasi milenial.

Kelebihan dan Kekurangan SBR

Investasi SBR terbilang minim risiko. Adapun keunggulan mendekap obligasi negara tersebut, antara lain:

  1. Dijamin negara sehingga tidak ada risiko gagal bayar
  2. Tidak ada risiko tingkat bunga karena kupon mengambang, ada kupon minimal
  3. Ada fasilitas pencairan atau early redemption dana lebih cepat sebelum jatuh tempo
  4. Modal mulai dari Rp1 juta
  5. Ikut berkontribusi membangun negeri.

Akan tetapi, produk investasi SBR memiliki risiko likuiditas karena tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder atau hanya bisa dipegang oleh pembeli pertama, sehingga investor diharapkan melakukan diversifikasi untuk mengurangi risiko ini. 

Modal Rp 1 Juta

Investasi SBR bisa disesuaikan dengan bujet atau kemampuan finansial kamu. Akan tetapi, minimal untuk menanamkan modal di instrumen investasi SBR sebesar Rp 1 juta, dan maksimal Rp 3 miliar.

Baca Juga: Cara Menghitung Keuntungan Reksadana, Lengkap dengan Contoh

Kupon atau Bunga SBR

Dalam investasi SBR, bunga atau keuntungan disebut kupon. Biasanya tingkat kupon yang ditawarkan selalu lebih tinggi dibanding produk deposito bank.

Kupon investasi SBR umumnya mengambang dengan kupon minimal sampai jatuh dua tahun. Imbal hasil dibayarkan setiap bulan.

Kupon mengambang artinya, besaran kupon SBR akan disesuaikan dengan perubahan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) setiap tiga bulan sekali.

Kalau suku bunga acuan BI turun 25 basis poin, maka bunga SBR tetap di angka minimal, tidak akan ikut merosot. Tapi jika naik 25 basis poin, kupon SBR malah ikut naik.  

Sebelum masa jatuh tempo, kamu juga bisa memanfaatkan pencairan atau early redemption, baik sebagian maupun seluruh dana jika sewaktu-waktu membutuhkan uang. Fasilitas pencairan ini hanya dapat dilakukan sesuai periode yang ditentukan pemerintah.

Investor yang bisa menarik dananya harus memiliki investasi SBR sebesar Rp 2 juta di setiap agen penjual. Jumlah maksimal pencairan pun tidak bisa semuanya, hanya 50% dari total kepemilikan SBR investor.

Tunggu Apalagi, Investasi Sekarang atau Menyesal Selamanya

Bagi milenial memang akan terasa sulit membenahi kondisi finansialnya jika tak punya tujuan yang jelas. Salah satu cara tepat mengatasi masalah tersebut adalah dengan berinvestasi.

Investasi yang tepat bisa memberi peluang untuk kamu meraih kesuksesan finansial di masa mendatang. Lakukan sekarang juga agar kamu memperoleh hasil investasi secara maksimal.

Baca Juga: Prospek Investasi Reksadana Saham di Semester 2 2021, Kinclong atau Suram?