Marak Virus Rabies, Pentingnya Memahami Pencegahan dan Pertolongan Pertama

Sejumlah kasus rabies di daerah pun mulai terungkap dan viral di media sosial. Maraknya berita tentang rabies membuat masyarakat menjadi paranoid dan takut terkena virus mematikan ini. Apalagi, penularan, kemunculan gejala, hingga efek kematian dari keganasan rabies sangat cepat jika seseorang sudah terinfeksi.

Rabies merupakan penyakit yang disebabkan dari virus lyssavirus  yang juga disebut sebagai penyakit anjing gila. Dari namanya saja, dapat diketahui bahwa virus ini berasal dari anjing yang terinfeksi.

Tak cuma anjing, beberapa hewan disebut juga dapat terinfeksi rabies, seperti monyet, musang, kambing, kelelawar, sigung, kucing, dan hewan bergigi tajam lainnya. Namun, dari sekian banyak kasus, penularan rabies dari anjing dan monyet ke manusia memang paling banyak terjadi.

Penularan rabies terjadi ketika seseorang digigit oleh hewan yang telah terinfeksi. Virus akan mudah menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan korban lemas, kram otot, sesak napas, berhalusinasi, hingga koma. Sementara itu, penularan rabies dapat terjadi jika seseorang bepergian ke negara yang hewan bebas berkeliaran di alam terbuka. Hal ini umum ditemukan di negara berkembang.

Dokter hewan atau profesi yang berdekatan dengan hewan juga memiliki risiko yang besar. Risiko yang besar juga dimiliki orang pekerja laboratorium dan rumah sakit yang berkontak dengan orang yang terinfeksi. Tidak hanya lewat gigitan, penularan rabies bisa terjadi jika seseorang memiliki luka terbuka dan terkena air liur hewan yang terinfeksi.

Adapun masa inkubasi rabies bisa berbeda-beda dengan gejala yang bervariasi. Pada hewan yang terinfeksi, masa inkubasi biasanya terjadi antara 3 hingga 8 minggu. Sementara itu, manusia membutuhkan masa inkubasi antara 2 hingga 8 minggu. Pada beberapa kasus, ada yang sampai membutuhkan waktu sangat singkat, yaitu hanya 10 hari karena langsung ditangani. Namun, ada juga yang membutuhkan waktu selama 2 tahun untuk benar-benar terbebas dari virus ini.

Proses penularan akan dimulai beberapa saat ketika seseorang digigit, paling lama 2 minggu setelahnya. Virus akan bergerak ke saraf posterior dan ke otak. Jika sudah sampai di otak, virus akan menyebar ke seluruh area itu, termasuk sel limbik, hipotalamus, dan batang otak.

Selanjutnya, rabies akan menyebar ke organ dan jaringan tubuh penting. Pada fase ini, tubuh akan mulai terasa lemas dan tidak bisa berfungsi dengan baik.

Gejala Rabies

Dengan maraknya virus rabies saat ini, sudah seharusnya kamu mengetahui apa saja gejala jika terinfeksi rabies. Sebab, bisa seseorang tidak menyadari telah terinfeksi karena tidak mengetahui telah tergigit atau memiliki luka terbuka dan terkena liur hewan. Sampai akhirnya, gejala rabies muncul.

Tanda terinfeksi rabies umumnya muncul antara 3 hingga satu minggu setelah tergigit dengan hewan. Adapun gejala rabies muncul dalam 4  tahap yang harus diwaspadai, yaitu prodromal, akut, tahap akhir (terminal), serta koma dan kematian.

1. Tahap Prodromal

Tahap awal ini memunculkan gejala yang umum, seperti demam yang mirip dengan gejala flu. Suhu tubuh yang meningkat ditandai dengan sakit kepala ringan hingga akut yang tidak kunjung sembuh.

Selain itu, tubuh akan merasa mudah kelelahan, merasakan kecemasan, gelisah, hingga sulit tidur. Beberapa kasus juga mencatat adanya perubahan perilaku dari orang yang telah terinfeksi. Tubuh juga akan tidak enak karena adanya rasa sakit pada otot pada seluruh tubuh. Nafsu makan pun akan menurun secara drastis.

2. Tahap Akut

Gejala yang muncul pada tahap ini sebenarnya sama dengan prodromal, tapi lebih parah. Salah satu yang dapat terlihat jelas adalah adanya perubahan perilaku yang mencolok, mengalami kebingungan, dan kecemasan yang intens.

Nafsu makan juga tak kunjung membaik, malah diperparah dengan kesulitan menelan. Tak sedikit juga yang mengalami nyeri dan kaku pada tenggorokan dan kejang otot. Pada tahap ini, orang yang terinfeksi akan mulai mengalami hipersensitivitas cahaya dan suara. Kondisinya diperparah dengan kesulitan berbicara, lemah otot, agresi, dan delusi. 

3. Tahap Akhir (Terminal)

Orang yang terinfeksi akan mengalami gejala neurologis yang lebih parah daripada tahap sebelumnya. Ditambah lagi dengan gangguan pernapasan yang semakin mengganggu hingga menyebabkan kesulitan bernapas.

Kulit akan menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen. Selanjutnya, pasien akan mengalami koma akibat serangan virus yang telah menyebar ke seluruh tubuh. Seseorang juga akan lebih agresif dan hiperaktif, mengalami kejang otot, dan memproduksi banyak air liur. Pada laki-laki, tahap ini juga menyebabkan ereksi permanen.

4. Koma dan Kematian

Tahap ini bisa terjadi jika orang yang terinfeksi tidak segera ditangani. Kondisi pada tahap ini terbilang tidak mungkin tertolong dan hampir selalu berujung pada koma, lalu kematian. Gejala fisik akan semakin parah dan masalah pernapasan semakin buruk. Pasien bahkan harus menggunakan ventilator agar tetap bisa bernapas selama koma.

Berdasarkan catatan medis, kematian akibat rabies bisa terjadi pada hari keempat dan ketujuh setelah gejala pertama muncul. Oleh karena itu, jika merasa tergigit atau berdekatan dengan hewan terinfeksi rabies, segera lakukan pertolongan pertama dan cari rumah sakit yang menyediakan vaksin rabies.

Baca Juga:  Penyakit Scabies atau Kudis: Gejala, Penyebab, hingga Cara Mengobatinya

Pertolongan Pertama Terinfeksi Rabies

Kemungkinan untuk terkena rabies memang sangat kecil, kecuali kamu memang sering berkontak langsung dengan hewan, entah dengan hewan peliharaan atau di tempat umum. Jika menyadari telah tergigit hewan liar, ada baiknya kamu waspada. 

Sebab, tidak ada yang tahu persis tentang kesehatan hewan itu. Oleh karenanya, jika kamu tergigit atau tercakar hewan yang dicurigai terinfeksi rabies, segera lakukan 4 hal berikut ini sebagai pertolongan pertama.

1. Cuci Luka dengan Sabun dan Air Mengalir

Ketika tergigit, kamu harus segera membasuh bagian yang terluka dengan air mengalir. Gunakan juga sabun pada area yang tergigit secara menyeluruh. Pastikan luka terguyung dengan air selama kurang lebih 10 hingga 15 menit. Tindakan ini akan mengurangi kemungkinan penyebaran virus.  

2. Gunakan Cairan Antiseptik

Setelah mencuci bagian yang terluka dengan sabun, kamu bisa menggunakan cairan antiseptik. Gunakan obat luka apapun yang ada di rumah. Tekan dengan perlahan menggunakan kapas hingga ke seluruh luka.

3. Segera ke Rumah Sakit Terdekat

Langkah ini seringkali diabaikan karena minimnya pemahaman tentang rabies. Banyak orang yang berpikir rabies tidak akan berbahaya jika luka sudah kering atau sembuh.

Jika terkena gigitan hewan rabies, apalagi lebih dari satu luka, kamu wajib datang ke rumah sakit untuk meminta serum anti rabies atau human rabies immune globulin (HRIG). Pemberian HRIG khusus untuk pasien yang belum pernah menerima vaksin rabies.

HRIG diberikan kepada pasien yang menderita lebih dari satu gigitan, tergigit pada area yang banyak saraf, dan memiliki daya tahan tubuh lemah. Serum ini diberikan bersama dengan dosis pertama vaksin rabies untuk memberi antibodi.

4. Segera Vaksinasi

Vaksin bernama post exposure prophylaxis (PEP) diberikan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi sebagai langkah pencegahan. Sementara, vaksin rabies diberikan kepada pasien yang baru dicakar atau digigit hewan yang terinfeksi dengan kategori luka sedang dan tinggi.

Pada pasien yang belum pernah menerima PEP sebelumnya, dokter akan memberikan 4 kali dosis. Sedangkan, jika pasien sudah pernah menerima PEP, dokter hanya akan memberikan 2 dosis. 

Baca Juga:  Vaksin Anjing, Segala Hal Penting tentang Jenis, Harga, dan Manfaatnya

Cara Mencegah Rabies pada Hewan Peliharaan

Dengan maraknya kasus penyebaran rabies, wajar jika kamu ikut cemas. Apalagi jika kamu punya hewan peliharaan, seperti kucing atau anjing.

Sebagai langkah pencegahan, kamu harus melakukan 3 cara di bawah ini. Mana yang sudah kamu lakukan untuk hewan peliharaanmu?

1. Memberikan Vaksin Rabies

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Jika kamu menyayangi hewan peliharaan, memberikan vaksin rabies merupakan suatu keharusan. Vaksin rabies dapat diberikan di pet shop atau dokter hewan.

Vaksin rabies akan melindungi hewan kesayanganmu agar terbebas dari virus rabies. Konsultasikan terlebih dulu dengan dokter hewan terkait usia dan waktu pemberian yang terbaik untuk hewan peliharaan.

2. Hindari Kontak dengan Hewan Liar

Jika hewan peliharaan terbiasa tinggal di dalam rumah, sebaiknya hindarkan kontak dengan hewan dari luar rumah. Sebab, virus ini memang lebih rentan menyerang hewan-hewan yang hidup bebas dan tidak terurus. 

3. Jaga Kebersihan dan Periksa Kesehatan secara Rutin

Hal terpenting ketika merawat hewan peliharaan adalah dengan menjaga kebersihan tubuh dan tempat hewan tinggal. Pastikan untuk memberikan makanan dan vitamin yang cukup serta jaga kebersihan kandang.

Selain itu, kamu juga harus melakukan pengecekan rutin dan melakukan vaksinasi yang sudah terjadwal. Hal ini akan membuat hewan peliharaan tetap sehat dan bebas dari penyakit.

Itulah tiga langkah yang dapat kamu lakukan agar hewan peliharaan terhindar dari penyakit, termasuk rabies. Lakukan kebiasaan ini dengan rutin sebab yang akan terlindungi bukan hanya hewan tapi kamu juga.

Virus Rabies: Cegah dan Tidak Usah Panik

Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Pepatah ini sangat cocok untuk mengatasi masalah virus rabies yang membuat cemas banyak orang. Oleh karena itu, memahami pencegahan dan pertolongan pertama dalam mengatasi rabies sangatlah penting.

Mulailah cari informasi rumah sakit yang memiliki vaksin rabies untuk berjaga-jaga. Lakukan juga pemeriksaan kesehatan hewan peliharaan secara rutin untuk menghindari kemungkinan penyebaran virus rabies di lingkungan sekitar. 

Baca Juga: Dokter Hewan: Tahapan Pendidikan, Pilihan Kampus, dan Kariernya