Kondisi Penting bagi Ekonomi, Ini Pengertian Kesenjangan Inflasi, Cara Hitung, dan Contohnya

Dalam memahami kondisi perekonomian sebuah negara, inflasi dan deflasi merupakan 2 hal yang tak asing terdengar di telinga. Keduanya merupakan kondisi di mana nilai uang yang beredar di masyarakat mengalami peningkatan atau malah menurun. Tingkat inflasi atau deflasi pun penting untuk bisa diatur dan dikelola oleh pemerintah melalui sejumlah jenis kebijakan. 

Berbicara soal inflasi, pernahkah kamu mendengar tentang istilah kesenjangan inflasi atau inflationary gap? Ada dasarnya, yang dimaksud dengan kesenjangan inflasi adalah suatu konsep makroekonomi yang berguna untuk mengetahui perbedaan tingkat PDB sekarang dengan PDB semisal ekonomi beroperasi di kesempatan kerja penuh atau full employment. 

Bagi pebisnis, terjadinya kesenjangan inflasi ini bisa menjadi momentum untuk meningkatkan produksi. Alasannya karena jumlah dana beredar yang tinggi membuat konsumen cenderung untuk berbelanja jasa ataupun produk. Walaupun begitu, untuk pemerintah, tingkat kesenjangan inflasi tersebut perlu dikelola dengan baik agar tak mengganggu kondisi perekonomian secara umum dalam jangka panjang. 

Nah, jika kamu ingin tahu lebih lanjut seputar kesenjangan inflasi, cara dan contoh perhitungan, hingga perbedaannya dengan kesenjangan deflasi, simak penjelasan berikut ini.

Baca Juga: Inflasi: Pengertian, Penyebab, Rumus Menghitung, dan Dampaknya ke Ekonomi RI

Apa Itu Kesenjangan Inflasi?

Kesenjangan Inflasi

Inflationary gap, atau bisa juga disebut sebagai kesenjangan inflasi, adalah konsep makroekonomi yang menilai perbedaan antara tingkat PDB atau Produk Domestik Bruto riil sekarang dengan PDB yang akan datang. Tentunya, kesenjangan inflasi ini diukur dengan kondisi ekonomi beroperasi di kondisi full employment atau kesempatan kerja yang penuh. 

Konsep ini dikenalkan oleh J. Maynard Keynes untuk membantu proses identifikasi dari posisi ekonomi pada siklus bisnis. Hal yang penting untuk diperhatikan terkait inflationary gap ialah kesenjangan dianggap memiliki sifat inflasi saat PDB riil sekarang perlu lebih besar dibanding PDB potensial. 

Pada dasarnya, terdapat 2 variabel utama pada kesenjangan inflasi. Kedua variabel tersebut adalah tingkat pengangguran dan tingkat PDB. Misalnya, kesenjangan ini bisa terjadi karena tingkat pekerjaan secara keseluruhan lebih tinggi, maupun adanya peningkatan kegiatan perdagangan maupun pengeluaran pemerintah. 

Selain itu, ada pula indikator dari terjadinya inflationary gap yang mana saat jumlah permintaan produk, barang, atau jasa lebih besar dibanding jumlah produksi. Sehingga, nilai dari PDB riil dapat melebihi PDB potensial, di mana pada akhirnya bisa menyebabkan timbulnya inflationary gap. 

Untuk menyiasati terjadinya kesenjangan inflasi, pemerintah dapat memberlakukan kebijakan fiskal, seperti menekan jumlah peredaran uang di perekonomian masyarakat. Hal tersebut bisa direalisasikan dengan cara meningkatkan pajak, menerbitkan obligasi serta surat berharga, dan menekan jumlah belanja pemerintah. 

Bagaimanapun, terjadinya kesenjangan inflasi mewakili titik pada siklus bisnis saat ekonomi berkembang. Imbas dari tingginya jumlah dana yang ada pada perekonomian, konsumen akan lebih cenderung melakukan pembelian barang maupun jasa. 

Sehingga, permintaan produk akan meningkat, tapi jangkauan produksi belum tentu mampu mengimbangi pergeseran tersebut. Saat potensi dari PDB melebihi PDB riil, akan muncul yang namanya kesenjangan inflasi. 

Baca Juga: Penting Dipahami Investor, Ini Pengertian Unlevered Beta, Contoh, dan Rumus Perhitungannya

Cara Hitung Tingkat Kesenjangan Inflasi

Agar bisa mengetahui apakah sebuah negara tengah mengalami yang namanya kesenjangan inflasi, kamu bisa mencari tahu dulu nilai dari fungsi tabungan. Fungsi tabungan tersebut mampu menunjukkan keterkaitan antara tabungan dari rumah tangga dengan pemasukan nasional sebuah perekonomian. 

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah rumus dari inflationary gap. 

S = Y – C

Di mana S merupakan tabungan, Y adalah kapasitas produksi, dan C merupakan tingkat konsumsi. Terkait hal tersebut, suatu negara dapat dikatakan mengalami inflationary gap jika nilai S atau tabungan yang didapatkan lebih kecil dibanding nilai I yang merupakan biaya investasi atau pengeluaran.

Contoh Perhitungan Kesenjangan Inflasi

Untuk lebih dalam memahami tentang konsep inflationary gap, ada baiknya kamu menyimak contoh perhitungannya sebagai berikut. 

Diketahui jika tingkat ekonomi sebuah negara memiliki biaya investasi atau I sebesar 1.000, kapasitas produksi atau Y sejumlah 4.000, dan fungsi konsumsi sebesar 500 + 0,75 Y. Berdasarkan informasi tersebut, perhitungan kesenjangan inflasi sesuai rumus akan menjadi seperti ini. 

S = Y – C

S = Y – (500 + 0,75 Y)

S = 4 ribu – (500 + 0,75 (4 ribu))

S = 4 ribu – (500 + 3 ribu)

S = 500

Melalui perhitungan tersebut, bisa diketahui jika nilai I atau biaya investasi lebih besar dibanding S atau tabungan. Sehingga, dapat dipahami jika kondisi ekonomi tersebut tengah berada pada kondisi inflationary gap atau kesenjangan inflasi dengan nilai 500 satuan. 

Di sisi lain, ada pula yang namanya kesenjangan deflasi yang secara umum bisa dipahami sebagai kebalikan dari kesenjangan inflasi. Berikut adalah contoh perhitungan kesenjangan deflasi.

Kondisi ekonomi sebuah negara mempunyai biaya investasi sebesar 1.000, fungsi ekonomi sebesar 500 + 0,75 Y, serta kapasitas produksi sejumlah 7 ribu. Berdasarkan informasi tersebut, perhitungan kesenjangan deflasi adalah sebagai berikut. 

S = Y – C

S = Y – (500 + (0,75 x 7 ribu)

S = 7.000 – 5.750

S = 1.250

Dari perhitungan tersebut, diketahui jika nilai I lebih kecil dibanding nilai S. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, artinya perekonomian tengah mengalami kondisi deflationary gap atau kesenjangan deflasi sebesar 250 satuan. 

Beda Kesenjangan Inflasi dengan Kesenjangan Deflasi

Jika kesenjangan inflasi terjadi ketika tingkat PDB sekarang atau riil lebih tinggi dibanding potensi PDB, situasi yang terjadi pada kesenjangan deflasi adalah sebaliknya. Bisa juga disebut sebagai recessionary gap atau deflationary gap, kesenjangan deflasi merupakan konsep makroekonomi yang digunakan di saat nilai PDB sekarang lebih kecil dibanding PDB potensial. 

Terjadinya kesenjangan deflasi ini memicu penurunan harga dalam kurun waktu yang panjang. Hal tersebut disebabkan permintaan barang maupun jasa menurun imbas dari peningkatan angka pengangguran. Karena itu, kesenjangan tersebut sering kali diindikasikan dengan penurunan ekonomi serta dihubungkan dengan tingginya tingkat pengangguran. 

Untuk mengatasi masalah kesenjangan deflasi ini, ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh pemerintah, misalnya adalah dengan memberlakukan kebijakan stabilisasi. Otoritas moneter bisa juga meningkatkan jumlah peredaran uang dengan cara menekan tingkat suku bunga serta mendorong pengeluaran pemerintah. 

Jadi, bisa dipahami jika kesenjangan deflasi ini merupakan sisi sebaliknya dari kesenjangan inflasi. Sehingga, cara penanganannya pun oleh pemerintah menggunakan metode yang bertolak belakang dengan cara untuk mengatasi kesenjangan inflasi. 

Peran Kebijakan Fiskal untuk Menangkal Kesenjangan Inflasi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pemerintah bisa memberlakukan kebijakan fiskal guna mengurangi tingkat kesenjangan inflasi. Sering kali, langkah tersebut diambil dengan cara melakukan penurunan jumlah uang yang beredar di ekonomi masyarakat. Hal tersebut bisa dicapai via kebijakan menekan pengeluaran pemerintah, meningkatkan beban pajak, menerbitkan sekuritas dan obligasi, meningkatkan suku bunga, hingga mengurangi pembayaran transfer. 

Penyesuaian pada kondisi fiskal di perekonomian tersebut bisa mempercepat proses pemulihan keseimbangan ekonomi dari kondisi kesenjangan ini. Dengan mengganti permintaan produk secara menyeluruh, penyesuaian kontrol atas jumlah uang yang tersedia pada konsumen bisa dicapai. Saat jumlah dana pada sebuah perekonomian menurun, artinya tingkat permintaan atas barang maupun jasa juga akan turut berkurang secara keseluruhan.

Sebagai contoh, cara mengatasi terjadinya kesenjangan inflasi ini pernah dilakukan oleh The Fed sebagai bank sentral negara Amerika Serikat. Ketika diketahui tengah mengalami kesenjangan inflasi, The Fed memutuskan untuk meningkatkan tingkat suku bunga sebagai responsnya. 

Peningkatan suku bunga tersebut alhasil membuat uang pinjaman menjadi lebih mahal. Di lain sisi, kebijakan meningkatkan biaya pinjaman tersebut membuat masyarakat umum lebih tertarik untuk menyimpan dananya di rekening perbankan. 

Alhasil, tingkat permintaan barang atau jasa menjadi lebih kecil dan membuat tingkat inflasi menurun. Barulah ketika ekuilibrium berhasil dicapai, The Fed bisa kembali mengubah tingkat bunganya ke angka yang normal, pun sebaliknya jika yang terjadi adalah deflasi. 

Pengaruhi Kondisi Ekonomi secara Menyeluruh, Kesenjangan Inflasi Perlu Tepat Diatasi 

Itulah penjelasan tentang apa itu inflationary gap atau kesenjangan inflasi, cara hitung, hingga perbedaannya dengan kesenjangan deflasi. Secara umum, kesenjangan inflasi adalah kondisi ekonomi yang terjadi di saat nilai PDB riil lebih besar dibanding PDB potensial. Agar tak semakin berimbas buruk pada kondisi ekonomi secara menyeluruh, pemerintah perlu mengambil langkah kebijakan fiskal yang tepat untuk menyiasati terjadinya inflationary gap.

Baca Juga: Pajak UMKM Terbaru, Aturan dan Cara Menghitungnya