IHSG dan Rupiah ‘Terinfeksi’ Virus Corona, Harga Emas Justru Berkilau. Berikut Datanya!

Cermati.com, Jakarta - Wabah virus corona atau COVID-19 telah ‘menggoyang’ pasar saham dan pasar keuangan di dalam negeri. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan kurs Rupiah tenggelam, sementara harga emas makin berkilau hingga mencetak rekor baru.

Selain perang dagang, serangan virus corona menjadi tekanan hebat bagi perekonomian dunia saat ini. Bagaimana tidak? Pasar saham dan pasar keuangan global tengah berdarah-darah terhantam sentimen Corona Virus Disease 19.

Indonesia ikut kena imbasnya. Jika melihat pergerakan IHSG dan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS (USD) dalam beberapa pekan terakhir bikin ‘sedih.’ IHSG terjun bebas, kurs mata uang Garuda amblas. Tapi harga emas justru perkasa saat virus corona kian mengganas.

Berikut Cermati.com akan menyajikan data dan fakta dampak negatif virus corona atau COVID-19 ke IHSG, Rupiah, dan harga emas di dalam negeri. Dengan demikian, Anda dapat mengambil langkah dalam berinvestasi.

Baca Juga: Begini Dampak Virus Corona ke Ekonomi RI, Ngeri-ngeri Sedap

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

IHSG tersengat virus corona. Dampaknya laju IHSG masih betah berada di zona merah. Berdasarkan informasi dari Instagram @idx_channel, pada pembukaan perdagangan saham sesi I (2/3), IHSG merosot 0,7% atau 38,8 poin ke level 5.413,8.

IHSG tak mampu melanjutkan penguatan saat pra perdagangan yang berhasil menapaki zona hijau di level 5.455,04. Tercatat 127 saham merah membara. Investor asing jual saham Rp12,19 miliar di pasar reguler.

Dilihat dari data statistik yang dikutip dari laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG sudah terjun bebas 13,44% sejak 1 Januari-28 Februari 2020 (year to date). Pelemahan IHSG terjadi akibat penyebaran virus corona yang terjadi di 65 negara di dunia, termasuk Indonesia.

Kurs Rupiah


Kurs rupiah terhadap USD tertekan sentimen virus corona

Selain IHSG, Rupiah ikut ‘terinfeksi’ virus corona. Nilai tukar mata uang Garuda sudah tembus ke level 14.000 per USD. Data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) dari Bank Indonesia (BI) per 2 Maret 2020 menunjukkan, Rupiah terkoreksi ke angka 14.413 per USD.

Sejak 2 Januari 2020 dari level Rp13.895 per USD, kurs rupiah telah melemah sebesar 3,7%. “Pelemahan Rupiah pada awal Februari 2020, utamanya dipicu sentimen Covid-19,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko dalam keterangan resminya, baru-baru ini.

Harga Emas


Harga emas justru bersinar meski diterpa fenomena wabah corona

Berbeda dengan IHSG dan Rupiah, harga emas justru bersinar kala virus corona menyebar. Harga emas Antam dijual lebih mahal per 2 Maret 2020 sebesar Rp810 ribu per gram. Betah di rekor tertingginya sepanjang sejarah. Bahkan harga emas acuan yang diproduksi BUMN ini pernah tembus Rp819 ribu per gram pada pekan lalu.

Jika ingin dibandingkan dengan harga emas yang dijual di Pegadaian, untuk cetakan Antam per gramnya dibanderol Rp824 ribu. Sedangkan cetakan UBS dijual seharga Rp835 ribu di tanggal yang sama.

Baca Juga: Diskon Tiket Pesawat 50% karena Virus Corona, Harga Tiket Rp300an Ribu

Dana Asing Kabur dari RI Rp30,8 Triliun

Meluasnya penyebaran virus corona memicu kepanikan para pelaku pasar. Investor berbondong-bondong melepas kepemilikan investasi di berbagai portofolio.

Sejak virus mematikan ini merebak sejak akhir Januari, terjadi aliran dana keluar dari Indonesia. Totalnya senilai Rp30,8 triliun.

Rinciannya:

  • Dana asing kabur senilai Rp26,2 triliun pada Surat Berharga Negara (SBN)
  • Di bursa saham mencapai Rp4,1 triliun.
  • Sejak awal Januari hingga 27 Februari 2020, aliran dana keluar di SBN Rp11 triliun, saham Rp1,6 triliun, dan korporasi Rp16 triliun.

Langkah BI, OJK, dan Pemerintah untuk Atasi Darurat Corona

Darurat virus corona sudah membuat ekonomi Indonesia ‘panas dingin.’ BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan pemerintah telah dan akan terus mengambil langkah untuk mengantisipasi dampak ekonomi, termasuk di pasar saham dan keuangan akibat COVID-19.

Bank Indonesia (BI)

Adapun upaya BI dalam rangka menstabilkan pasar keuangan dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional agar tidak terseret dampak virus corona, antara lain:

  • Telah menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50%.
  • Membeli SBN yang dijual pemerintah senilai Rp78 triliun. Total BI sudah borong SBN dari pasar sekunder senilai Rp103 triliun dari awal tahun
  • Meningkatkan intensitas intervensi di pasar keuangan dengan strategi Triple Intervention di pasar DNDF, pasar spot, dan pasar SBN
  • Menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) Valas Bank Umum Konvensional yang semula 8% menjadi 4%. Berlaku mulai 16 Maret 2020
  • Menurunkan GWM Rupiah sebesar 50 bps. Berlaku mulai 1 April 2020 dan selama 9 bulan ke depan
  • Memperluas jenis dan cakupan underlying transaksi bagi investor asing
  • Memfasilitasi agar investor global dapat menggunakan bank kustodi global dan domestik saat berinvestasi di Indonesia.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Sementara langkah OJK dalam meminimalkan risiko dari penyebaran virus corona bagi sektor keuangan Indonesia, antara lain:

  • Relaksasi pengaturan penilaian kualitas aset kredit dengan plafon hingga Rp 10 miliar, hanya didasarkan pada satu pilar, yaitu ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga, terhadap kredit yang telah disalurkan kepada debitur di sektor yang terdampak penyebaran virus corona.
  • Relaksasi pengaturan restrukturisasi kredit yang disalurkan kepada debitur di sektor yang terdampak penyebaran virus corona.
  • Relaksasi pengaturan ini akan diberlakukan sampai dengan 1 tahun setelah ditetapkan, namun dapat diperpanjang bila diperlukan.

Pemerintah

Sementara pemerintah mengambil langkah untuk menjaga dan mendorong pertumbuhan ekonomi sebagai penanganan dampak virus corona, antara lain:

  • Mempercepat realisasi belanja Kementerian/Lembaga, terutama belanja bantuan sosial (seperti PKH dan kesehatan), serta belanja non-operasional
  • Mendorong pusat-pusat pariwisata melalui berbagai program pendukung, seperti percepatan pembangunan 5 destinasi pariwisata super prioritas (Danau Toba, Borobudur, Likupang, Labuan Bajo, dan Mandalika)
  • Memberi diskon tiket pesawat sebesar 50% ke 10 destinasi wisata RI per 1 Maret 2020
  • Mendorong dan mempercepat belanja padat karya untuk kegiatan produktif yang menyerap banyak tenaga kerja, seperti belanja infrastruktur di pusat dan daerah
  • Mengoptimalkan peran APBN sebagai instrumen yang fleksibel dalam merespon situasi ekonomi (countercyclical) dengan tetap dalam batasan yang aman dan terkendali
  • Mempercepat penajaman program Kredit Usaha Rakyat (KUR), termasuk perluasan sasaran.

Jangan Takut Investasi saat Fenomena Virus Corona

Meski IHSG jeblok dan Rupiah terkapar, bukan alasan untuk setop investasi. Investasi adalah kegiatan penanaman modal dalam jangka panjang. Prospek ke depan yang harus dilihat, bukan pada kondisi saat ini, seperti heboh virus corona.

Anda justru bisa tetap investasi, misalnya membeli saham-saham perusahaan yang harganya sudah terdiskon, namun memiliki fundamental bagus. Paling penting, jangan panik. Ikut-ikutan menjual atau melepas portofolio investasi Anda. Siapa tahu, investasi yang Anda pertahankan memberi keuntungan jumbo dalam kurun waktu 5-30 tahun mendatang.

Baca Juga: Virus Corona Menyerang KorSel, Sederet Idol Kpop Ini Batal Konser di Indonesia