Obat Paracetamol, Berikut Cara Pakai, Dosis dan Efek Sampingnya

Demam telah menjadi salah satu gejala penyakit yang banyak di alami orang di dunia. Meski seringkali bisa sembuh sendiri, namun pada beberapa kasus demam bisa berlangsung cukup lama dan memerlukan pengobatan. Obat untuk demam sendiri sangat mudah ditemukan di berbagai apotik yang ada di sekitar rumah.

Salah satu yang sering diandalkan adalah paracetamol. Dipasarkan dengan banyak merek dagang, paracetamol bermanfaat bukan hanya untuk meredakan demam, namun juga mengatasi nyeri.

Namun tentu saja, sebagai obat pabrikan paracetamol tidak bisa digunakan sembarangan. Ada aturan penggunaan serta hal-hal yang harus diperhatikan saat mengonsumsi obat ini. Berikut penjelasan lengkap terkait paracetamol yang perlu kamu tahu.

Baca Juga: Rekomendasi Obat Tetes Mata Terbaik yang Bisa Kamu Temukan di Apotek

Deskripsi Obat Jenis Paracetamol

Paracetamol

Paracetamol tergolong sebagai obat untuk menurunkan panas dan meredakan nyeri atau analgesik-antipiretik. Obat jenis ini dapat dengan mudah ditemukan di banyak apotek dan bisa dibeli oleh siapapun karena masuk dalam kategori obat bebas. Dalam kata lain, paracetamol dapat dibeli tanpa memerlukan resep dokter.

Khasiat yang diberikan oleh paracetamol adalah untuk mengatasi rasa sakit atau nyeri dan juga demam. Dewasa maupun anak-anak juga diperbolehkan untuk mengonsumsi obat tersebut namun tetap harus mengikuti aturan pakai yang tertulis dalam kemasan dan tidak boleh melebihi dosis aman pemakaiannya. 

Adapun beberapa bentuk pengemasan berupa kaplet, tablet, sirup, infus, drop, dan juga suppositoria. Umumnya, bentuk paracetamol yang banyak dijual di pasaran dan seringkali dikonsumsi oleh masyarakat adalah tablet, kaplet, ataupun sirup. Sedangkan untuk jenis lainnya, kebanyakan secara khusus digunakan di rumah sakit dan oleh dokter

Hal yang Harus Diperhatikan sebelum Mengonsumsi Paracetamol

Meski tergolong sebagai obat bebas dan jarang menimbulkan efek samping yang berarti, ada beberapa hal yang harus tetap diperhatikan sebelum mengonsumsi paracetamol. Jika tidak, bukan tidak mungkin obat tersebut akan menimbulkan masalah kesehatan yang bisa membahayakan pasien.

  1. Konsultasi Bagi yang Memiliki Kondisi Tertentu

    Bagi  yang menderita masalah kesehatan di hati atau ginjal, pastikan untuk berkonsultasi dahulu dengan dokter perihal pemakaiannya. Hindari pula penggunaan obat tersebut pada anak berusia kurang dari 2 tahun terlebih tanpa pengawasan atau petunjuk dari dokter. 

  2. Jangan Konsumsi Minuman Beralkohol

    Saat menggunakan paracetamol, jangan mengonsumsi minuman beralkohol karena meningkatkan potensi masalah kesehatan pada fungsi organ hati. Sebelum menjadikannya sebagai obat rutin, mintalah nasihat dari dokter. Hal ini perlu dilakukan karena obat untuk menyembuhkan epilepsi atau TBC dapat menimbulkan reaksi kimia yang membahayakan. 

  3. Dapat Menimbulkan Efek Samping

    Jika paracetamol tidak menunjukkan khasiat yang seharusnya didapatkan atau bahkan menimbulkan efek samping seperti kulit menjadi kemerahan, pasien perlu dibawa ke dokter. Dengan begitu, dampak dari pemakaian paracetamol bisa mendapatkan penanganan yang diperlukan. Memeriksakan pasien pada dokter juga perlu dilakukan saat penggunaannya melebihi dosis yang seharusnya atau overdosis. 

Baca Juga: Deretan Obat yang Dilarang Beredar, Kamu Wajib Tahu

Berbagai Macam Paracetamol

Di pasaran, ada banyak sekali merek dagang yang digunakan untuk paracetamol. Beberapa yang cukup dikenal di masyarakat adalah Termorex, Tempra, Sanmol, Poro, paramol, Paramex SK, Panadol, Naprex, Mixagrip Flu, Hufagesic, serta Bodrex.

Tidak hanya merek dagang, paracetamol juga hadir dalam berbagai bentuk obat. Ada obat berbentuk suppositoria, enema, infus, tetes, sirop, kaplet, serta tablet. Berbagai bentuk obat tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan cara pemberiannya yakni oral, injeksi, dan rektal.

Jenis Produk

Penjelasan

Infus atau injeksi

Untuk obat jenis infus, penggunaannya diberikan dengan cara disuntikkan pada intravena. Obat jenis ini diberikan untuk pasien yang kesadarannya menurun atau kesulitan untuk mengonsumsi obat oral lainnya

Enema dan suppositoria (rektal)

Obat jenis ini dimasukkan ke dalam tubuh melalui rektum. Ketika menggunakan obat ini, usus dan kandung kemih harus dibuat kosong. Saat pemberian, pasien dalam kondisi terbaring dan tablet suppositoria yang ujungnya tajam dihadapkan ke rektum. Obat perlu di tahan beberapa menit dan pasien dianjurkan untuk tidak ke toilet setelah penggunaannya.

Oral

Obat oral terdiri dari tablet, kaplet, sirup, serta tetes. Obat jenis ini bisa diminum sesudah maupun sebelum makan. Untuk anak-anak yang berusia lebih muda, obat bisa diberikan dengan sendok atau pipet sesuatu aturan dosis yang diperbolehkan.

Dosis Aman Mengonsumsi Paracetamol

Sama halnya dengan jenis obat lainnya, dosis pemakaian paracetamol diselaraskan berdasarkan usia serta kondisi kesehatan penderitanya. Umumnya, kemasan dari obat paracetamol pasti memiliki dosis dan aturan pemakaian yang wajib ditaati oleh pasien atau mengikuti nasehat yang diberikan dokter. 

  1. Dewasa

    Untuk orang dewasa, dosis penggunaan paracetamol adalah 325 sampai 650 mg dan bisa diminum setiap 4 hingga 6 jam sekali. Paracetamol bisa juga dikonsumsi pada takaran 1.000 mg namun dalam jangka waktu 6 sampai 8 jam sekali. Bentuk tablet yang umumnya berukuran 500 mg tentu memudahkan pasien dewasa untuk mengonsumsi obat tersebut tanpa melebihi dosis. 

  2. Anak Berusia 2 Bulan - 12 Tahun

    Sedangkan pada anak berusia 2 bulan hingga 12 tahun, dosis pemakaian paracetamol ditentukan dengan berat badan anak tersebut. Per kilogram berat badannya, anak hanya boleh mengonsumsi paracetamol dengan takaran 10 sampai 15 mg setiap 6 hingga 8 jam sekali. Artinya, jika bobot anak adalah 20 kg, maka dosis aman pemakaian paracetamol adalah 200 sampai 300 mg. 

  3. Anak dengan Usia di Bawah 2 Bulan

    Terakhir, untuk anak di usia kurang dari 2 bulan, pemakaian paracetamol harus selalu ditanyakan terlebih dahulu kepada dokter dan terus diawasi. Jadi, jangan sembarangan memberikan obat tersebut untuk anak bayi dengan alasan apapun juga karena dapat membahayakan kondisi kesehatannya.  

  4. Selain itu, masing-masing varian Paracetamol juga memiliki aturan penggunaan yang berbeda:

    Jenis

    Aturan Pakai dan Dosis

    Enema atau suppositoria

    Obat ini diberikan sehari paling banyak 4 kali. Pemberiannya dilakukan setiap 4 hingga 6 jam sekali. Obat ini tidak boleh terlalu lama dipegang karena bisa meleleh di tangan.

    Infus

    Obat ini hanya boleh diberikan dengan petunjuk dokter. Pemberiannya disesuaikan dengan berat badan dan umur pasien.

    Misalnya untuk anak yang memilik berat badan di bawah 10 kg dan neonatus cukup bulan, dosis yang diberikan 7,5 mg/kg bb setiap 4 jam. Sehari paling banyak diberikan 30 mg/kg BB.

    Kemudian untuk anak yang memiliki bobot 10 sampai 33 kg, diberikan setiap 4 jam dengan dosis 15 mg/kg BB. Sehari diberikan tidak lebih dari 2 gram. Anak yang memiliki berat 33 sampai 50 kg, diberikan dosis 15 mg/kg BB setiap 4 jam, dengan dosis paling banyak 3 gram sehari.

    Pada orang dewasa yang memiliki bobot 33 sampai 50 kg dosis diberikan sebanyak 15 mg/kg BB setiap 4 sampai 6 jam dengan pemberian paling banyak sehari 3 gram. Sementara jika beratnya di atas 50 kg, dosisnya 1 gram diberikan setiap 4 hingga 6 jam dengan pemberian paling banyak 4 gram sehari.

    Drops atau tetes

    Obat ini diberikan untuk anak-anak sehari 3 sampai 4 kali dengan dosis disesuaikan umur. Untuk anak usia kurang dari 1 tahun diberikan dosis sebanyak 0,6 ml tetes, anak usia 1 sampai 2 tahun 0,6 sampai 1,2 ml tetes, dan usia 3 sampai 6 tahun 1,2 ml tetes.  

    Sirop

    Sama seperti drop, obat ini juga ditujukan untuk anak-anak dan diberikan sehari 3 sampai 4 kali. Dosisnya juga disesuaikan dengan umur si anak.

    Untuk yang usianya kurang dari 1 tahun, cukup 2,5 ml atau setengah sendok takar. Jika usianya sudah 1 sampai 2 tahun, dosisnya ditingkatkan menjadi 5 ml atau satu sendok takar.

    Saat umurnya 2 hingga 6 tahun, dosisnya semakin naik menjadi 5 sampai 10 mil atau 1 hingga 2 sendok takar. Di usia 6 sampai 9 tahun menjadi 10 sampai 15 ml atau 2 sampai 3 sendok takar. Kemudian saat usianya sudah mencapai 9 sampai 12 tahun, meningkat menjadi 15-20 ml atau 3-4 sendok takar.

    Tablet dan kaplet

    Obat ini diberikan sehari 3 sampai 4 kali dengan dosis disesuaikan umur. Pada anak usia 6-12 tahun, diberikan setengah sampai satu kaplet/tablet. Sedangkan anak di atas 12 tahun dan dewasa diberikan 1 sampai 2 kaplet/tablet.

Aturan Pakai Paracetamol dengan Benar

Konsumsi Paracetamol Sesuai Aturan

Setiap kemasan paracetamol berbagai merek pasti memiliki aturan pakainya. Aturan pemakaian tersebut harus ditaati oleh pengguna atau mengikuti anjuran yang diberikan oleh dokter. Pemakaian hendaknya dihentikan saat penyakit tidak kunjung sembuh setelah lebih dari 3 hari pemakaian. 

Pada paracetamol jenis tablet, gunakan air secukupnya untuk membantu menelan obat. Sedangkan untuk jenis sirup, pastikan untuk menggunakan sendok takar yang telah disediakan di dalam kemasan. Pastikan pula untuk mengocok botol sirupnya terlebih dahulu agar kandungannya tercampur merata. 

Selanjutnya, untuk paracetamol dalam bentuk suppositoria, penggunaannya dilakukan cara memasukkannya ke lubang dubur. Lepas pelindung plastik pada obat tersebut dan mulai masukkan ujung lancip obat tersebut ke dalam anus. Setelah masuk, tunggu beberapa saat dengan duduk atau tiduran hingga paracetamol meleleh. 

Untuk bentuk infus, proses pemakaiannya hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis yang ahli saja. Jadi, kebanyakan bentuk obat ini boleh dan aman digunakan sendiri oleh orang awam kecuali yang dikemas dalam bentuk infus. 

Baca Juga: Meredakan Pegal Linu dengan Lakukan 5 Cara ini

Interaksi yang Muncul Saat Paracetamol Tercampur dengan Obat Lain

Kandungan yang dimiliki oleh paracetamol dapat menimbulkan interaksi saat bercampur dengan obat lain atau salah satu kandungannya. Beberapa diantaranya dapat menimbulkan reaksi yang dapat membahayakan kesehatan pasien dan harus dihindari interaksinya.

Sebagai contoh, paracetamol dapat meningkatkan potensi terjadinya perdarahan saat digunakan berbarengan dengan warfarin. Selain itu, kandungan dari phenytoin, carbamazepine, cholestyramine, phenobarbital, dan imatinib dapat menurunkan efek atau khasiat yang dimiliki oleh paracetamol. 

Penggunaan obat jenis ini juga hendaknya dihindari saat mengonsumsi obat busulfan. Pasalnya, efek samping dari busulfan akan lebih rentan terjadi saat dikonsumsi bersama paracetamol.

Terakhir, efek samping dari paracetamol menjadi lebih rentan muncul saat pasien telah terlebih dahulu mengonsumsi domperidone, metoclopramide, atau probenecid. Oleh sebab itu, usahakan untuk tidak mengonsumsi paracetamol saat Anda sedang atau rutin mengonsumsi obat-obatan tersebut. Untuk lebih amannya, konsultasikan semua obat, baik herbal maupun kimia, dengan dokter agar interaksi yang mungkin terjadi akibat mengonsumsi paracetamol dapat diketahui.  

Efek Samping Akibat Mengonsumsi Paracetamol

Meski cenderung aman untuk dikonsumsi, paracetamol memiliki efek samping yang kendatinya jarang terjadi. Beberapa efek samping umum yang bisa dirasakan oleh pasien saat mengonsumsinya secara berlebihan, meliputi:

  1. Demam.
  2. Kulit gatal dan muncul ruam atau bahkan lebam. 
  3. Tenggorokan sakit. 
  4. Sariawan.
  5. Nyeri punggung. 
  6. Lemas. 
  7. Mata atau kulit berwarna kekuningan.
  8. Urin mengeruh atau berdarah.
  9. BAB berwarna hitam atau merah darah. 

Saat mendapati hendaknya penggunaan paracetamol agak dikurangi. Namun, saat efek samping yang ditimbulkan berupa rasa sakit pada perut bagian atas, nafsu makan hilang, keringat dingin, mual dan muntah, serta diare, maka penggunaannya sudah berada pada tahap overdosis. Jika hal ini terjadi, pasien harus menghentikan penggunaan paracetamol dan bila perlu menemui dokter agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat. 

Meski Mudah Dijumpai di Apotek dan Bebas Dibeli, Penggunaan Tetap Harus Sesuai Aturan dan Dosis yang Tepat

Jarang menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan, paracetamol adalah salah satu jenis obat yang cukup mudah ditemukan di apotek seluruh Indonesia. Karena alasan itu pula paracetamol disebut sebagai obat bebas dan dapat dikonsumsi tanpa membutuhkan resep dokter. 

Namun, agar penggunaannya tidak melebihi batas atau overdosis, pasien harus mematuhi aturan pakai dan dosis pemakaian yang tercantum pada kemasan obat tersebut. Dengan begitu, risiko terjadinya masalah kesehatan akibat terlalu banyak mengonsumsi paracetamol dapat dihindari. 

Baca Juga: Rekomendasi Obat Batuk Pabrikan dan Alami, Ampuh Atasi Batuk Berdahak dan Batuk Kering