Kenali Sejak Dini, Demam Kelenjar atau Glandular Fever

Penyakit demam kelenjar atau glandular fever merupakan sebuah penyakit akibat dari infeksi virus tertentu yang biasanya menyerang para remaja. Gejala dari penyakit ini secara sekilas tidak berbeda jauh dengan flu biasa, yaitu seperti demam, sakit tenggorokan, dan juga menggigil.

Pada dasarnya, penyakit ini tidak termasuk penyakit yang berbahaya dan bisa sembuh tanpa pengobatan khusus. Jika sudah sembuh, nantinya mereka akan kebal dengan demam kelenjar ini. Selain demam kelenjar atau glandular fever, penyakit ini disebut juga dengan istilah kissing disease lantaran penularannya sering terjadi lewat ciuman. 

Berikut adalah penjelasan selengkapnya mengenai demam kelenjar yang telah Cermati.com rangkum dari berbagai sumber.

Gejala


Gejala demam kelenjar

Gejala dari penyakit ini tidak muncul secara langsung, biasanya muncul dalam 4 minggu hingga 6 minggu setelah terinfeksi. Beberapa penderita bisa mengalami gejala ringan atau bahkan tidak terlihat sama sekali. Berikut ini adalah gejala awal dari demam kelenjar yang mirip dengan gejala flu:

  • Sakit kepala
  • Demam serta menggigil
  • Sakit tenggorokan
  • Nyeri otot
  • Lemas

Setelah mengalami gejala ringan selama 1 hari hingga 2 hari, akan muncul gejala lainnya seperti:

  • Kelenjar getah bening membengkak.
  • Penyakit kuning.
  • Perut terasa tidak nyaman karena pembesaran limpa.
  • Muncul ruam kemerahan seperti campak.
  • Muncul bintik merah pada langit-langit di dalam mulut.

Kapan waktunya ke dokter?

Meski demam kelenjar bisa sembuh sendiri, namun Anda harus memeriksakannya ke dokter jika gejala yang dialami terjadi selama 10 hari lebih atau jika tenggorokan sangat sakit selama 2 hari lebih. Selain itu, pemeriksaan langsung oleh dokter perlu Anda lakukan jika merasakan gejala-gejala berikut:

  • Kepala terasa sakit sekali dan disertai dengan rasa kaku pada bagian leher.
  • Perut terasa sangat sakit.
  • Terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening di banyak bagian dari tubuh.

Penyebab

Penyakit demam kelenjar atau glandular fever disebabkan oleh sebuah virus yang disebut dengan EBV atau Epstein-Barr. Penyakit ini bisa menular melalui air liur, misalnya seperti melalui ciuman, pemakaian gelas yang sama, atau pemakaian alat makan lainnya. Selain itu, penularan juga dapat terjadi jika seseorang menghirup percikan dari air liur penderita secara tidak sengaja.

Disamping air liur penderita, virus ini juga terdapat dalam sperma dan darah dari penderita. Oleh sebab itu, bisa juga terjadi penularan melalui donor organ tubuh, transfusi darah, serta berhubungan badan. Masa inkubasi dari virus Epstein-Barr yaitu selama 4 minggu hingga 7 minggu sebelum munculnya gejala. Meski bisa menyerang siapapun, namun demam kelenjar cenderung lebih sering menyerang remaja pada awal usia 20 tahunan.

Baca Juga: Gejala Usus Buntu, Ciri-Ciri Penyakit Usus Buntu dan Pengobatan Usus Buntu

Diagnosis


Diagnosis oleh dokter

Ketika Anda datang ke dokter, mereka biasanya akan bertanya mengenai gejala yang dirasakan serta riwayat kesehatan yang dimiliki. Setelah itu, akan dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui apakah ada kelainan, misalnya seperti pembesaran limpa dan pembengkakan pada kelenjar getah bening.

Untuk mengetahui secara pasti apakah Anda mengalami demam kelenjar atau tidak, selanjutnya dilakukan tes darah. Berdasarkan sampel darah yang didapatkan, keberadaan antibodi dari virus Epstein-Barr bisa terdeteksi. Selain itu, tes darah tersebut juga berguna untuk mengetahui apakah ada kelainan ataupun peningkatan kadar leukosit (sel darah putih) dalam darah.

Pengobatan

Karena demam kelenjar bisa sembuh sendiri, maka selama waktu tersebut Anda dapat melakukan perawatan mandiri untuk meringankan gejala. Perawatan mandiri yang bisa dilakukan diantaranya yaitu:

  • Banyak istirahat.
  • Berkumurlah menggunakan air garam.
  • Mengonsumsi makanan yang memiliki gizi seimbang.
  • Perbanyak mengonsumsi air putih.
  • Mengonsumsi obat yang dapat meredakan nyeri, misalnya seperti paracetamol.

Banyak beristirahat dapat membantu proses penyembuhan lebih cepat. Jadi jangan dulu melakukan aktivitas terutama yang berat-berat supaya demam kelenjar yang Anda rasakan tidak kambuh lagi. Untuk mengetahui waktu kembali beraktivitas yang tepat, Anda bisa berkonsultasi ke dokter.

Perlu Anda ketahui bahwa demam kelenjar ini bisa mengganggu fungsi hati. Jadi, Anda wajib menghindari minuman mengandung alkohol selama proses pemulihan. Pasalnya, alkohol akan memperburuk fungsi hati sehingga penyakit yang dialami bisa lebih parah.

Komplikasi

Penyakit demam kelenjar memang tidak termasuk penyakit yang serius, namun beberapa penderita bisa mengalami infeksi sekunder pada amandel atau sinus. Meski jarang terjadi, penyakit ini juga menyebabkan beberapa komplikasi seperti:

  • Pembesaran limpa hingga robek.
  • Menurunnya sel darah yang menyebabkan kurang darah serta mudah berdarah.
  • Gangguan pada sistem saraf, seperti ensefalitis, meningitis, atau sindrom Guillain-Barre.
  • Hepatitis.
  • Miokarditis atau peradangan otot jantung.
  • Tersumbatnya saluran pernapasan karena amandel semakin membesar.

Baca Juga: Peserta BPJS Kesehatan Wajib Tahu 5 Tipe Rumah Sakit Agar Tak Salah Berobat

Pencegahan

Karena demam kelenjar kebanyakan menular melalui air liur maka pencegahannya adalah menghindari kontak langsung dengan media penularan. Cara menghindarinya yaitu sebagai berikut:

  • Hindari terkena air liur penderita atau orang-orang yang menunjukan gejala
  • Menjaga kebersihan diri dengan baik, misalnya seperti mencuci tangan.
  • Tidak menggunakan alat makan, gelas, atau sikat gigi bekas orang lain.

Konsultasikan Kesehatan ke Dokter

Jangan meremehkan setiap penyakit, sebab lambat atau cepat akan merusak organ tubuh yang lain dan menimbulkan penyakit lainnya. Untuk itu, setelah muncul gejala awal, sebaiknya langsung konsultasikan ke dokter agar cepat mendapatkan tindakan dan obat untuk menyembuhkan penyakit. 

Sayangi tubuh dengan menjaga kesehatan dengan baik.Jangan cuma melakukan olahraga rutin saja, tapi juga perhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi. Batasi makanan cepat saji yang memicu timbulnya penyakit, lebih baik perbanyak makan yang mengandung gizi dan vitamin tinggi.

Baca Juga: Gejala Demam Berdarah (DBD), Penyebab Penyakit DBD, Pertolongan Pertama, dan Pengobatannya