Ada Resesi, Sebaiknya Menambah Penghasilan atau Mengurangi Pengeluaran?

Pandemi Covid-19 belum hilang dari bumi Indonesia, siap-siap menyusul badai resesi ekonomi. Kebayang kan bagaimana pusingnya mengatur keuangan keluarga. Bikin kepala mau pecah.

Virus corona sudah mewabah selama 7 bulan. Hampir seluruh kelompok masyarakat terkena dampaknya. Ada masyarakat yang di PHK dan kehilangan pendapatan, penghasilan berkurang drastis, bahkan yang punya gaji tetap pun merasakan efeknya.

Sementara biaya hidup terus berjalan. Termasuk cicilan utang jatuh tempo. Keuangan keluarga betul-betul terganggu. Pantas saja banyak kasus perceraian gegara masalah keuangan di tengah pandemi.

Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, Anda dapat memilih salah satu cara untuk menyelamatkan keuangan keluarga. Menaikkan pendapatan atau memperkecil pengeluaran.

Untuk lebih jelasnya, Cermati.com akan membahas kedua cara penyelamatan keuangan tersebut mengutip pemaparan Perencana Keuangan, Rista Zwestika dalam Webinar Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2020.

Baca Juga: Butuh Passive Income? Ini Cara Cepat Mendapatkannya

Masalah Keuangan Saat Resesi


Resesi akan menimbulkan banyak masalah keuangan

Menurut Rista, 70% kekhawatiran seseorang adalah karena masalah keuangan. Kalau keuangan tidak aman dan nyaman, dapat memicu pertengkaran hingga perceraian.

Ada Covid-19 saja keuangan sudah morat marit, ditambah lagi resesi ekonomi. Hidup makin blangsak deh. Pandemi dan resesi memunculkan masalah keuangan, antara lain:

  • Pendapatan berhenti atau berkurang
  • Biaya hidup terus berjalan
  • Muncul biaya tambahan tidak terduga (#dirumahaja) membuat pengeluaran membengkak
  • Tabungan dan investasi terkuras karena tidak ada dana darurat
  • Cicilan utang jatuh tempo dan harus dibayar
  • Harga kebutuhan pokok semakin mahal
  • Biaya sekolah anak tetap harus dibayar.

Menaikkan Pendapatan atau Mengurangi Pengeluaran?


Solusi menyelamatkan keuangan, menaikkan pendapatan atau mengurangi pengeluaran?

Coba cek keuangan Anda sekarang? Masih sehat atau dalam kondisi ‘sakit kritis’? Ciri keuangan yang sehat adalah ketika pendapatan lebih besar dari pengeluaran.

Namun karena masalah keuangan di atas, bisa jadi arus kas atau keuangan Anda sudah tidak sehat. Di mana lebih besar pengeluaran daripada pemasukan.

Kalau keuangan masih sehat, aman-aman saja. Tetapi bagaimana jika sudah sakit. Ada dua cara yang bisa dipilih untuk menyehatkan kembali keuangan tersebut.

1. Menaikkan Pendapatan

Jika memilih cara ini, Anda harus jeli melihat peluang untuk menambah atau mengganti pendapatan yang hilang. Caranya melakukan perubahan atau adaptasi, misalnya Anda pintar memasak, bisnis kuliner open pre order sehingga meminimalisir kerugian, pandai menjahit membuat masker dan dijual online.

Mencari pekerjaan sampingan sebagai agen asuransi, open jastip, SPG, atau pekerjaan lain yang menjual keterampilan dan keahlian Anda, seperti fotografer, freelancer menulis, desain grafis, mengajar, dan sebagainya.

Anda juga bisa menyewakan mobil atau motor untuk memperoleh pendapatan pasif. Ini yang dinamakan barang bekerja buat Anda. Jadi sambil tidur pun, uang mengalir ke kantong.

Ingat, semua orang dilahirkan untuk kaya dan sukses. Sayangnya banyak orang tidak sadar dengan potensi di dalam diri masing-masing. Sehingga membuatnya hanya pasrah pada keadaan. Tidak ada usaha untuk berkembang.

2. Memangkas Pengeluaran

Kalau merasa sudah mentok, ‘duh segala cara sudah dicoba untuk memperbesar pemasukan. Tapi tetap saja cuma segini hasilnya.’ Maka jalan lain untuk menstabilkan lagi kondisi keuangan adalah memperkecil pengeluaran.

Anda dapat mulai membuat anggaran, mencatat pengeluaran, lalu evaluasi anggaran. Jangan biarkan uang dibiarkan mengalir seperti air tanpa ada catatan pengeluaran. Anda tidak akan bisa tahu kebiasaan belanja setiap bulan.

Dengan membuat catatan belanja, Anda akan tahu ke mana saja uang dipakai. Kemudian memangkas pengeluaran tidak penting atau masih bisa ditunda.

Cara mengatur pengeluaran saat gajian atau pendapatan masuk:

1. Bedakan pengeluaran menjadi tiga, yakni wajib (pengeluaran prioritas yang harus dibayar karena kewajiban), kebutuhan (pengeluaran untuk menunjang aktivitas sehari-hari), dan keinginan (pengeluaran yang tidak harus segera terpenuhi).

2. Bagi alokasi anggaran untuk pengeluaran berdasarkan 4 sifat:

  • Yang penting dibelanjakan: kebutuhan pokok, bayar cicilan utang, dana darurat
  • Yang direncanakan: asuransi jiwa dan kesehatan, liburan keluarha, beli rumah atau kendaraan, dana pensiun
  • Yang disingkirkan: belanja konsumtif, teknologi atau gadget kekinian, liburan dadakan, jajan atau ngemil
  • Yang ditunda: belanja tiba-tiba karena sale, makan di restoran, spekulasi saham karena timing

Baca Juga: Biar Tak Boros, Begini Tips Menabung Seminggu Sekali

Pentingnya Dana Darurat


Dana darurat penting dipersiapkan agar hidup tak melarat saat resesi

Berapapun pendapatan Anda di masa pandemi ini, jangan tunda lagi mempersiapkan dana darurat. Sebab kebutuhan dana darurat seseorang berbeda:

  • Lajang = dana darurat ideal minimal 6 kali dari pengeluaran bulanan
  • Menikah belum punya anak = minimal 9 kali dari pengeluaran bulanan
  • Sudah berkeluarga atau punya anak = minimal 12 kali dari pengeluaran bulanan.

Jadi misalnya pengeluaran Anda Rp 4 juta sebulan, berarti kalau status Anda lajang harus menyiapkan dana darurat sebesar Rp 24 juta. Jika sudah menikah minimal Rp 36 juta, dan kalau sudah punya anak paling sedikit Rp 48 juta.

Anda dapat menyimpan dana darurat pada instrumen yang aman, likuid, dan mudah dicairkan, seperti tabungan, emas, deposito, dan reksadana pasar uang.

Tips Bebas dari Jerat Utang


Tips melunasi utang di masa resesi

Sudah terlanjur punya utang? Pasti lagi pusing 7 keliling memikirkan pembayarannya saat pendapatan anjlok, bahkan hilang akibat Covid-19 dan resesi.

Berikut tips keluar dari jerat utang:

  • Buat daftar utang, apakah termasuk konsumtif atau produktif. Catat berapa sisa utang, cicilan, bunga, biaya, dan tenor atau jatuh temponya
  • Urutkan dan buat prioritas. Mana yang perlu dilunasi lebih dulu. Anda dapat membayar utang yang besar dan sudah jatuh tempo agar tidak terlalu berat membebani keuangan
  • Setop tambah utang baru
  • Jual aset untuk melunasi utang
  • Negosiasi dan restrukturisasi utang.

Pilih yang Mudah Anda Terapkan

Dalam mengatur keuangan saat ada badai resesi, memang lebih baik Anda melakukan dua cara di atas sekaligus, yakni menaikkan pendapatan dan memperkecil pengeluaran. Sehingga Anda punya uang lebih banyak untuk disimpan untuk dana darurat.

Namun jika dirasa sulit, pilihlah salah satu yang mudah Anda terapkan. Contohnya, sudah ketat sekali berhemat, tidak bisa lagi memangkas pengeluaran, tetapi pendapatan berkurang akibat pandemi, maka solusinya Anda harus meningkatkan pemasukan, mencari penghasilan tambahan.

Baca Juga: Mau Pemasukan Tambahan dengan Jualan Pulsa? Begini 5 Tips Biar Untung