Yuk Kenali Perbedaan Hipertiroid dan Hipotiroid

Gangguan tiroid adalah penyakit yang mengganggu kinerja kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid adalah kelenjar endoktrin yang berlokasi di area bawah leher atau lebih tepatnya di bawah jakun. 

Ada berbagai jenis penyakit tiroid. Namun, dua yang sering diderita masyarakat adalah hipertiroid dan hipotiroid. Sekilas sama, kedua jenis penyakit tiroid ini ternyata memiliki gejala, penyebab, dan metode pengobatan yang berbeda.

Selain itu, penyakit tiroid juga seringkali sulit untuk dideteksi karena memiliki gejala yang tidak jauh berbeda dengan beberapa penyakit lain. Saat terganggu, kelenjar tiroid dapat berdampak pada setiap sel, jaringan, bahkan organ tubuh. Pasalnya, hormon tersebut membantu tubuh untuk menggunakan energi, menjaga suhu tubuh agar tetap hangat, serta membantu kinerja otot, jantung, otak, dan berbagai organ penting lainnya. 

Kembali lagi tentang penyakit hipertiroid dan hipotiroid, penderita penyakit tersebut harus bisa mendeteksi gejalanya dengan segera agar cepat mendapatkan penanganan yang tepat. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk memahami perbedaan dari kedua jenis penyakit tersebut. 

Baca Juga: Menurunkan Sistem Imun, Kenali Gejala Kelenjar Getah Bening dan Cara Pengobatannya

Apa Perbedaan Hipertiroid dan Hipotiroid?

Hipertiroid

Hipotiroid

Hipertiroid adalah penyakit yang disebabkan oleh terlalu tingginya kadar hormon tiroid dalam tubuh. Saat kadar terlalu tinggi, tubuh akan lebih mengalami berbagai gejala, seperti tangan gemetar, jantung berdebar, hingga berat tubuh menurun secara drastis. 

Pada dasarnya, hormon tiroid berguna untuk mengontrol proses metabolisme tubuh. Tanpa adanya hormon tersebut, tubuh akan kesulitan mendapatkan energi dari makanan, suhu tubuh tidak terjaga, serta ritme denyut jantung yang terganggu.

Proses metabolisme tubuh akan menjadi lebih cepat dan dapat memicu beragam masalah kesehatan. Jadi, ketika diketahui tubuh mengalami gejala hipertiroid, dianjurkan untuk segera melakukan pengecekan medis agar kondisinya tidak semakin memburuk.

Hipotiroid adalah kelainan karena tubuh kekurangan hormon tiroid. Saat menderita penyakit ini, tubuh akan terasa mudah lelah dan kesulitan untuk berkonsentrasi. Pada umumnya, penyakit jenis ini banyak ditemui pada pasien wanita berusia lanjut.

Di tahap awal, hipotiroid tidak terlalu menunjukkan gejala yang serius, seperti bertambahnya berat badan dan mudah lelah. Namun, jika dibiarkan terlalu lama, gejala penyakit ini bisa menjadi semakin parah dan harus segera diberikan penanganan medis yang tepat. 

Jenis ini juga sering dijumpai pada bayi yang baru lahir. Kondisi tersebut dikenal sebagai hipotiroid kongenital yang ditandai dengan bayi yang mengalami penyakit kuning, sesak napas, dan ukuran lidah yang besar.


Penyebab Hipertiroid

  1. Penyakit autoimun.
  2. Efek samping dari obat-obatan. 
  3. Tiroiditis atau peradangan pada kelenjar tiroid. 
  4. Selain itu, penyakit ini bisa disebabkan oleh benjolan di area kelenjar tiroid atau hipofisis yang dikarenakan toxic nodular tiroid.
  5. Benjolan di area ovarium atau testis.
  6. Konsumsi obat atau makanan yang mengandung yodium tinggi. 

Penyebab Hipotiroid

  1. Penyakit autoimun.
  2. Proses pengobatan kelenjar tiroid.
  3. Pemakaian beberapa obat jenis tertentu. 
  4. Jarang makan makanan beryodium.
  5. Kelainan bawaan.
  6. Gangguan pada hormon TSH atau thyroid-stimulating hormone. 

Baca Juga: Kenali Penyebab dan Pencegahan Penyakit Diare

Gejala Hipertiroid

Berikut adalah beberapa gejala hipertiroid:

  • Jantung berdebar.
  • Mudah gerah dan berkeringat.
  • Bagian tangan sering gemetar.
  • Mudah marah.
  • Gelisah.
  • Berat badan menurun drastis.
  • Sulit tidur.
  • Diare.
  • Sulit berkonsentrasi.
  • Penglihatan memburuk.
  • Rambut rontok.
  • Serta gangguan menstruasi.

Sedangkan untuk tanda fisik, penderita hipertiroid umumnya akan merasakan gondok atau pembengkakan pada kelenjar tiroid, bola mata sangat menonjol, biduran atau ruam pada kulit, kemerahan pada telapak tangan, serta meningkatnya tekanan darah. 

Gejala Hipotiroid

Gejala yang dirasakan oleh penderita hipotiroid cenderung berbeda-beda, tergantung dari tingkat kerendahan kadar hormon yang diproduksi. Namun, secara umum, gejala hipotiroid, antara lain:

  • Mudah lelah atau pusing.
  • Sembelit.
  • Otot lemah, kaku, dan nyeri.
  • Lebih sensitif dengan hawa dingin.
  • Kulit kering, mudah mengelupas, kasar, dan keriput.
  • Berat badan mudah naik.
  • Wajah bengkak disertai suara berubah parau.
  • Rambut rontok dan menipis.
  • Kuku rapuh.
  • Sulit konsentrasi dan mudah lupa.

Sebagian gejala di atas dapat berkembang dengan cukup lambat, hingga bertahun-tahun. Sehingga, jarang sekali penderita dapat langsung menyadari bahwa tubuhnya tengah mendapati penyakit tersebut. 

Selain itu, pada bayi baru lahir atau hipotiroidisme kongenital, gejala yang muncul sedikit berbeda, seperti:

  • Perut kembung yang ditandai dengan seringnya bersendawa atau kentut.
  • Nafsu makan menurun dan sembelit.
  • Tidur dalam jangka waktu lama.
  • Rasa dingin pada tangan dan juga kaki.
  • Mudah rewel dengan suara tangisan yang parau.
  • Lidah bengkak serta menjulur keluar.
  • Sakit kuning.
  • Pertumbuhan terhambat, terlambat berjalan, dan berat tubuh rendah.
  • Serta kesulitan bernapas.

Metode Pengobatan

  • Hipertiroid

    Jika merasakan gejala hipertiroid, pasien disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan dengan dokter dan melakukan proses diagnosis. Dengan begitu, dokter dapat mengetahui penyebab masalah kesehatan tersebut dan melakukan penanganan medis yang tepat.

    Proses pengobatan berfokus pada pengembalian kadar hormon tiroid agar normal kembali. Jenis penanganan yang diberikan pun tergantung dari tingkat keparahan penyakit, seperti gejala yang muncul, usia, serta kondisi kesehatan penderita secara menyeluruh. 

    Beberapa metode pengobatan hipertiroid, meliputi pemakaian obat-obatan methimazole, propylthiouracil, dan carbimazole, melakukan terapi yodium radioaktif, serta menjalani operasi tiroidektomi atau pengangkatan kelenjar tiroid. 

    Jika penyakit tidak segera ditangani, risiko komplikasi akan muncul. Beberapa komplikasi yang terjadi akibat menderita hipertiroidisme adalah thyroid storm, atrial fibrilasi atau gangguan ritme jantung, dan juga osteoporosis. 

  • Hipotiroid

    Sama halnya dengan hipertiroid, pasien diharuskan untuk segera melakukan pemeriksaan dengan dokter jika dirasa mengalami gejala hipotiroid. Jadi, dokter bisa melakukan proses diagnosis dan menentukan proses pengobatan yang sesuai agar gangguan tersebut tidak menyebabkan komplikasi. 

    Pada penderita hipotiroid, proses pengobatan yang dilakukan hanya bertujuan untuk meringankan gejalanya saja. Biasanya, dokter akan menyarankan pasien untuk meminum obat yang telah diisi dengan hormon tiroid sintetis atau levothyroxine.

    Karena penyakit hipotiroidisme seringkali telat dideteksi dan sudah terlanjur kronis, tak jarang konsumsi levothyroxine tersebut harus dilakukan seumur hidup. Selama proses pengobatan tersebut, pasien diwajibkan untuk melakukan pengecekan kesehatan secara rutin dengan dokter endokrin. Sebab, dosis obat yang diberikan harus disesuaikan dengan kesehatan pasien. 

    Jika tidak ditangani dengan tepat, hipotiroid dapat menimbulkan komplikasi berupa nyeri sendi, gondok, obesitas, gangguan kesuburan, saraf rusak, koma miksedema, dan penyakit jantung. Selain itu, pada ibu hamil, komplikasi tersebut dapat menimbulkan anemia, keguguran, preeklamsia, kelahiran prematur, bayi lahir cacat, dan gangguan pada perkembangan fisik dan mental bayi.

Cegah dengan Mencanangkan Gaya Hidup dan Pola Makan yang Sehat

Baik hipertiroid dan hipotiroid adalah gangguan kelenjar tiroid yang dapat mengganggu proses metabolisme dan kinerja beberapa organ penting dalam tubuh. Meski keduanya memiliki banyak perbedaan, hipertiroid dan hipotiroid sama-sama dapat dicegah dengan mencanangkan gaya hidup sehat dan menjaga pola makan. 

Mencegah tentu jauh lebih baik ketimbang mengobati, bukan?

Baca Juga: Ini Dia Penyebab Hiperkalemia dan Cara Pencegahannya