Menapaki Suksesnya Kiprah Budiono Darsono, Pendiri Portal Berita Kenamaan Detik.com

Budiono Darsono dikenal sebagai salah satu wartawan senior Indonesia dan pendiri portal berita Detik.com. Pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 1 Oktober 1961 ini tak hanya seorang pemain lama, ia adalah mantan Chief Executive Officer (CEO) dari Detik.com.

Sepak terjang Budiono bersama Detik.com dimulai pada 1998 hingga akhirnya ia pensiun di tahun 2016. Sebelumnya, pada tahun 1987, ia sudah lama malang melintang sebagai jurnalis kawakan berbagai media. 

Belakangan, media massa online yang dicetuskan Budiono menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia dan selalu ramai visitors. Total pengunjungnya bisa menembus 3 juta setiap hari, dengan income hingga Rp4-5 miliar per bulan dari iklan. 

Kini, setelah lebih dari dua dekade, Detik.com masih menjadi salah satu portal berita tersohor yang laris manis dan terpercaya. Sedangkan Budiono Darsono menjabat sebagai Komisaris Utama PT Dynamo Media Network (Kumparan) sejak tahun 2017.

Baca Juga: Berjaya Berkat Kewirausahaan di Sektor Real Estate, Berikut Cerita Sukses Keluarga Ciputra

Pemberedelan, Kehilangan Pekerjaan, dan Dirikan Detik.com

Berdirinya portal berita Detik.com tak lepas dari sejumlah kejadian sarat gejolak politik di tahun 1998. Ketika itu, beberapa media massa ditutup oleh Pemerintahan Era Orde Baru (Orba) untuk menghalau kritikan terhadap pemerintah. 

Pemberedelan dilakukan kepada Tabloid DeTIK, Majalah Tempo, dan Editor. Sedangkan Budiono Darsono masih bekerja sebagai jurnalis di Tabloid DeTIK.

Pemerintah saat itu menutup secara paksa lantaran pemberitaan media-media itu dinilai kritis dan menyinggung para penguasa. Tak pelak, momen bersejarah ini menjadi tonggak awal dari perlawanan para jurnalis dalam memperjuangkan kebebasan pers di Indonesia.

Dunia politik yang saat itu tak stabil di Indonesia kemudian menimbulkan sejumlah aksi dari masyarakat. Aksi masyarakat tersebut menjadi penanda betapa pentingnya keberadaan pers. 

Pasalnya pers dan media massa juga berfungsi sebagai watchdog bagi hak asasi manusia serta demokrasi negara. Pemberedelan itu jugalah yang membuat Budiono Darsono kehilangan mata pencahariannya dan tak punya pekerjaan.

Mengonsep Detik.com dengan Modal Rp40 Juta

Setelah berstatus sebagai pengangguran, Budiono harus bertahan hidup tanpa penghasilan untuk beberapa lama. Hal ini tentu tak mudah untuk dilakoni Budiono dan rekan wartawan yang lainnya. Namun, kendati jatuh bangun, hidup harus terus berjalan.

Pantang menyerah, Budiono bersama ketiga rekan jurnalis lainnya lantas memutuskan untuk terus berkarya. Ketiga rekan wartawan itu adalah Yayan Sopyan yang juga ex jurnalis Tabloid DeTIK, Didi Nugrahadi, serta Abdul Rahman (mantan jurnalis Tempo). 

Mereka lantas menginvestasikan modal Rp40 juta untuk memulai media massa baru, dengan nama Detik.com. Nama itu dipilih karena Budiono ingin menyajikan berita langsung (hard news), detik itu juga, melalui internet. 

Menjadi Salah Satu Portal Berita Kenamaan Tanah Air

Dikonsep untuk melakukan update secepatnya, Detik.com ingin menyiarkan straight news yang pendek, sering, dan seketika. Budiono dan rekan-rekan ingin menyajikan berita yang disiarkan saat itu juga, tanpa harus menunggu kelengkapannya (bukan depth news/berita mendalam). 

Berlandaskan konsep tersebut, lahirlah Detik.com di bulan Juli 1998. Konsep unik itu jugalah yang membawa Detik.com menjadi salah satu portal berita yang berjaya di Indonesia.

Pada awalnya, Detik.com hanya menerbitkan berita ekonomi, politik, dan teknologi informasi. Berita pertama yang diliput Detik.com adalah Tragedi Semanggi yang terjadi di tahun 1998. Dengan bekal tape recorder dan handy talky, Budiono meliput peristiwa tersebut. 

Bersama rekan-rekannya, Budiono harus giat berburu berita di berbagai tempat. Mereka melakukan banyak wawancara, menyusun, dan menulis laporan berita, hingga mengunggah ke situsnya. 

Semua proses dijalankan dengan penuh ketekunan. Belakangan, perjalanan panjang tersebut membuat Detik.com menjelma menjadi salah satu portal berita kenamaan Tanah Air.

Pendapatan Kian Menanjak sampai Ratusan Miliar

Kerja keras Budiono dan rekan-rekannya membuat Detik.com dilirik oleh banyak investor. Per tahun 2010 saja, Detik.com telah meraup pendapatan Rp120 miliar, dengan laba bersih di angka Rp20 miliar. Pencapaian ini terjadi sebelum Detik.com diakuisisi Chairul Tanjung.

Pendapatan portal berita tersebut terus menanjak dan naik dari puluhan hingga ratusan miliar setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan semakin banyak pengiklan yang banjir berdatangan agar terpampang di halaman situsnya.

Tak tanggung-tanggung, rate pasang iklan di Detik.com berada di angka Rp500 ribu sampai Rp200 juta. Hal ini dikarenakan begitu banyak visitors yang mengunjungi portal berita tersebut setiap harinya.

Para pengunjung portal berita Detik.com dapat menemukan berbagai space iklan yang berada di domain utama serta subdomain. Di antaranya seperti Detik Health, Detik Finance, Detik Sport, Detik Oto, Detik Hot, Detik News, dan tentunya Wolipop.

Semakin Terdepan hingga Diakuisisi PT Trans Corporation

Seiring dengan berjalannya waktu, Detik.com semakin berkembang dan menjadi salah satu yang terdepan. Hingga pada tahun 2011, Detik.com menggabungkan diri dengan PT Trans Corporation. 

Seperti diketahui, PT Trans Corporation adalah anak perusahaan dari CT Corp yang dimiliki Chairul Tanjung. Diperkirakan, nilai akuisisi Detik.com mencapai 60 juta Dollar AS (Rp917 miliar, kurs 2023).

Sebelum akhirnya resmi meminang Detik.com, PT Trans Corporation sudah mengincar media online ini selama tiga tahun lamanya. Penggabungan tersebut dinilai sebagai ekspansi bisnis yang moncer, lantaran Detik.com sudah lebih stabil bila dibandingkan dengan membuat media baru.

Baca Juga: Cerita Shinta Nurfauzia Membangun Kesuksesan Lemonilo

Pensiun Setelah 18 Tahun Berkiprah di Detik.com

Di sepanjang perjalanan kariernya bersama Detik.com, Budiono Darsono telah menghabiskan 18 tahun hidupnya mengalami naik turun dalam berkarya. Suami dari Hana Budiono ini pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi.

Ayah dari Fajar Putra Suprabana dan Bening Putri Wardani ini juga pernah memimpin perusahaan selama lima tahun terakhir. Jabatan terakhirnya adalah Chief Executive Officer (CEO). 

Namun pada tahun 2016, Budiono memutuskan untuk pensiun. Pengumuman pengunduran dirinya turut dihadiri oleh Chairul Tanjung selaku pemilik dari CT Corp. Setelah hengkang sebagai Dirut Utama PT Detik TV Indonesia, Budiono kini menjadi Komisaris Utama PT Dynamo Media Network (Kumparan) sejak tahun 2017 sampai sekarang.

Punya Segudang Pengalaman Sebagai Wartawan

Sebelumnya, Budiono Darsono mengawali karier sebagai wartawan di Surabaya, tahun 1984. Ia lantas menjadi wartawan Majalah Tempo di wilayah Jawa Timur, tahun 1987. Setahun kemudian, ia menjadi wartawan Biro Tempo (1988) di Jakarta.

Selain itu, Budiono pun pernah menjadi wartawan Berita Buana (1992), redaktur pelaksana Tabloid DeTIK pimpinan Eros Djarot, Editor Eksekutif PT Surya Citra Televisi (SCTV), Redaktur Eksekutif Simponi, hingga akhirnya menggarap Detik.com (PT Agranet Multicitra Siberkom) dan menjadi redaktur pelaksananya.

Perjuangan Menuju Sukses Tak Selalu Berjalan Mulus

Perjalanan karier Budiono Darsono sebagai wartawan dan penggagas Detik.com tak bisa dibilang mudah. Hasil yang luar biasa tak bisa dicapai tanpa upaya yang juga luar biasa. 

Sebelum menikmati buah manis kesuksesan, ada beberapa pil pahit yang harus ditelan Budiono Darsono. Ada banyak hambatan dan kendala yang dihadapi Budiono Darsono. Di awal terbitnya Detik.com, ia pernah mengalami kondisi ekonomi yang berat karena tak menghasilkan income untuk beberapa lama. 

Tampaknya, Budiono memang total berkomitmen dan berdedikasi pada portal berita online garapannya itu. Ia bahkan sampai rela untuk tidak menyisihkan waktunya bersama keluarga. Kerja keras dan pengorbanan besar ini tentunya tak dapat tergantikan oleh uang.

Kilas balik ke tahun 2000-2002, situasi yang dihadapi Budiono cukup sulit. Tantangan tersebut membuat Budiono memberhentikan sekitar 27 karyawannya di tahun 2000-2002.

Pada saat itu, Budiono dan Detik.com harus bertahan akibat goncangan global yang turut berdampak bagi keberlangsungan banyak industri, termasuk media online. Keadaan bertambah pelik ketika Detik.com sempat dikecam.

Situs tersebut dikecam lantaran beritanya dianggap kurang akurat oleh beberapa pihak. Selain itu, para pengguna pun pernah melontarkan kritik terkait banyaknya iklan yang tampil di halaman Detik.com. Namun semua itu dapat dilewati oleh Budiono Darsono bersama rekan dan seluruh tim.

Siapkan Dana Darurat dan Rencanakan Keuangan dengan Matang

Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah sukses Budiono Darsono. Detik.com lahir di masa keterpurukan sewaktu krisis moneter. 

Meski begitu, kiprah Budi yang terus tegar bertahan patut diapresiasi dan dijadikan motivasi. Karena faktanya, ia dan timnya sanggup mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. 

Terbukti, portal berita yang dicetuskan Budiono Darsono itu ternyata bernilai ratusan miliaran Rupiah. Padahal, gagasan tersebut dulunya lahir di tengah keruhnya gejolak politik yang berkecamuk, serta krisis moneter yang menghantui. 

Kendati demikian, Budiono Darsono tetap optimis dan bertekun meski sempat tak berpenghasilan selama beberapa waktu. Dari pengalaman itu, dapat disimpulkan betapa pentingnya ketersediaan tabungan, dana darurat, serta investasi yang mumpuni, agar sanggup bertahan hidup. 

Karena bagaimanapun, pengelolaan uang dan perencanaan finansial yang matang dapat membantu seseorang bertahan melalui kesulitan ekonomi. Khususnya jika mengalami pemutusan hubungan kerja seperti kisah Budiono Darsono di awal.

Bingung cari tabungan terbaik? Cermati solusinya!

Bandingkan Tabungan Terbaik Sekarang!  

Jangan Tunda Kesuksesan dan Mulai Ambil Tindakan Nyata

Seperti perjalanan Budiono bersama Detik.com yang menginspirasi, jangan tunda kesuksesan dan mulailah berinisiatif mengambil tindakan nyata. Jangan tunda untuk bertindak detik ini juga demi mencapai kesuksesan finansial dan area kehidupan lainnya.

Ambillah langkah kecil detik ini juga. Take a baby step, karena bahkan perjalanan sepanjang puluhan ribu mil sekalipun, bisa dimulai dari satu langkah kecil saat ini juga.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Pengusaha Sukses Indonesia