Tiru Cara Berdagang ala Nabi Muhammad, Insya Allah Laris dan Barokah

Dalam bisnis atau usaha, pasang surut adalah hal biasa. Termasuk saat dihantam pandemi Covid-19 selama dua tahun lebih.

Anggap saja ini ujian. Cobaan bagi seluruh umat manusia, tak terkecuali kamu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan bersabar atas kehendak-Nya.

Dalam kondisi ekonomi dan bisnis yang sedang sulit, banyak pengusaha gelap mata. Melakukan berbagai cara jahat maupun menyimpang dari ajaran Islam agar barang dagangannya laris lagi dan omzet naik.

Padahal gak perlu pakai cara tak lazim, bahkan klenik agar bisnis berkembang pesat. Jadilah pengusaha seperti Nabi Muhammad SAW. Menjalankan usaha dengan cara baik, benar, dan pastinya sesuai syariat Islam.

Berikut tips sukses berdagang atau berbisnis yang diterapkan Rasulullah.

Baca Juga: Mengenal Riba dan Kaitannya dengan Bunga Bank

Bingung Cari Produk Kredit Tanpa Agunan Terbaik? Cermati punya solusinya!

Bandingkan Produk KTA Terbaik! 

Cara Berdagang ala Nabi Muhammad

loader

Nabi Muhammad dijuluki Al Amin, artinya orang yang dapat dipercaya

  1. Bersikap Jujur

    Jujur merupakan salah satu sifat Nabi Muhammad. Yakni Shiddiq yang berarti jujur. Rasulullah selalu jujur dalam perkataan maupun perbuatannya, termasuk saat berdagang atau berbisnis.

    Tidak pernah beliau berbohong dan bersikap munafik. Apalagi mengurangi berat timbangan barang. Misalnya jualan 1 kg gula, ya benar-benar takarannya 1 kg. Tidak kurang, bahkan Rasulullah selalu melebihkan.

    Kalau barang bagus, pasti sama beliau dibilang bagus. Jelek dibilang jelek. Maka dari itu, Baginda Nabi dijuluki Al Amin, artinya orang yang bisa dipercaya.

    Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya para pedagang (pengusaha) akan dibangkitkan pada hari kiamat sebagai para penjahat, kecuali pedagang yang bertakwa kepada Allah, berbuat baik dan jujur.” (HR.Tirmidzi).

    Sikap ini juga seharusnya diteladani para pengusaha lain, agar pembeli merasa puas dan menjadi pelanggan tetap karena kepercayaan mereka terhadapmu.

  2. Jual Barang Bukan Kaleng-kaleng alias Berkualitas Baik

    Saat berdagang, Rasulullah gak mau tuh jual barang yang kualitasnya kaleng-kaleng. Beliau menjual barang berkualitas baik agar tidak merugikan pembeli.

    Selain itu, Nabi ingin pembelinya mendapat barang sepadan atas harga yang sudah dibayarkan. Jadi, produk yang dijajakan Rasulullah selalu yang kualitas wahid.

    Di dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Ibn Majah, Uqbah bin Amir pernah mendengar Rasulullah berkata, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak halal bagi seorang muslim untuk menjual barang yang ada cacatnya kepada temannya, kecuali jika dia jelaskan.

    Artinya apa, kalau kamu menjual barang seken misalnya, ya jelaskan kepada calon pembeli bahwa barang tersebut bukan ori. Jangan ngaku-ngaku bagus, tetapi ternyata ada cacat sana sini.

    Dengan menjual kualitas bagus, pembeli tentu senang dengan barang tersebut. Apalagi kalau dapat harga murah, tapi kualitas gak murahan.

  3. Ngambil Untung Sewajarnya

    Setiap pedagang atau pengusaha pasti ingin untung. Gak ada yang mau rugi. Nah masalahnya, ada penjual yang mau untung gede.

    Biar bisa untung gede bahkan ditempuh dengan cara tidak wajar maupun tidak halal. Misalnya harga jual terlalu mahal padahal biaya produksi murah, barang seken ngaku ori, barang ditimbun biar harganya tinggi, dan sebagainya.

    Sementara Nabi Muhammad gak pernah tuh ngambil untung banyak. Beliau ngambil untung sewajarnya saja. Karena bukan uang yang dicari Rasulullah, namun keberkahan dari Allah SWT.

    “Barangsiapa yang menghendaki keuntungan akhirat, akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu kebahagiaan pun di akhirat.” (QS. Asy-Syuraa : 20).

    Buat apa banyak uang dari keuntungan yang gak wajar di dunia, tetapi tidak berkah. Niscaya duitnya bakal habis begitu saja tanpa tahu jejaknya, seperti habis buat biaya pengobatan, dan lainnya.

  4. Melakukan Strategi Pemasaran

    Gak cuma pengusaha zaman sekarang saja yang melakukan strategi pemasaran, Baginda Nabi pun sudah menerapkannya dulu.

    Pertama, beliau membidik target pasar. Tidak hanya menyasar pada target pasar tertentu saja, namun semua segmen dari kalangan bawah sampai atas.

    Kedua, berpikir kreatif dan inovatif untuk menjual barangnya. Beliau menjalin hubungan baik dengan pelanggan maupun koleganya sebagai jalan melebarkan sayap bisnis ke penjuru dunia.

    Kamu dapat mencontoh Nabi Muhammad soal tersebut. Kalau perlu menambah strategi lain yang disesuaikan dengan tren masa kini.

  5. Tidak Mudah Menyerah

    Menyerah hanya dilakukan para pecundang. Orang yang gampang menyerah, putus asa, niscaya hidupnya tidak akan sukses.

    Kalau bisnis atau jualan lagi sepi, ya hadapi. Putar otak, ubah strategi untuk membalikkan keadaan. Bukan malah menyerah.

    Buktinya Rasulullah terus berusaha meski dihadapkan dengan cobaan bertubi-tubi. Ujian kita mungkin tidak ada apa-apanya dibanding beliau.

    Jika sekarang pandemi, resesi, bahkan ada yang tidak suka atau julid dengan bisnis kamu, gak perlu marah, atau sampai ingin mengakhiri hidup.

    Namanya orang dagang, ada kalanya sepi, ada saatnya ramai. Ada waktunya untung, kadang juga rugi. Nikmati saja prosesnya sambil terus ikhtiar.

    “Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87).

Baca Juga: Untung Rugi Menabung di Perbankan Syariah

Teladani Sifatnya, Kamu Bakal Jadi Pengusaha Sukses

Dengan mencontoh sifat dan sikap Rasulullah dalam berniaga, insya Allah bisnis bisa sukses. Dan kamu akan menjadi pengusaha berjaya nan terpandang. Aamiin Ya Robbal’alamin.

Baca Juga: Trading Saham Halal atau Haram? Begini Hukumnya Menurut Islam dan Tips Trading Syariah