Mengenal Definisi Return, Komponen, hingga Faktor yang Memengaruhinya dalam Investasi

Dalam melakukan segala hal yang berkaitan dengan uang, entah itu berbisnis, bekerja, dan berinvestasi, semua orang pasti menjalaninya dengan harapan mendapatkan keuntungan atau imbal hasil. Jarang sekali ada orang yang mau melakukan suatu kegiatan, tanpa mendapatkan imbalan atas usaha atau uang yang telah dikeluarkan. 

Secara singkat, hal inilah yang dapat menggambarkan tentang maksud dari istilah return atau hasil dalam konteks berinvestasi. Dengan memindahkan ‘uang dingin’ yang dimiliki pada sebuah instrumen investasi, investor pasti menginginkan imbal hasil atau return yang maksimal. Oleh karena itu, tak sedikit para investor yang rela meluangkan cukup banyak waktunya untuk membaca laporan keuangan dari perusahaan, riwayat kinerjanya, dan segala analisis fundamental sebelum berinvestasi dan membeli sahamnya.

Bisa dibilang, setiap investor pasti memprioritaskan hasil yang maksimal dari setiap aktivitas investasi yang dilakukannya. Jika tidak, tentu ada hal lain yang pasti lebih efektif dan menghasilkan ketimbang menggunakan uang yang dimiliki untuk berinvestasi di instrumen yang tak jelas potensi returnnya.

Yang menjadi pertanyaan sekarang, apa sih yang sebenarnya dimaksud dengan return atau hasil dalam dunia investasi tersebut? Juga, apa saja jenis return yang mungkin didapatkan oleh para pelaku investasi, serta pengaruhnya saat berinvestasi? Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak penjelasan ringkasnya berikut ini. 

Baca Juga: Melek Investasi: Simak Beda Investasi Saham, Reksa Dana, SBR, ORI, dan Deposito

Apa Itu Return Investasi?

loader

Return adalah...

Seperti yang sempat dibahas sedikit sebelumnya, return adalah satu di antara banyak hal yang diprioritaskan oleh kebanyakan investor saat berinvestasi. Hasil atau return investasi dapat diartikan sebagai tingkat keuntungan dalam berinvestasi. Jadi, ketika melakukan investasi, penghasilan atau gain yang dinanti-nantikan oleh investor inilah yang dikenal dengan istilah return. 

Menurut Eduardus Tandelilin, pembahasaan return investasi inilah yang menjadi faktor untuk memotivasi interaksi dari para investor. Selain itu, dengan adanya iming-iming return ini, investor lebih berani dalam mengambil dan menanggung risiko investasi yang dijalaninya sebab potensi keuntungannya juga akan menjadi lebih menggiurkan lagi. 

Karena itu pula dalam dunia investasi cukup populer ungkapan ‘high risk, high return’. Ungkapan tersebut berarti bahwa investasi yang menjanjikan imbal hasil yang lebih besar, pasti memiliki risiko yang lebih tinggi pula. Jadi, perlu dilakukan analisa fundamental yang baik dan akurat saat berinvestasi di instrumen yang menjanjikan return besar guna meminimalisir risikonya. 

Dalam konteks investasi reksa dana, hasil atau return merujuk pada hasil kinerja dari reksa dana yang dikelola Manajer Investasi, dengan dasar nominal modal investasi. Kemudian, return dari kinerja investasi reksa dana tersebut akan terus diperbarui setiap harinya mengikuti hari aktif bursa. 

Angka dari return investasi ini tentu akan terus berubah dan fluktuatif setiap harinya. Perubahan tersebut secara umum dipengaruhi oleh saham NAB, yang juga turut berubah sesuai harga pasar pada Bursa Efek Indonesia atau BEI, dan IHSG. Selain itu, kondisi ekonomi di dalam dan juga luar negeri pun memiliki andil cukup tinggi terhadap return di sebuah instrumen investasi. 

Perlu dipahami juga bahwa return atau hasil berinvestasi ini dapat bergerak ke arah yang negatif. Artinya, dana yang sedang diinvestasikan tengah mengalami kerugian. Saat mengalami hal tersebut, investor biasanya akan langsung melakukan analisa terhadap kemungkinan kinerja instrumen investasinya di masa mendatang. 

Komponen Return

  1. Capital Gain

    Capital Gain adalah keuntungan atau hasil yang akan didapatkan dari selisih besaran investasi saat ini, dengan besaran investasi yang ditanam dengan harga di periode sebelumnya. 

    Namun, hal ini hanya berlaku saat investor mampu atau berhasil mendapatkan keuntungan atau penambahan nilai investasi. Jika nilai investasinya menurun atau merugi, Capital Loss adalah istilah yang cocok untuk digunakan.

    Dalam praktiknya, sejumlah instrumen investasi pasti memiliki risiko capital gain atau capital loss. Capital gain bergantung terhadap harga pasar sebuah instrumen investasi yang diperjualbelikan di bursa efek. 

    Aktivitas perdagangan instrumen investasi tersebut memengaruhi harga aset investasi, serta berpotensi untuk mengubah nilainya. Sejumlah contoh dari instrumen investasi yang mampu memberikan capital gain atau capital loss adalah obligasi dan saham.

  2. Yield 

    Sedangkan untuk komponen yang kedua yaitu yield. Yield adalah persentase kas yang didapatkan oleh investor secara berkala terhadap sebuah investasi. Contoh dari komponen ini adalah bunga obligasi, bunga deposito, dividen, dan sebagainya. 

Baca Juga: Milenial, ini 4 Manfaat Investasi Sejak Muda dengan Pilihan Jenis Investasi yang Tepat

Jenis-jenis Return Investasi

Selain komponen, ada pula jenis return yang umumnya diketahui oleh investor, yakni:

  1. Return Realisasi

    Return realisasi atau realized return adalah imbal hasil investasi yang sudah terjadi. Artinya, return realisasi merujuk pada keuntungan atau kerugian yang sudah didapatkan oleh investor terhadap aktivitas investasi yang dilakukan sebelumnya. Kemudian, dari hasil return realisasi ini, investor mampu menjadikannya sebagai dasar dalam menentukan return ekspektasi, serta risiko yang mungkin akan terjadi di masa mendatang. 

    Penghitungan dari return investasi jenis ini didasarkan pada data riwayat pengembalian. Memahami return realisasi penting dilakukan oleh investor karena dapat digunakan untuk mengetahui serta mengukur kinerja sebuah perusahaan, serta menjadi tolok ukur terhadap penghitungan return ekspektasi pada masa mendatang. 

  2. Return Ekspektasi

    Di sisi lain, return ekspektasi adalah imbal hasil investasi yang diharapkan akan diterima oleh investor di waktu mendatang. Berbanding terbalik dengan realisasi, return jenis ini masih belum diterima oleh investor alias belum terjadi.

    Tingkat return ekspektasi adalah keuntungan yang bakal diterima investor atau aktivitas investasinya pada sebuah perusahaan emiten di masa depan. Dalam kata lain, tingkat pengembalian tersebut banyak dipengaruhi prospek perusahaan terkait di masa mendatang. 

    Tentu saja, saat berinvestasi, investor selalu mengharapkan jumlah return tertentu di masa mendatang. Meski begitu, saat aktivitas investasi telah selesai dan return telah diterima, maka return ekspektasi telah beralih menjadi return realisasi. 

Sejumlah Faktor yang Memengaruhi Return

Dalam aspek keuangan, terdapat sejumlah faktor yang memangaruhi jumlah return investasi yang didapatkan oleh investor. Berikut adalah faktor-faktor yang mendasari jumlah imbal hasil yang diterima oleh pelaku investasi.

  • Inflasi.
  • Suku bunga.
  • Nilai tukar.
  • Risiko finansial.
  • Risiko bisnis.
  • Risiko pasar.
  • Risiko negara.
  • Risiko likuiditas.

Dengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor tersebut, investor mampu mendapatkan gambaran mengenai return ekspektasi dari instrumen investasi. Semakin lengkap dan baik analisa yang dilakukan, semakin akurat pula gambaran return ekspektasi yang didapatkan oleh investor. Jadi, saat berinvestasi, jangan hanya melihat potensi return besar yang diberikannya, namun, juga tingkat risikonya.

Cara terbaik dan paling efektif dalam meminimalisir risiko saat berinvestasi adalah melakukan diversifikasi. Diversifikasi sendiri merujuk pada aktivitas investasi dengan menanamkan dana pada sejumlah instrumen sekaligus. Dengan begitu, saat satu instrumen investasi mengalami kerugian, instrumen lainnya yang mendapatkan capital gain mampu meminimalisirnya. 

Cara Menghitung Return Investasi

Pada dasarnya, return menggambarkan performa tentang aktivitas investasi yang dilakukan. Semakin tinggi nilanya, berarti performa investasi Anda semakin baik. Nah, untuk menghitung return investasi, Anda dapat menggunakan rumus berikut ini.

(Harga saat ini - Harga Beli) x Unit yang Dimiliki

Sebagai contoh, Anda saat ini memiliki 100 unit obligasi dengan harga beli masing-masing 10 ribu. Jika nantinya harga unit obligasi tersebut menjadi 12 ribu, artinya, hasil return yang didapatkan adalah:

(12.000 – 10.000) x 100 = 200.000

Lalu, bagaimana jika ternyata harga unit obligasi yang Anda miliki tersebut mengalami penurunan harga di masa mendatang? Misalnya menjadi 9 ribu per unit obligasi. Maka, penghitungan return investasi Anda menjadi:

(9.000 – 10.000) x 100 = -100.000 

Dalam kedua contoh tersebut terlihat berapa banyak capital gain atau capital loss yang Anda dapatkan. Nah, saat ternyata Anda mengalami kondisi capital loss, jangan langsung panik dan melakukan penarikan uang. Sebab, tergantung dari situasi, bukan tidak mungkin harga unit investasi yang Anda miliki dapat merangkak naik. 

Meski saat ini produk investasi mengalami penurunan, hal tersebut tak akan menjadi return realisasi jika Anda tak melakukan penarikan dana. Kendati demikian, tetap hati-hati karena potensi harga unit investasi semakin menurun juga mungkin terjadi. Oleh karena itu, Anda harus pandai membaca kondisi perusahaan atau produk investasi yang dimiliki agar keputusan terbaik terhadap aktivitas investasi tersebut dapat diambil. 

Contoh lainnya, dua tahun silam Anda membeli sebuah properti dengan harga 500 juta. Nah, karena lokasinya semakin strategis, ada pembeli yang menawarnya dengan harga 700 juta. Artinya, imbal hasil atau return yang diterima adalah 200 juta dalam kurun waktu 2 tahun. 

Tak Lagi Ragu Terjun ke Dunia Investasi 

Itulah penjelasan mengenai return investasi dan beberapa contohnya. Dengan mengetahui apa itu return dalam konteks investasi, Anda menjadi selangkah lebih maju untuk terjun ke dunia investasi dan menanamkan dana dengan pertimbangan serta analisa yang tepat. Dengan begitu potensi return yang bisa didapatkan akan menjadi lebih tinggi dan menguntungkan.

Baca Juga: Kesalahan dalam Melakukan Investasi dan Cara Memilih Investasi yang Tepat