6 Stigma Negatif yang Masih Melekat pada Asuransi

Jagad media sosial (medsos) sedang heboh kasus dugaan penipuan salah satu perusahaan asuransi ternama kepada seorang artis. Lagi-lagi soal klaim yang tak sesuai harapan.

Memang, asuransi sejak dulu terkenal rumit. Sebab, semuanya harus berdasarkan ketentuan polis. Ujung-ujungnya nasabah yang kecewa.

Asuransi sekarang ini sudah menjadi kebutuhan. Namun masih saja dijauhi banyak orang. Kenapa? Itu karena masih adanya anggapan asuransi terkesan buruk, tidak ada untungnya, dan malah bikin nasabah rugi.

Apa saja stigma negatif yang melekat pada asuransi? Berikut jawabannya:

Baca Juga: Beli Asuransi Kesehatan, Mending Premi Bulanan atau Tahunan?

loader
Stigma negatif asuransi

1. Buang-buang uang

Asuransi menawarkan manfaat berupa perlindungan atas risiko yang mungkin akan terjadi. Namun faktanya, masih banyak orang yang ogah daftar asuransi karena alasan buang-buang uang.

Mereka beranggapan, lebih penting makan dibanding asuransi. Atau berpendapat masih sehat, segar, bugar, waras, buat apa asuransi. Harus mengeluarkan biaya lagi setiap bulan, sementara banyak kebutuhan lain.

Padahal kalau dihitung-hitung, kamu bisa membeli asuransi dengan premi yang sesuai kondisi keuangan. Manfaat yang diterima pun bisa jadi lebih besar dari jumlah premi yang dibayarkan.

Misalnya dengan premi Rp 200 ribu per bulan, bisa mengantongi uang pertanggungan ratusan juta rupiah ketika sakit, kecelakaan, ataupun meninggal dunia. Dalam lima tahun, total premi Rp 12 juta saja.

Melihat selisih jumlah premi dan uang pertanggungan tersebut, masih mau bilang asuransi cuma buang-buang uang? Coba deh dipahami lagi.

2. Proses klaimnya sulit

Untuk pembayaran premi, biasanya perusahaan asuransi selalu mempermudah nasabah. Tetapi giliran ingin mengajukan klaim, dipersulit. Di pingpong ke sana ke mari, tidak jelas.

Begitu pemikiran banyak orang. Proses klaim asuransi menguras energi dan waktu karena memakan waktu yang panjang. Belum lagi, harus menyiapkan berbagai dokumen pendukung dan menunggu apakah klaim diterima atau ditolak.

Sudah menunggu lama, itupun klaim belum tentu diterima. Klaim bisa saja ditolak karena beberapa alasan, seperti dokumen kurang, tidak valid, atau alibi lainnya.

Sebetulnya, proses pengajuan klaim asuransi dapat berjalan lancar bila nasabah melengkapi semua dokumen yang dipersyaratkan. Dengan begitu, penggantian biaya pun dapat cair sesuai waktu yang ditentukan.

Contohnya pada klaim asuransi kesehatan, syarat dokumen yang harus dilengkapi, antara lain, fotokopi kartu identitas yang masih berlaku, rincian asli seluruh biaya perawatan, fotokopi laporan medis, mengisi formulir pengajuan klain, serta dokumen pendukung lain, seperti fotokopi hasil laboratoium, resep obat, dan sebagainya.

3. Adanya kedok penipuan

Ada saja oknum atau pelaku kejahatan yang menipu nasabah. Mengiming-imingi premi murah, klaim sangat mudah dan cepat, tetapi ternyata penipuan.

Wajar jika masyarakat, termasuk kamu kurang percaya pada asuransi. Namun tidak semua perusahaan asuransi demikian. Maka dari itu, pastikan kamu mengajukan atau membeli asuransi di perusahaan asuransi terpercaya. Yang sudah berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Selain itu, kalau beli asuransi dai agen, pilih yang bersertifikat khusus dari asosiasi asuransi. Tidak ada salahnya, kamu minta agen menunjukkan sertifikat khusus tersebut sebelum melakukan pembelian agar terhindar dari kasus tipu-tipu.

Tanyakan pula apapun soal asuransi yang kamu tidak mengerti kepada agen. Termasuk membaca ketentuan polis dan memahaminya.

4. Merasa belum atau tidak butuh

Kurangnya kesadaran masyarakat pentingnya perlindungan diri atas risiko menjadi salah satu alasan mengapa asuransi kurang diminati. Padahal kalau dipikir-pikir, hal buruk bisa terjadi kapan saja, di mana saja, dan menimpa siapapun tanpa pandang bulu.

Ubah mindset tentang asuransi dan lihat manfaat jangka panjangnya. Asuransi ibarat sedia payung sebelum hujan. Jangan setelah terkena risiko, baru sadar beli asuransi Itu namanya sudah terlambat.

Mengajukan asuransi ketika sudah sakit misalnya, pasti akan membuat premi jadi lebih mahal. Atau bahkan malah pengajuan kamu bisa ditolak.

Kalau mau dapat premi murah, manfaat jangka panjang lebih besar, maka ajukan asuransi selagi masih muda, sehat, dan produktif. Tidak akan rugi, tetapi malah untung.

5. Biaya premi asuransi berbeda-beda

Beda manfaat, beda pula biaya premi yang harus dibayarkan. Ini sudah bukan rahasia umum lagi. Oleh sebab itu, cari tahu kebutuhan kamu dan keluarga.

Jika ingin mendapatkan manfaat maksimal dan menyeluruh dengan cakupan lebih luas, kamu harus berani bayar lebih mahal.

Agar tidak terjadi kesalahpahaman di masa mendatang, sebaiknya tanyakan perihal manfaat ini kepada agen asuransi yang menawarkan produk kepadamu. Tujuannya agar kamu tidak merasa dirugikan di kemudian hari.

6. Produk asuransi bikin bingung

Produk dan jenis asuransi yang ditawarkan berbeda-beda. Ada asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi pendidikan, asuransi kendaraan, hingga asuransi properti.

Hal ini tidak lantas membuatmu bingung karena manfaat yang didapatkan sudah sesuai dengan jenis produknya. Bila kamu ajukan asuransi kesehatan, sudah pasti manfaatnya menanggung kerugian finansial akibat risiko kesehatan.

Sedangkan asuransi jiwa, mengkover atau memberi santunan kepada ahli waris apabila kamu sebagai tulang punggung keluarga meninggal dunia.

Baca Juga: Mengenal Asuransi Kesehatan Reimburse: Sistem Talangi Dulu Biaya Berobat, Klaim Belakangan