Apakah Mungkin Indonesia Masuk Masa Resesi Ekonomi? Kenali Dulu Makna dan Segala Penyebabnya

Bidang ekonomi dalam sebuah negara bukanlah suatu hal yang bisa dipandang sebelah mata. Bisa dikatakan bahwa hampir seluruh negara di dunia mendambakan perekonomian yang selalu meningkat secara signifikan. Alhasil, ada banyak sekali upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar target peningkatan ekonomi tersebut selalu tercapai setiap tahunnya. 

Perkembangan ekonomi suatu negara bahkan seringkali dianggap tolok ukur kemajuannya. Hingga kini, tak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa negara maju adalah negara yang memiliki tingkat perekonomian yang tinggi. Hal ini termasuk dengan GDP per kapitanya yang tinggi serta dibarengi dengan kemampuannya dalam memanfaatkan teknologi yang canggih pula. 

Namun, untuk bisa menjadi negara yang maju, dibutuhkan banyak pencapaian ekonomi yang baik. Dengan banyaknya faktor eksternal yang umumnya mengganggu perekonomian suatu negara dan seringkali sulit untuk dikendalikan, bukan tidak mungkin kondisi ekonomi akan mengalami kemunduran. 

Jika dibiarkan terlalu lama, bukan tidak mungkin suatu negara akan memasuki masa perekonomian yang disebut dengan resesi. Resesi adalah sebuah istilah yang cukup sering didengar oleh masyarakat melalui surat kabar dan sebagainya. Lantas, sudah tahukah Anda makna sebenarnya dari istilah resesi dan indikator yang menunjukkan bahwa negara telah memasuki masa tersebut?

Definisi dari Resesi

loader

Menurut Biro Riset Ekonomi Nasional atau NBER, resesi adalah periode jatuhnya kegiatan ekonomi yang berlangsung dalam kurun waktu beberapa bulan atau lebih. Dalam kata lain, suatu negara baru bisa dianggap memasuki masa resesi setelah kondisi perekonomiannya menurun dalam beberapa periode atau masa akuntansi. Jadi, saat suatu waktu ekonomi menurun, hal tersebut masih belum bisa dikatakan sebagai resesi. 

Akan tetapi, pada umumnya, negara dapat dikatakan mengalami resesi saat ekonominya menurun secara drastis atau signifikan. Keadaan di mana ekonomi sedang anjlok tersebut juga harus terjadi selama paling tidak enam bulan sebelum diputuskan mengalami resesi ekonomi. 

Saat mengalami resesi, penurunan ekonomi biasanya terjadi pada 5 indikator, yakni PDB riil, pekerjaan, pendapatan, penjualan ritel, serta manufaktur. Jika kelima indikator ekonomi tersebut mengalami kesulitan atau penurunan kegiatan, maka bisa dikatakan bahwa resesi tengah menyerang negara tersebut.

Selain itu, resesi juga dapat didefinisikan sebagai penurunannya atau negatifnya tingkat pertumbuhan PDP selama setidaknya dua kuartal secara terus-menerus. Namun, tidak menutup kemungkinan pula bahwa resesi telah terjadi sebelum dikeluarkannya laporan PDP triwulanan. 

Baca Juga: Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Inilah yang Perlu Diketahui

Indikasi Suatu Negara Telah Memasuki Masa Resesi

Dalam menentukan masa resesi di suatu negara, indikator terpenting yang perlu dipahami adalah PDB riil. Saat tingkat pertumbuhannya mengarah ke arah yang negatif, PDB riil bisa menjadi pertanda bahwa negara tersebut sangat berisiko memasuki masa resesi ekonomi. 

Akan tetapi, indikasi tersebut dapat segera dipatahkan saat pertumbuhan PDB riil di kuartal selanjutnya bergerak ke arah yang lebih positif. Oleh sebab itu, sangat jarang suatu negara dapat dikatakan sebagai negara yang berada pada masa tersebut karena penurunan tingkat PDB riil seringnya hanya terjadi pada satu kuartal saja. 

Hal tersebut menjadikan munculnya beberapa indikator lain yang dapat dicermati guna mengetahui apakah suatu negara sedang mengalami resesi atau tidak. Saat indikator lainnya tersebut diketahui menurun, maka besar kemungkinan tingkat PDBnya juga sedang turun pula. Untuk lebih jelasnya, berikut indikasi lain yang menunjukkan apakah suatu negara sedang mengalami resesi:

  1. Penghasilan Riil yang Disesuaikan dengan Tingkat Inflasi

    Resesi dapat diindikasikan dengan penghasilan riil yang diukur dengan menyesuaikan tingkat inflasi dengan jumlah pendapatan pribadi. Dalam mengukur nilai tersebut, pembayaran transfer serta pembayaran kesejahteraan juga dihilangkan. Saat diketahui pendapatan riil negatif, hal tersebut akan berimbas pada menurunnya minat pembelian serta permintaan dari konsumen. 

  2. Pengukuran Pekerjaan

    Selain itu, indikator resesi yang selanjutnya adalah pengukuran pekerjaan melalui informasi pada laporan pekerjaan bulanan. Indikator resesi ini juga dapat diketahui dengan menganalisa statistik pekerjaan pada kuartal tersebut.

  3. Sektor Manufaktur

    Yang ketiga, indikator resesi dapat dilakukan dengan memeriksa kondisi pada sektor manufaktur. Pemeriksaan kesehatan pada sektor manufaktur ini dapat dilakukan dengan melihat laporan produksi industri. 

  4. Penjualan yang Telah Mengalami Penyesuaian dengan Inflasi

    Terakhir, tanda terjadinya resesi adalah penjualan manufaktur, grosir, hingga eceran telah mengalami penyesuaian dengan inflasi yang terjadi. Jadi, harga jualnya telah meningkat seiring dengan tingginya tingkat inflasi negara tersebut. 

    Berdasarkan indikasi tersebut, dapat terlihat bahwa kegiatan di pasar saham bukanlah indikator dari terjadinya resesi suatu negara. Alasannya, harga saham menjadi gambaran pendapatan yang diharapkan oleh perusahaan publik. Jadi, kegiatan investor dan para pemain saham masih memiliki pengaruh pada kondisi yang terjadi pada pasar saham. 

    Namun, perlu diperhatikan pula jika pasar saham juga dapat memengaruhi risiko terjadinya resesi saat bear market mengalami penurunan 20 persen. Kehancuran pada pasar saham dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya resesi. Pasalnya, sebagian besar investor telah kehilangan rasa percayanya pada kondisi ekonomi. 

Pertanda Negara Amat Berisiko Memasuki Masa Resesi

  1. Pertumbuhan Ekonomi yang Melambat

    Salah satu pertanda resesi dapat terjadi adalah pertumbuhan ekonomi yang melambat, namun masih positif. Artinya, meski belum bergerak negatif, negara perlu mewanti-wanti terjadinya resesi saat terjadi penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi. Dalam masa ini, seperempat pertumbuhan akan menurun, lalu diikuti pertumbuhan yang positif dalam beberapa kuartal, kemudian dilanjutkan dengan seperempat pertumbuhan yang negatif kembali. 

  2. Penurunan Pemesanan Pada Perusahaan Manufaktur

    Salah satu pertanda umum lainnya adalah kondisi pekerjaan di sektor manufaktur. Saat perusahaan manufaktur mengalami penurunan pemesanan setelah berbulan-bulan sebelumnya menerima pesanan yang banyak, maka ini bisa menjadi pertanda resesi akan segera menyerang. 

    Hal ini juga dapat dilihat dari pabrik atau produsen yang berhenti melakukan perekrutan. Secara tidak langsung, hal ini berarti bahwa sektor ekonomi tengah mengalami perlambatan pertumbuhan. Jika dibiarkan berlama-lama, bukan tidak mungkin tingkat pertumbuhannya akan menurun. 

  3. Permintaan Konsumen Ikut Menurun

    Terakhir, barulah dapat dicermati apakah permintaan konsumen atas produksi dari pabrik maupun perusahaan manufaktur turut melemah juga atau tidak. Jika ikut menurun, maka benar anggapan bahwa pertumbuhan ekonomi di negara tersebut tengah melambat. Penurunan minat beli masyarakat ini dapat berimbas pada kesulitan para pebisnis untuk mengembangkan usahanya. 

    Dengan bisnis yang tidak berkembang, proses perekrutan pekerja akan dihentikan dan pengangguran lambat laun akan semakin meningkat. Inilah yang menjadi pertanda suatu negara telah memasuki fase resesi dan memerlukan kebijakan dari pemerintah. 

Baca Juga: 6 Langkah Investor Saat Ekonomi Lesu

Pengaruh Resesi Terhadap Suatu Negara dan Masyarakatnya

Telah terlihat bahwa resesi memberikan pengaruh berantai yang buruk pada kondisi perekonomian suatu negara dan masyarakatnya. Perlambatan pertumbuhan ekonomi menimbulkan para pelaku bisnis yang menghentikan proses rekrutmen dan meningkatkan tingkat pengangguran.

Dengan tingginya tingkat pengangguran, pembelian dari konsumen akan menjadi semakin menurun. Saat hal tersebut terjadi, bukan tidak mungkin akan ada banyak bisnis yang akan tersungkur dan akhirnya mengalami kebangkrutan. 

Dalam jangka panjang, resesi dapat menyebabkan banyak orang kehilangan hunian yang masih pada kondisi mencicil. Tidak hanya itu, para generasi muda yang tidak bisa mendapatkan karir yang tepat dapat berakibat fatal pada masa depan bangsa karena tidak memiliki skill yang dibutuhkan oleh industri maju. Jadi, dalam skenario paling buruknya, negara maju dapat menjadi negara berkembang atau dibawahnya akibat terjadinya resesi.

Adakah Manfaat dari Terjadinya Resesi?

Resesi tidak selamanya berakibat buruk saat terjadi. Satu-satunya yang positif dari adanya resesi di suatu negara adalah menyembuhkan inflasi yang telah lama terjadi. Jadi, sebelum resesi berlangsung terlalu lama dan berakibat fatal, negara harus bisa menyeimbangkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan mencegah bertambahnya tingkat inflasi. 

Hal ini biasanya adalah tugas dari Federal Reserve atau disingkat the Fed yang melakukan penyeimbangan tersebut tanpa memerlukan bantuan dari kebijakan fiskal. Di sisi lain, pemerintah selaku pemegang kendali atas anggaran federal harus bisa mendorong kemajuan ekonomi seefektif mungkin. Caranya bisa melalui pengurangan beban pajak, melakukan perbelanjaan untuk program sosial, serta mengabaikan defisit pada anggaran. 

Jadi, Apakah Mungkin Indonesia Mengalami Resesi?

Berdasarkan pemaparan di atas, resesi bisa terjadi saat kondisi perekonomian mengalami penurunan secara signifikan selama dua kuartal secara berturut-turut. Mengetahui hal tersebut, potensi suatu negara akan mengalami resesi bisa dibilang sangat kecil, namun bukan nol. Jadi, asal kebijakan dari pemerintah memiliki tujuan untuk memasukan ekonomi masyarakat, hampir tidak mungkin resesi akan terjadi pada suatu negara, termasuk Indonesia. 

Baca Juga: Mengelola Keuangan Saat Kondisi Ekonomi Memburuk