Cerita di Balik Kesuksesan Chef Gordon Ramsay yang Ternyata Pernah Gagal Jadi Atlet Sepak Bola

Sebagai celebrity chef, pemilik restoran, kritikus makanan, tokoh televisi, penulis asal Inggris, nama Gordon James Ramsay Jr. sudah sangat tersohor di bidangnya. Sejumlah acara TV yang dibintanginya amat populer, seperti Kitchen Nightmares, Hell’s Kitchen, MasterChef, dan The F Word yang punya penggemarnya sendiri.

Di sepanjang kariernya yang gemilang, pria kelahiran Skotlandia, 8 November 1966 ini telah meraih belasan bintang Michelin. Tak diragukan lagi, sosoknya telah menjadi salah satu koki terbaik seantero dunia.

Pemilik London House Restaurant serta puluhan resto eksklusif lainnya ini bahkan dikabarkan meraih kekayaan besar berkat keahlian memasaknya. Celebrity Net Worth mengungkap kekayaan Ramsay kini menembus angka 220 juta Dolar AS (Rp3,2 triliun). Sedangkan gaji tahunannya berada di angka 60 juta Dolar AS (Rp881 miliar).

Tak hanya seorang multi-jutawan, ia juga merupakan koki paling kaya kedua di dunia setelah Jamie Oliver. Lalu, bagaimana sepak terjang pria berusia 53 tahun tersebut dalam mengawali kesuksesannya?

Baca Juga: Cerita Farah Quinn yang Sukses Jadi Pastry Chef dan Celebrity karena Mengikuti Hobi

Kandasnya Impian Jadi Pemain Bola

View this post on Instagram

A post shared by Gordon Ramsay (@gordongram)

Kini nama Ramsay telah tersohor sebagai koki kelas dunia internasional dengan image khasnya yang perfeksionis, galak, dan tegas. Telah mengecap sukses besar, siapa sangka jika dulunya Gordon Ramsay pun pernah kecewa. Terlahir di Glasgow, Skotlandia, putra pasangan Helen dan Gordon Cosgrove ini kemudian pindah ke Inggris di usianya yang kelima. 

Tumbuh besar di sana, Ramsay mulai berangan untuk menjadi pemain sepak bola. Sejak kecil, rupanya sang koki telah jatuh hati pada dunia persepakbolaan. Saking cintanya, ia pun mendaftarkan diri ke klub sepak bola kenamaan di kota tempat ia tinggal. 

Ramsay remaja tercatat pernah menjadi anggota dari beberapa klub kenamaan dan bermain bersama mereka. Salah satunya seperti young team of Oxford United, Glasgow Rangers, serta Warwickshire.

Malangnya, peristiwa naas terjadi menimpanya. Ia mengalami cedera kaki sehingga bermain sepak bola menjadi terlalu berisiko baginya. Alhasil, ia pun terpaksa mengubur impiannya menjadi atlet sepak bola. 

Dari Manajemen Hotel ke Industri Kuliner

Memasuki usia 19 tahun, Ramsay menjadi serius untuk menekuni dunia kuliner setelah menimba ilmu manajemen hotel. Di tahun 1987, ia berhasil mendapat gelar di bidang tersebut. 

Dari situ, ia menimba pengalaman dengan bekerja di Wickham Arms hingga Wroxton House Hotel. Demi totalitas dan dedikasi yang tinggi, sang koki hijrah ke London dan bekerja di sejumlah restoran setempat.

Sekitar tiga tahun, ia bekerja di Harvey's dalam pengawasan koki kenamaan (Marco Pierre White) yang terkenal temperamental. Ia pun mempelajari masakan Perancis dan bekerja di Le Gavroche di Mayfair.

Tak mau setengah-setengah, ia lantas traveling ke Paris. Di sana ia bekerja di bawah pengawasan Guy Savoy dan Joel Robuchon. Setelah mendapatkan bekal lebih banyak, Ramsay yang saat itu berumur 27 tahun kemudian kembali ke Inggris.

Ia lantas berhasil menjadi head chef di Aubergine. Dua tahun berselang, ia berhasil meraih sukses dengan mendapat 2 bintang dari Michelin Guide. Memasuki tahun 1995, ia berhasil meraih penghargaan dari Catey Awards sebagai Newcomer of the Year.

Sukses Buka Puluhan Restoran

View this post on Instagram

A post shared by Gordon Ramsay (@gordongram)

Berawal dari problem finansial yang menimpanya waktu masih di Aubergine, tercetus ide bagi Ramsay untuk membuka restoran miliknya sendiri. Ia pun resmi membuka restoran pertamanya di London pada tahun 1998.

Tiga tahun kemudian, ia meraih 3 bintang Michelin Guide. Sejak itu, ia pun mendirikan banyak restoran meski beberapa di antaranya terpaksa gulung tikar akibat berbagai faktor.

Hingga artikel ini ditulis, Ramsay mempunyai total 35 restoran yang tersebar di seluruh dunia dengan 7 bintang Michelin. Di London sendiri, terdapat 15 restoran yang dimilikinya. Sedangkan restoran lainnya tersebar di Amerika Serikat, negara Eropa lain, Asia, hingga Timur Tengah.

Sampai 2020, ada 15 restoran yang dikelolanya telah mendapat bintang Michelin. Seperti diketahui, Michelin merupakan penghargaan yang berasal dari reviewer anonymous. Mereka akan mengunjungi restoran dengan sembunyi-sembunyi dan ulasan yang diberikan akan terbit dalam buku Michelin Guide.  

Penasaran ingin mencicipinya? Berikut adalah beberapa nama restoran Gordon Ramsay:

  • Gordon Ramsay au Trianon di Versailles. 
  • Gordon Ramsay di New York dan London. 
  • Boxwood Café. 
  • Savoy Grill.
  • La Noisette.
  • London House Restaurant, serta Maze.

Baca Juga: Sifat Wajib yang Harus Dimiliki Seorang Chef

Jadi Bintang di Acara TV

Memasuki pertengahan tahun 2005, nama Ramsay kian meroket setelah menjadi juri dalam acara America Hell’s Kitchen di FOX. Pria yang cekatan dan cerdas dalam masak memasak ini dikenal begitu disiplin. Demi hasil terbaik, ia tak segan menegur chef yang dididiknya.

Popularitasnya semakin melambung di tahun 2010. Ia menjadi pemimpin juri di program acara MasterChef. Tiga tahun kemudian, ayah lima anak ini juga muncul di acara MasterChef Junior. 

Suami dari Tana Ramsay ini jadi semakin dihormati karena pengaruhnya yang besar dalam kultur populer di Inggris. Dengan gaya masak ala Britania, Perancis, dan Italia yang menjadi andalannya, ia kemudian menulis puluhan buku.

Selain itu, ia juga mengonsolidasikan sejumlah bisnisnya ke Gordon Ramsay Holdings Limited. Dengan prestasi besar yang berhasil ditorehkan, ia didapuk menjadi Officer of the Order of the British Empire di tahun 2006 dan dilantik ke Culinary Hall of Fame di tahun 2013.

Galak namun Dermawan

View this post on Instagram

A post shared by Gordon Ramsay (@gordongram)

Pada Juni 2020 lalu, Ramsay sempat melakukan shooting di Indonesia, tepatnya di Sumatera Barat untuk acara Gordon Ramsay: Uncharted. Program acara TV yang ditayangkan National Geographic tersebut menampilkan proses belajar dirinya memasak hidangan rendang bersama William Wongso.

Sukses, populer, dan tajir melintir tak membuat Ramsay kehilangan jiwa sosialnya. Di balik sosok tegas dan galaknya sebagai koki, Ramsay ternyata merupakan sosok pria humoris yang ramah dan penyayang. 

Bersama sang istri, ayah dari Megan, Matilda, Oscar, Holly, dan Jack ini telah mendirikan suatu yayasan amal untuk mendukung pendanaan rumah sakit anak di tahun 2014.

Menerima Hikmah di Balik Kegagalan

Ada hikmah di balik sebuah kegagalan. Tak disangka, ketidakberhasilan yang pernah dialami Gordon Ramsay malah membawanya menjemput kesuksesan besar. Seperti Ramsay yang memilih melanjutkan hidupnya, Anda pun bisa mengambil hikmah dari sebuah kegagalan dan menyambut kesuksesan di bidang yang baru.

Baca Juga: Lagi Cari Kerja? Cek Peluang Karier yang Pas Buatmu di Industri Hospitality