Miliki Banyak Fungsi bagi Perusahaan dan Investor, Ini Pengertian Free Cash Flow dan Cara Hitungnya

Kebanyakan dari kamu tentu sudah tidak asing dengan istilah cash flow atau arus kas. Ya, istilah tersebut merupakan salah satu aspek terpenting dalam laporan keuangan dan memiliki banyak fungsi terkait kondisi finansial perusahaan ataupun individu. Namun, tahukah kamu jika cash flow sendiri memiliki beragam jenis lainnya yang juga tidak kalah penting untuk dipahami?

Salah satunya adalah free cash flow atau bisa juga disebut dengan FCF. Jika mengacu dari segi bahasanya, arti dari FCF ini ialah arus kas bebas, dan pastinya sudah tidak asing didengar dan dipahami oleh mereka yang telah lama berkutat pada dunia bisnis atau finansial dalam waktu yang lama.

Yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang sebenarnya dimaksud dengan free cash flow ini? Di samping itu, kamu juga perlu memahami apa saja fungsi, komponen, rumus, hingga contoh cara hitung dari FCF. Nah, jika ingin tahu lebih lanjut tentang free cash flow dan sederet hal penting seputarnya, simak pembahasan berikut ini.

Penjelasan tentang Free Cash Flow

loader

FCF, bisa juga disebut sebagai free cash flow adalah sebuah jenis arus kas atau cash flow yang ditujukan guna memaksimalkan kesejahteraan dari pihak pemilik saham. Selain itu, FCF juga bisa diartikan sebagai arus kas yang dihasilkan oleh perusahaan pasca dikurangi depresiasi, dan investasi modal, misalnya, pembaruan gedung dan mesin, serta pembayaran pajak.

Mengacu penjelasan dari Brigham & Houston, pengertian free cash flow adalah suatu cash flow yang dihasilkan oleh suatu perusahaan di tiap akhir periode bisnisnya, pasca digunakan untuk melunasi seluruh beban biaya operasional perusahaan. Beban biaya tersebut termasuk pula beragam kewajiban dan juga belanja modal. 

Terkait hal tersebut, free cash flow bisa diartikan sebagai cash flow yang spesifik dimiliki dan tersedia untuk didistribusikan pada setiap investor, misalnya pemilik saham serta kreditur. Informasi tentang arus kas tersebut mencakup keuangan pasca perusahaan menempatkan semua investasi di aktiva tetap, modal kerja, dan juga produk baru yang digunakan untuk mempertahankan operasional perusahaan.

Mengetahui free cash flow ini bisa dibilang sebagai hal yang amat penting untuk investor. Tujuannya agar investor mampu menilai kekuatan finansial suatu perusahaan dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Umumnya, investor akan merasa tertarik untuk menanam modal atau berinvestasi pada suatu perusahaan jika perusahaan yang bersangkutan mempunyai nilai arus kas bebas yang tinggi.

Singkatnya, FCF adalah sisa arus kas yang dipunyai perusahaan pasca melakukan investasi serta pembayaran biaya operasionalnya. Nah, bagi investor yang mempunyai saham pada sebuah perusahaan, pembayaran sahamnya akan dialokasikan dari arus kas bebas ini.

Baca Juga: Curve Finance: Ini Pengertian, Fitur, Cara Kerja, dan Value Koin Kriptonya Terkini

Beragam Komponen Free Cash Flow

Secara mendasar, ada 3 komponen penting yang mampu menentukan nilai dari free cash flow, antara lain:

  • Pemasukan penjualan
  • Biaya pajak dan operasional
  • Investasi yang baru sebagai syarat untuk menjalankan aktivitas operasi perusahaan

Fungsi Arus Kas Bebas

Ada sederet fungsi penting dari mengetahui dan menghitung nilai free cash flow, di antaranya sebagai berikut.

Fungsi Arus Kas Bebas

Keterangan

Menjadi Bahan Pertimbangan Investor

Apabila berinvestasi, setiap investor tentu mengharapkan keuntungan, bukan? Selain melalui capital gain, keuntungan investasi juga bisa didapatkan dari dividen perusahaan. Nah, fungsi dari arus kas bebas ini bagi investor adalah menjadi alat ukur dari kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen.

Tentunya, jika ingin mendapatkan keuntungan investasi yang lebih maksimal, salah satu bahan pertimbangannya adalah memilih perusahaan yang mampu memberi kapasitas pemberian dividen tinggi. Tidak hanya itu, peran FCF ini juga untuk melakukan pembayaran utang serta melakukan buy back dari saham.

Memberi Gambaran Terkait Performa Perusahaan

Tidak hanya memberi informasi penting pada investor atau pemilik saham, informasi mengenai FCF juga bisa memberi gambaran bagi perusahaan mengenai performa kerjanya. Misalnya, jenis arus kas ini mampu menunjukkan penurunan investasi stok yang menjadi indikasi jika perusahaan mengalami penambahan penjualan barang.

Contoh lainnya adalah saat perusahaan mengalami peningkatan piutang yang bisa dilihat dari laporan arus kas jenis ini. Hal tersebut bisa menjadi pertanda jika perusahaan tak mempunyai sistem efektif dalam menarik pembayaran secara kontan.

Dibagi dengan Bentuk Dividen

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jenis arus kas ini merupakan dasar dari pembagian dividen kepada para pemilik saham atau investor perusahaan. Karenanya, semakin tinggi nilai dari arus kas bebas ini, nominal dividen yang bisa dinikmati oleh pemilik saham juga akan semakin besar. Jadi, keuntungan investasi yang diterima pun menjadi lebih optimal dan menarik di mata pemegang saham.

Berguna untuk Memperbaiki Fasilitas

Sebelum mendistribusikannya pada pemilik saham, arus kas bebas merupakan pengalokasian dari pengeluaran modal. Hal tersebut termasuk pula perbaikan kantor dan alat penunjang operasional yang sifatnya jangka panjang.

Rumus Arus Kas Bebas

Secara sederhana, perhitungan free cash flow menggunakan rumus sebagai berikut.

FCF = Aliran Kas Operasional – Investasi Bruto di Modal Operasional

Jika dilihat dengan data yang lebih detail, rumus FCF menjadi sebagai berikut:

FCF = Laba Bersih + Biaya Non Kas Amortisasi dan Depresiasi – Belanja Modal

Sebagai salah satu metrik penting yang wajib dipahami oleh investor dan perusahaan, kamu tentu harus memahami tentang cara menghitung arus kas bebas ini. Setelah mengetahui rumusnya, simak pula contoh perhitungan FCF berikut ini.

Baca Juga: Sekuritisasi: Pengertian, Cara Kerja, hingga Kelebihan dan Kekurangannya

1. Contoh Perhitungan Arus Kas Bebas Pertama

Diketahui informasi keuangan dari sebuah perusahaan sebagai berikut ini.

  • Laba Bersih = 20 Juta
  • Depresiasi = 6 Juta
  • Amortisasi = 3 Juta
  • Belanja Modal = 5 Juta

Menggunakan rumus yang telah disebutkan sebelumnya, maka perhitungan nilai FCF berdasarkan data perusahaan tersebut adalah:

FCF = Laba Bersih + Biaya Non Kas Amortisasi dan Depresiasi – Belanja Modal

FCF = 20 juta + (6 juta + 3 juta) – 5 juta

FCF = 24 juta

Berdasarkan perhitungan tersebut, diketahui jika nilai FCF perusahaan ini didapat 20 persen lebih besar ketimbang jumlah laba bersihnya. Apabila di sebuah periode tertentu secara konsisten FCF lebih tinggi ketimbang laba bersih perusahaan, artinya nilai FCF bisa dijadikan sebagai acuan dalam menentukan peluang sebuah perusahaan menjadi aset investasi oleh pemilik modal.

2. Contoh Perhitungan Arus Kas Bebas Kedua

Diketahui sebuah perusahaan A mempunyai nilai Net Operating Profits After Tax atau NOPAT senilai 170 juta. Lalu, nilai amortisasi dan depresiasi yang dimiliki oleh perusahaan ini adalah 100 juta. Di samping itu, diketahui informasi aktiva perusahaan A ini adalah 1.5 miliar tahun lalu, dan bertumbuh menjadi 1.8 miliar tahun ini. 

Sebelum menghitung FCF berdasarkan informasi tersebut, kamu diharuskan untuk mengetahui arus kas operasional dan investasi bersih di modal operasional terlebih dulu. Berikut adalah rumus arus kas operasional.

  • Arus Kas Operasional = NOPAT + Amortisasi dan Depresiasi
  • Arus Kas Operasional = 170 juta + 100 juta
  • Arus Kas Operasional = 270 juta

Sementara rumus hitung investasi bruto di modal operasional adalah sebagai berikut.

Investasi Bersih Modal Operasional = Nilai Aktiva Periode n – Nilai Aktiva Periode n-1

Investasi Bersih Modal Operasional = 1.8 miliar – 1.5 miliar = 300 juta

Investasi Bruto Modal Operasional = Investasi Bersih Modal Operasional + Amortisasi dan Depresiasi

Investasi Bruto Modal Operasional = 300 juta + 100 juta = 400 juta

Menggunakan rumus arus kas bebas yang kedua, maka perhitungan FCF perusahaan ini berdasarkan data tersebut adalah sebagai berikut. 

FCF = Arus Kas Operasional – Investasi Bruto di Modal Operasional

              FCF = 270 juta – 400 juta = - 130 juta

Lain dari contoh yang pertama, diketahui jika nilai FCF di perusahaan A ini bernilai negatif. Lalu, apakah bisa langsung diartikan jika perusahaan ini tidak layak untuk dijadikan sebagai aset investasi? Belum tentu.

Nilai FCF dan nilai NOPAT yang negatif memang dapat menjadi indikator kinerja yang buruk. Tapi, nilai FCF yang negatif dengan nilai NOPAT yang positif bisa diakibatkan oleh perusahaan yang berada pada fase pertumbuhan dan tengah berkembang. Jadi, hal tersebut tidak secara otomatis berarti buruk bagi investor ataupun perusahaan.

Pahami Dulu Apa Itu Arus Kas Bebas agar Bisa Memilih Emiten Investasi yang Tepat

Secara umum, FCF adalah metrik penting bagi investor agar mampu mempertimbangkan kelayakan investasi di sebuah perusahaan. Karenanya, pastikan untuk memahami pengertian FCF ini, termasuk rumus dan cara hitungnya agar bisa memilih emiten investasi terbaik.

Baca Juga: Memahami Dana Hibah, Aturan dan Mekanismenya