Waspadai 7 Kekurangan Crypto agar Tak Menelan Kerugian yang Mendalam

Di mata masyarakat awam, mata uang kripto atau cryptocurrency memang memiliki daya tarik yang begitu memikat. Berlandaskan dengan teknologi yang canggih serta memberi potensi keuntungan sangat tinggi saat dijadikan instrumen investasi, tak mengherankan banyak orang tertarik untuk mendalami dunia crypto. 

Akan tetapi, di balik kelebihan yang ditawarkan, crypto memiliki beberapa kelemahan yang wajib dipahami oleh siapa saja yang ingin terjun ke dalamnya. Dengan memahami kekurangan crypto tersebut, kamu bisa lebih mampu menyiasati risikonya dan mengambil langkah yang optimal untuk meraih keuntungan. 

Nah, tanpa panjang lebar lagi, berikut penjelasan lengkap mengenai kekurangan crypto yang penting untuk kamu ketahui. 

Gak perlu bingung lagi investasi kripto

Investasi Kripto di Cermati Sekarang!  

7 Kekurangan Mata Uang Crypto

loader

  1. Volatilitas Harga Sangat Tinggi

    Meski paling populer dijadikan sebagai instrumen investasi, tapi kenyataannya investasi crypto mempunyai risiko yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan salah satu kekurangan crypto terletak pada volatilitas harganya yang begitu ekstrem dan bisa berubah secara signifikan hanya dalam waktu yang singkat. 

    Namun, karena karakteristiknya tersebut, jika berhasil meraih momentumnya, potensi keuntungan dari investasi crypto ini bisa sangat menggiurkan. Yang perlu digarisbawahi, investasi crypto membutuhkan pemahaman dan kesabaran yang tinggi, serta tak boleh sembarangan dijalani oleh investor pemula. Di samping itu, toleransi risiko juga perlu diperhatikan dengan seksama agar tak sampai mengacaukan kondisi keuangan ketika menelan kerugian dari investasi crypto. 

  2. Konsumsi Energi yang Besar

    Mayoritas crypto, khususnya yang masih menggunakan mekanisme PoW atau Proof of Work seperti Bitcoin, proses mining aset digital tersebut membutuhkan konsumsi daya listrik yang masif. Bahkan, penggunaan daya listrik jaringan seperti Bitcoin digadang-gadang bisa menyamai penggunaan energi negara kecil. 

    Karena konsumsi daya yang sangat besar tersebut, dampak buruknya bisa sangat terasa pada lingkungan. Beberapa contohnya adalah jejak karbon serta e-waste atau sampah elektronik yang sulit dikontrol jika mining crypto gagal diregulasi dengan baik. 

  3. Risiko Keamanan dari Peretasan

    Sebagai aset berbasis digital, beberapa jenis crypto kerap menjadi target oknum peretasan. Bahkan, platform atau aplikasi digital yang menaungi transaksi crypto juga kerap mengalami risiko cyber crime. Yang membuat masalah lebih runyam lagi, transaksi yang telah dilakukan pada aset crypto bersifat irreversible dan tidak bisa dipulihkan kembali sesudah diretas.

    Tak hanya itu, ada juga risiko lain seperti cryptojacking, yaitu kondisi di mana komputer pengguna digunakan tanpa izin untuk melakukan mining. Jika menjadi korban cryptojacking, kinerja komputer sudah pasti akan menjadi jauh lebih lambat hingga berisiko merusak sistem ataupun perangkatnya secara permanen. 

  4. Transaksi Bersifat Irreversible

    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, transaksi crypto yang sudah dilakukan memiliki sifat irreversible atau tidak bisa direfund atau dibatalkan. Dalam kata lain, ketika salah kirim alamat dompet ataupun menjadi korban penipuan, dananya akan langsung hilang selamanya. Masalah tersebut bisa menjadi hal yang sangat berisiko, khususnya bagi pengguna baru yang masih awam dengan risiko aset digital tersebut. 

  5. Regulasi Hukum Belum Sempurna

    Sebagai aset digital yang masih tergolong baru, crypto belum memiliki regulasi yang baku dan masih dalam tahap pengembangan. Hal ini termasuk dalam hal penggunaan sebagai alat pembayaran, izin transaksi, pengenaan pajak, dan berbagai pembatasan lain sebagai instrumen investasi. 

    Bahkan, ada risiko munculnya regulasi yang melarang atau membatasi penggunaan crypto dalam konteks yang luas. Kondisi tersebut tentu bisa membuat pemilik aset digital ini kehilangan kekayaannya karena nilai dan fungsi crypto yang hilang imbas regulasi hukum yang berlaku. 

    Pun di Indonesia, crypto secara umum hanya diakui sebagai komoditas atau aset investasi oleh Bappebti, bukan alat pembayaran. Jadi, penggunaannya masih sangat terbatas dan aset crypto yang ingin dimiliki perlu dipastikan terlebih dulu legalitasnya sesuai regulasi dari Bappebti. 

  6. Sulit Menilai Aspek Intrinsiknya

    Kekurangan crypto selanjutnya adalah mempunyai sifat spekulatif yang sangat tinggi dan sulit untuk bisa dinilai berdasarkan nilai intrinsiknya. Berbeda dengan saham di mana investor masih bisa menganalisis fundamental perusahaan, menilai intrinsik crypto sama sekali tidak bisa memberi hasil yang pasti. Bisa dibilang, investasi crypto sama halnya dengan investasi pada harapan dan kepercayaan, bukan fundamental asetnya.

  7. Bahaya 51% Attack dan Cyber Crime

    Salah satu kekurangan utama crypto yang patut diwaspadai para penggunanya adalah bahaya 51% Attack atau Serangan 51%. Apa itu 51% Attack? Secara sederhana, fenomena tersebut terjadi ketika kelompok atau individu tertentu menguasai minimal 51% suatu crypto hingga membuatnya mampu memanipulasi transaksi, termasuk double spending atau berulang kali melakukan transaksi yang sama. 

    Umumnya, risiko Serangan 51% lebih rawan terjadi pada crypto dengan jaringan blockchain kecil dan daya komputasi rendah. Jadi, beberapa crypto raksasa seperti Bitcoin nyaris tidak mungkin mengalami risiko ini.

Bijak Sikapi Kekurangan Crypto agar Bisa Memanfaatkan Fungsinya secara Optimal

Menawarkan peluang dan inovasi yang bisa memberi banyak kemudahan dan keuntungan, tapi crypto tetap memiliki beberapa kekurangan yang wajib dipahami penggunanya. Tentunya, ketika kamu tertarik untuk terjun ke dunia crypto, pastikan untuk mengantisipasi kekurangan aset digital tersebut agar tak menelan kerugian. Caranya dengan melakukan riset mendalam seputar crypto, memastikan legalitas dan keamanan platform wallet yang digunakan, dan menyiasati risikonya secara optimal.