Rumah Tapak vs Apartemen, Pertimbangkan Hal Ini

Gaya hidup di kota besar kini menuntut tempat tinggal yang praktis, khususnya menuju ke tempat kerja. Untuk mendapatkan rumah di sekitar kantor, rasanya sudah tidak memungkinkan saat ini dengan pendapatan yang kenaikannya tak sebanding dengan lonjakan harga rumah.

Terlebih dengan keterbatasan lahan di kota besar yang terus disesaki banyak orang juga bangunan. Situasi tersebut ditangkap pengusaha properti sebagai peluang bisnis. Mereka menawarkan apartemen sebagai solusi tempat tinggal masa kini.

Setiap iklan apartemen selalu ditampilkan dengan menggunakan bahasa yang memukau. Pebisnis properti menyadari bahwa satu-satunya pertimbangan orang ragu memilih apartemen adalah properti jenis ini menggunakan sertifikat strata title atau kepemilikan lahan bersama.

Hal tersebut bukan berarti apartemen menjadi properti yang sepi peminat. Iklan dan promosi yang gencar dilakukan pengembang properti. Ditambah dengan fakta bahwa tiap tahun harga properti cenderung naik. Pada akhirnya, menyadarkan banyak orang untuk segera memiliki properti.

Bagaimana sebenarnya seluk beluk membeli rumah atau apartemen? Manakah yang lebih menguntungkan? Uraian berikut ini akan menjelaskannya kepada kamu.

Bingung Cari Produk KPR Terbaik? Cermati punya solusinya!

Bandingkan Produk KPR Terbaik! 

Kenali Kebutuhan dan Tujuan Sebelum Memilih

loader

Apartemen vs Rumah Tapak

Membeli properti butuh biaya besar sehingga harus dipikirkan dengan matang. Sebelum membeli properti, pertimbangkan properti apa yang dibutuhkan dan di mana lokasi yang diinginkan. Jenis hunian yang kamu beli sudah tentu akan ditempati dalam waktu yang lama.

Umumnya properti yang digunakan sebagai hunian terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

  • Hunian vertikal: apartemen, rumah susun, atau kondominium.
  • Rumah tapak atau town house.

Dasar keputusan membeli jenis hunian adalah kebutuhan dan tujuan jangka panjang. Sebab, hak dan kewajiban yang terkait dengan hunian vertikal dan rumah tapak tidaklah sama. Bahkan, ada perbedaan antara rumah tapak dan hunian vertikal yang menambah atau mengurangi daya tarik masing-masing. Membeli tempat yang paling sesuai dengan gaya hidup dan kebutuhan adalah pertimbangan yang penting.

Pertimbangkan Hal Ini Sebelum Memilih Apartemen atau Rumah

loader

Apartemen

Sebelum memilih jenis hunian yang ingin dibeli, ada baiknya juga mempertimbangkan beberapa hal berikut ini.

  1. Lokasi Bangunan

    Mau beli rumah di pusat kota? Sah-sah saja asalkan ada budget karena harganya sudah pasti mahal. Mungkin dua kali lipat dari harga rumah di daerah pinggiran atau suburban.

    Alternatif terbaik adalah tinggal di apartemen. Pada umumnya, apartemen dibangun di lokasi yang strategis untuk memudahkan mobilitas masyarakat. Itu artinya, kamu bisa menghemat waktu di perjalanan. Tidak ada yang namanya “tua di jalan”, apalagi di Jakarta yang super macet.

  2. Harga Bangunan

    Meskipun kota-kota besar seperti Jakarta sudah padat, masih ada kemungkinan untuk dapat hunian di tengah kota. Konsekuensinya adalah harganya yang selangit, khususnya untuk rumah tapak.

    Bagi milenial yang mencari hunian ramah di kantor, alternatif terbaik adalah apartemen. Itu juga yang letaknya agak jauh dari kota. Estimasi harganya mungkin di kisaran Rp 300-400 juta.

    Apartemen cocok, terutama bagi yang belum berkeluarga. Jika sudah, alihkan perhatian untuk membeli rumah tapak. Meskipun mahal, tapi jauh lebih nyaman untuk ditempati beberapa anggota keluarga.

  3. Biaya yang Dikeluarkan

    Tinggal di apartemen memerlukan biaya ekstra, lho! Biaya tersebut adalah biaya perawatan dan pengelolaan bangunan yang bisa dibayarkan setiap bulan. Ada juga yang dibayar sekali dalam tiga bulan.

    Biayanya lumayan besar dan belum termasuk biaya parkir, listrik, dan air. Berbeda dengan tinggal di rumah tapak. kamu tidak perlu mengeluarkan biaya apa-apa lagi di kemudian hari, kecuali jika ingin merenovasi atau memperbaiki rumah. Namun, jika rumah tapak berada di lokasi perumahan elit, mungkin akan dikenakan biaya keamanan setiap bulan.

  4. Kepemilikan lahan

    Apartemen adalah bangunan vertikal, jadi tidak ada namanya sertifikat kepemilikan lahan. Penghuni hanya memiliki sertifikat hak milik atas apartemen yang dihuninya, sementara sertifikat lahan ada di tangan pengembang.

    Apartemen juga memiliki masa berlaku, yaitu 20 tahun. Setelah masa ini habis, penghuni harus melakukan perpanjangan agar bisa tinggal di apartemen tersebut.

    Berbeda dengan rumah tapak yang lahannya bisa dimiliki oleh perseorangan. Sewaktu membeli rumah, kamu akan diberikan Sertifikat Hak Milik (SHM) oleh pengembang. Selama sertifikat tersebut ada di tangan, maka rumah tersebut menjadi hak kamu.

  5. Fasilitas

    Dari segi fasilitas, apartemen jauh lebih menguntungkan. Dekat dengan gedung perkantoran, mall, supermarket, mesin ATM, sekolah, dan rumah sakit. Di dalam apartemen juga disediakan fasilitas untuk memanjakan penghuni, seperti pusat kebugaran, taman bermain, lounge, dan kolam renang.

    Penghuni apartemen tak perlu pergi jauh-jauh kalau lagi gabut. Cari hiburan dengan berjalan kaki pun bisa. Sementara penghuni rumah tapak tidak mendapatkan keistimewaan ini. Konsekuensinya tentu ada, yaitu harga apartemen lebih mahal. Mungkin untuk ukuran studio bisa dihargai Rp 700-800 juta.

  6. Tingkat Keamanan

    Apartemen maupun rumah tapak memiliki sistem keamanan yang cukup baik. Keduanya sama-sama dilengkapi dengan security dan kamera CCTV. Perbedaannya ada di akses menuju hunian.

    Di apartemen, pengunjung harus memiliki akses tersendiri untuk bisa naik lift. Sedangkan di rumah tapak, cukup menunjukkan atau meninggalkan identitas saja dikasih masuk. Mengingat keamanan sangat penting, tak heran jika apartemen makin diminati karena sistem keamanannya jauh lebih baik.

    Namun, terdapat banyak rumah tapak pula dengan sistem keamanan yang baik. Kamu dapat mencari berbagai Town House yang memberikan layanan keamanan hampir sama dengan keamanan di apartemen. Jika memiliki Town House pengunjung akan tersaring dan juga terjamin karena pengunjung akan dimintakan kartu identitas terlebih dahulu sebelum berkunjung.

  7. Gaya Hidup dan Aktivitas

    Gaya hidup dan padatnya aktivitas juga perlu dipertimbangkan saat memilih antara rumah tapak dan apartemen. Jika kamu suka nongkrong, ingin akses yang mudah, dan suka lembur di kantor, sebaiknya ambil apartemen yang lokasinya tidak jauh dari kantor untuk mempermudah mobilitas.

    Jika ingin beli rumah, sudah susah dapat di Jakarta. Paling banter dapat di daerah suburban, misalnya arah ke Bogor atau Tangerang Selatan.

  8. Investasi Jangka Panjang

    Dari segi investasi, keduanya sama-sama menguntungkan. Namun, melihat fenomena yang terjadi saat ini, investasi di apartemen lebih untung karena harga apartemen itu sendiri lebih mudah dijangkau.

    Harga beli apartemen dalam 3-5 tahun ke depan mungkin masih di kisaran ratusan juta kalau ingin dijual, sedangkan rumah bisa miliaran. Dari jumlah uang yang dikeluarkan, masyarakat cenderung memilih apartemen, kan?

Keuntungan Membeli Apartemen dan Rumah

Jika kamu masih juga bingung menentukan apakah akan membeli apartemen atau rumah, coba perhatikan keuntungan membeli rumah dan apartemen berikut ini. Pilih mana yang lebih mendominasi keinginan kamu. Jika sudah, kamu bisa memutuskan untuk membeli hunian yang tepat sesuai kebutuhan dan harapan tentunya.

Keuntungan Membeli Apartemen Keuntungan Membeli Rumah
Lokasi lebih mudah dijangkau karena lebih strategis dan dekat perkantoran. Membeli rumah artinya membeli lahan juga.
Fasilitas lebih lengkap dan mewah. Semua fasilitas milik pribadi.
Lebih praktis. Memiliki dua legalitas, yaitu tanah dan bangunan.
Meningkatkan prestise pemiliknya. -

Pertimbangkan Sebelum Menjatuhkan Pilihan

Dengan membandingkan beberapa sisi positif dan negatif hunian dalam bentuk rumah dan apartemen di atas, kamu akan lebih bijak lagi memilih hunian yang akan dibeli. Sebab memiliki rumah atau apartemen merupakan tujuan jangka panjang dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Karena itu, pertimbangkan dengan masak-masak sebelum akhirnya kamu menjatuhkan pilihan.