Menjadi Indikasi Minat yang Tinggi, Yuk Cari Tahu Arti Istilah Oversubscribed dalam Investasi

Ketika sudah cukup lama berkecimpung di dunia investasi, kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan proses IPO atau Initial Public Offering alias penawaran umum publik. Pada proses tersebut, perusahaan akan menawarkan sahamnya ke publik untuk pertama kalinya. Dari situ, investor dari kalangan umum bisa mengajukan pembelian atas saham tersebut dan menjadi pemiliknya. 

Tapi, tahukah kamu bahwa tergantung dari performa dari minat dan tingkat permintaan investor terhadap saham perusahaan saat IPO, ada 2 istilah yang penting dipahami? Kedua istilah tersebut adalah oversubscribed dan undersubscribed. Tentunya, keduanya memiliki arti yang berbeda walaupun saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. 

Nah, untuk kesempatan kali ini, Cermati akan membahas tentang apa itu oversubscribed dalam dunia investasi, termasuk kelebihan dan kekurangan, serta perbedaannya dengan undersubscribed. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah panduan bagi kamu yang ingin tahu lebih lanjut mengenai istilah oversubscribed dan beragam hal penting seputarnya. 

Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya!

Mulai Berinvestasi Sekarang!  

Selengkapnya tentang Oversubscribed

loader

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, oversubscribed adalah istilah yang kerap ditemui oleh investor ketika berinvestasi saham, khususnya pada proses IPO atau Initial Public Offering. Berkaitan dengan oversubscribed, ada pula istilah undersubscribed yang menjadi kebalikan atau kontrasnya. 

Jadi, apa yang sebenarnya dimaksud dengan oversubscribed ini? Secara sederhana, oversubscribed bisa dipahami sebagai istilah yang mengacu pada kondisi di mana jumlah saham yang diminta atau dipesan oleh pihak investor lebih banyak dibanding dengan jumlah keseluruhan saham yang tersedia atau ditawarkan. 

Dalam kata lain, istilah ini memiliki arti permintaan saham dari investor atau pemilik modal yang melebihi jumlah saham tersedia dari sebuah perusahaan. Pada kondisi ini, ada 2 kemungkinan yang terjadi.

Yang pertama, investor bakal mendapatkan kekurangan saham dari jumlah yang telah dipesan. Kemungkinan kedua, karena jumlahnya telah dibatasi, mau tidak mau beberapa investor sama sekali tidak akan kebagian saham yang telah dipesannya ketika kondisi oversubscribed terjadi.

Jika kemungkinan yang kedua ini terjadi, sudah pasti investor yang telah melakukan pemesanan dan membayarkan uang bisa mendapatkan kembali dananya. Terkait proses pengembalian dana tersebut dikenal dengan sebutan refund dan pasti dikembalikan secara penuh sehingga tak akan memberi kerugian secara finansial bagi investor. 

Lalu, saham yang sudah sesuai dengan jumlah pemesanan dan kuota yang tersedia bakal didistribusikan pada investor. Proses distribusi saham tersebut kepada investor dilakukan melalui underwriter atau penjamin emisi, ataupun agen penjualan.

Baca Juga: Saham Preferen: Arti, Contoh, dan Bedanya dengan Saham Biasa

Penyebab Terjadinya Oversubscribed dalam Investasi

Penawaran sekuritas yang melebihi jumlah kuota atau kelebihan permintaan biasanya terjadi saat bunga dari sekuritas tersebut jauh melebihi suplai yang tersedia. Over subscription bisa terjadi di jenis pasar apa pun di mana ketersediaan sekuritas yang baru dibatasi. Meski begitu, kondisi ini lebih sering dihubungkan dengan penjualan saham yang baru saja dilakukan proses mint dari pasar sekunder melalui proses IPO. 

Pada kasus tersebut, tingkat permintaan melebihi jumlah saham yang ditawarkan oleh perusahaan yang melakukan proses IPO. Tingkat dari kondisi oversubscribed pun bisa dikategorikan berdasarkan kelipatannya. 

Sebagai contoh, IPO perusahaan A mengalami oversubscribed sebesar 2 kali lipat. Maksud dari 2 kali lipat tersebut adalah jumlah kelebihan permintaan dari saham perusahaan A saat IPO adalah 2 kali lebih besar dari saham yang tersedia pada kurun waktu yang telah ditentukan. 

Harga saham umumnya ditentukan pada tingkat yang ideal untuk bisa menjual seluruh saham yang ditawarkan di proses IPO. Pihak penjamin emisi atau underwriter dari proses IPO pada dasarnya tidak ingin ada saham yang tak laku dan berakhir mengalami undersubscribed. Pasalnya, tergantung perjanjiannya dengan pihak perusahaan yang melakukan IPO, bukan tidak mungkin pihak underwriter diharuskan untuk membeli sisa saham yang tak terjual dengan status undersubscribed. 

Jika terdapat lebih banyak permintaan terhadap saham perusahaan yang IPO dibanding suplai dan memicu shortage, tidak jarang harga sekuritas yang dibebankan menjadi lebih tinggi. Hal ini tentu saja mampu membuat perusahaan yang menawarkan sahamnya mendapatkan lebih banyak modal dari proses IPO tersebut. Lebih lanjut, biaya yang dibayarkan ke pihak underwriter juga akan menjadi lebih banyak. 

Meski begitu, terjadinya kondisi oversubscribed pada dasarnya terjadi karena harga yang ditawarkan dari sebuah saham tergolong underpriced. Sehingga, banyak investor yang melihat peluang tersebut dan tidak ragu untuk mengajukan permintaan dalam jumlah banyak dan memicu oversubscribed pun terjadi. 

Baca Juga: Investasi Saham Aktif vs Saham Pasif, Ini Bedanya

Keuntungan dan Kerugian Penjatahan Oversubscribed

Berikut adalah keuntungan dan kerugian atau risiko yang bisa dialami dengan cara oversubscribed:

Keuntungan Kerugian

Saat sekuritas mengalami oversubscribed atau kelebihan permintaan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pihak emiten atau perusahaan menyesuaikan kebutuhan dan keinginannya. Salah satunya adalah perusahaan bisa menambah jumlah kuota sekuritas yang ditawarkannya.

Selain itu, perusahaan juga bisa meningkatkan harga dari sekuritas, ataupun menggabungkan kedua metode tersebut dengan dasar pertimbangan dan perhitungan yang jelas. 

Dengan melakukan langkah tersebut, sudah pasti perusahaan berpeluang besar untuk mendapatkan lebih banyak modal atau pendanaan dari proses IPO.

Jadi, dengan mendapatkan jumlah pendanaan yang lebih besar, perusahaan bisa lebih leluasa untuk melancarkan rencana bisnisnya dari proses IPO yang telah dilakukannya. 

Perusahaan biasanya akan cenderung untuk menahan sebagian besar porsi dari sahamnya agar tak kehilangan wewenang manajemen dan hal yang berkaitan dengan kebutuhan modal di waktu mendatang.

Karenanya, biasanya perusahaan akan tetap membatasi jumlah saham yang bisa ditambahkan pada penawaran perdananya jika tingkat oversubscribed terlampau tinggi. 

Jika oversubscribed banyak memberikan keuntungan ke pihak perusahaan penerbitnya, kondisi tersebut malah berisiko memberikan kerugian kepada pihak investor.

Pasalnya, kemungkinan investor harus membeli saham di harga yang lebih tinggi akan meningkat imbas dari kondisi kelebihan permintaan ini. 

Bahkan, dalam situasi tertentu, kenaikan harga saham bisa jauh lebih mahal sampai melampaui ketersediaan modal yang dimilikinya.

Hal ini juga bisa melukai investor yang mengajukan permintaan dalam jumlah besar pada saham IPO populer dan membuat harga pasar perdananya melebihi fundamental.

Alhasil, dalam jangka panjang, potensi saham untuk collapse dan harganya terus menurun di waktu-waktu berikutnya menjadi lebih besar dan hal ini wajib diantisipasi serta disiasati oleh investor. 

Beda Oversubscribed dan Undersubscribed

Sama-sama bisa terjadi di masa IPO atau penawaran perdana saham perusahaan ke publik, apa perbedaan antara oversubscribed dengan undersubscribed? Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, oversubscribed adalah kondisi jika tingkat permintaan investor terhadap sebuah saham di masa penawaran perdana publik melebihi suplai yang telah ditentukan. Jadi, istilah ini secara umum mengacu pada kelebihan permintaan dari investor pada sebuah saham emiten tertentu. 

Di sisi lain, undersubscribed adalah kebalikan dari oversubscribed dan berarti sebagai kondisi yang mana total saham dipesan oleh pihak investor saat IPO lebih rendah atau tak memenuhi seluruh saham yang ditawarkan. Pada kondisi tersebut, seluruh investor dijamin akan memperoleh saham sesuai jumlah yang telah dipesannya.

Tapi, untuk kondisi undersubscribed, pada dasarnya hal tersebut akan memberikan kerugian bagi pihak emiten yang menawarkan sahamnya. Pasalnya, risiko untuk tak berhasil mendapatkan pendanaan dari investor sesuai rencananya menjadi lebih tinggi.

Untuk menyiasati hal tersebut, emiten akan menggandeng underwriter atau penjamin emisi. Peran dari penjamin emisi ini adalah untuk memastikan jika seluruh saham yang ditawarkan oleh perusahaan atau emiten yang menjadi kliennya bisa terjual habis saat IPO.

Kalaupun ada saham yang tak berhasil dijual, atau istilahnya undersubscribed, pihak penjamin emisi biasanya memiliki kewajiban untuk membeli sisanya sesuai kesepakatan dengan pihak emiten. Oleh karena itu, dengan cara ini perusahaan atau emiten yang melakukan IPO dijamin bisa mendapatkan pendanaan sesuai dengan rencana berkat jasa dari penjamin emisi ini. Tentunya, penjamin emisi akan mendapatkan fee tergantung dari performa penjualan saham kliennya tersebut. 

Sesuaikan Langkah Investasi dengan Performa Saham saat IPO

Kesimpulannya, oversubscribed adalah kondisi di periode IPO perusahaan yang mana saham yang ditawarkannya mengalami kelebihan penawaran oleh investor dan merupakan kebalikan dari undersubscribed. Saat kondisi oversubscribed terjadi, kemungkinan jumlah saham yang ditawarkan akan ditambah. atau meningkatkan harga saham. Nah, dari kondisi tersebut, tentu kamu selaku investor perlu menyesuaikan langkah investasi yang sebaiknya diambil agar mampu memaksimalkan potensi keuntungannya. 

Baca Juga: Rekomendasi Reksa Dana Saham Terbaik Juli 2023 yang Pas Dipilih oleh Investor Pemula