Pilih Investasi yang Pasti dengan Reksadana Pendapatan Tetap

Daripada jantungan investasi pada instrumen yang tak pasti, seperti bitcoin, lebih baik parkir duit di produk reksadana pendapatan tetap. Investasi rendah risiko, tetapi cuan.

Reksadana pendapatan tetap adalah jenis reksadana yang sebagian besar alokasi investasinya ditempatkan pada efek utang yang memberikan pendapatan tetap. Contohnya seperti surat utang atau obligasi yang jatuh temponya lebih dari 1 tahun. Baik yang diterbitkan korporasi maupun pemerintah.

Disebut pendapatan tetap karena surat utang atau obligasi tersebut memberi imbal hasil pasti secara rutin, misal sebulan atau 3 bulan sekali. Selain pengertian di atas, kamu perlu memahami beberapa hal berikut ini jika ingin investasi reksadana pendapatan tetap.

Baca Juga: Reksadana Campuran, Pengertian dan Kenali Jenisnya agar Tak Salah Pilih

  • Dikelola Manajer Investasi

Alokasi investasi reksadana pendapatan tetap minimal 80 persen dari aset yang dimiliki atau aktivanya. Nah yang menginvestasikan atau memutar modal kamu adalah Manajer Investasi (MI).

Dia lah yang akan mengelola danamu. Misalnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana dari sekuritas yang dipilih sebesar Rp 1.040 per unit, berarti kamu memiliki 961,54 unit.

Oleh manajer investasi diinvestasikan ke Sukuk Ritel dengan tenor 3 tahun. Manajer investasi juga memutar lagi kupon atau imbal hasil maupun capital gain dari selisih harga jual dan beli apabila Sukuk Ritel tersebut dijual.

Tujuannya agar hasil investasi atau keuntungan reksadana pendapatan tetap kamu lebih optimal. Oleh karenanya, pastikan kamu memilih manajer investasi yang mengantongi izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

  • Cocok untuk investor yang cari aman

Reksadana pendapatan tetap memiliki tingkat risiko menengah. Kenapa? Sebab risikonya lebih tinggi dibanding reksadana pasar uang, namun lebih rendah dari reksadana saham.

Cocok buat Anda yang tipenya konservatif alias cari aman. Bisa dijadikan pilihan diversifikasi investasi saat ekonomi masih gonjang ganjing seperti sekarang ini.

Imbal hasil lebih tinggi dari deposito Keuntungan sebuah investasi berbanding lurus dengan tingkat risikonya. Pun di reksadana pendapatan tetap.

Imbal hasil atau return pada reksadana pendapatan tetap sekitar 7 persen sampai 8 persen per tahun. Bahkan rata-rata bisa 9 persen.

Lebih tinggi daripada reksadana pasar uang sekitar 4,5 persen hingga 5,5 persen per tahun. Juga deposito dengan suku bunga sekitar 3 persen sampai 5 persen.

  • Bukan investasi jangka panjang

Investasi reksadana pendapatan tetap bukan instrumen jangka panjang. Investasi ini paling pas untuk jangka waktu setahun sampai 3 tahun.

  • Modal receh

Tidak seperti saham, emas, dan properti, investasi reksadana pendapatan tetap bisa dimulai dengan modal kecil. Mulai dari Rp 100 ribu saja.

Jika investasi reksadana online di e-commerce malah lebih murah. Modalnya receh banget, mulai dari Rp 10 ribu. Bisa di top up setiap bulan.

  • Dapat diambil kapan saja

Enaknya investasi di reksadana, termasuk reksadana pendapatan tetap adalah dapat dicairkan kapan saja. Artinya, kamu bisa menjual unit reksadana sewaktu-waktu saat membutuhkan dana mendesak. Tidak ada denda atau penalti pula.

Kalau mau cepat menjual atau mencairkan reksadana, waktu yang paling tepat adalah pada hari kerja sebelum pukul 13.00 WIB. Ini sudah ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tertuang dalam Peraturan OJK tentang Reksadana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

Uang akan ditransfer Manajer Investasi paling lama 7 hari kerja bursa sejak transaksi penjualan berhasil. Tetapi biasanya, dana akan ditransfer ke rekening bank atas nama investor sekitar 2-3 hari kerja sejak transaksi penjualan berhasil.

  • Harganya fluktuatif

Reksadana pendapatan tetap punya risiko penurunan nilai unit penyertaan, karena dipengaruhi turunnya harga surat utang. Tetapi jika sedang naik harganya, nilai unit reksadana pun akan ikut terkerek.

Namun tak perlu khawatir, manajer investasi punya jam terbang yang tak usah diragukan lagi. Mereka pasti punya strategi untuk menghadapi kemungkinan risiko tersebut.

  • Risiko likuiditas dan tidak dijamin LPS

Risiko investasi reksadana pendapatan tetap lainnya, yakni:

1. Risiko likuiditas yang menyangkut kesulitan dari manajer investasi untuk menyediakan uang tunai bila investor ramai-ramai menarik reksadananya

2. Risiko wanprestasi adalah risiko yang muncul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksadana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan penurunan NAB

3. Dana investor tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) karena bukan produk perbankan.

Baca Juga: Reksadana Saham, Investasi Risiko Tinggi tapi Cuannya Paling Juara