Aktiva Nonproduktif: Pengertian, Perbedaan, dan Tips Menghindarinya

Ada dua jenis aktiva yang diketahui, yaitu aktiva produktif dan nonproduktif. Aktiva produktif adalah penyediaan dana oleh pihak bank yang biasa digunakan sebagai dana investasi untuk memperoleh penghasilan. Bagaimana dengan aktiva nonproduktif?

Berikut ini akan dibahas mengenai aktiva nonproduktif. Mulai dari pengertiannya, perbedaannya dengan aktiva produktif, contoh, dan tips menghindari aktiva nonproduktif ini dalam upaya mengelola finansial. Disimak, ya!

Baca juga: Aktiva Jaminan: Pengertian, Jenis, dan Contohnya

Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya!

Mulai Berinvestasi Sekarang!  

Pengertian Aktiva Nonproduktif

loader

Aktiva Nonproduktif

Aktiva nonproduktif adalah kebalikan dari defenisi aktiva produktif, yaitu aset yang tidak memberikan penghasilan dalam jumlah berapapun. Artinya, kamu tidak memperoleh keuntungan apapun sewaktu memiliki aktiva nonproduktif ini. Misalnya, sebut saja uang di dalam rekening pribadi yang tidak mempunyai bunga atau aset properti yang harganya tidak kunjung naik dari waktu ke waktu.

Kualitas dari aktiva nonproduktif perlu dicek secara berkala, yaitu sekali dalam sebulan. Tujuannya untuk melihat ada tidaknya pergerakan nilai dari total di dalamnya. Jika tidak ada pergerakan, kamu dapat mengalihkannya pada aset lain yang sejatinya dapat memberikan penghasilan dalam jumlah tertentu setiap bulan.

Perbedaan Aktiva Non Produktif dan Produktif

Antara aktiva produktif dan aktiva nonproduktif tentu memiliki perbedaan. Berikut dua perbedaan mendasar antara keduanya.

  • Segi Keuntungan

    Aktiva produktif memberikan sejumlah keuntungan, seperti dari hasil penyewaan, penjualan akibat adanya selisih harga, dan suku bunga. Besar kecilnya keuntungan yang diperoleh tergantung dari jenis aktiva produktifnya sendiri.

    Aset produktif dapat berupa benda, yaitu rumah, apartemen, maupun kendaraan pribadi yang dapat menghasilkan uang. Di sisi lain, aset produktif ini juga dapat berupa investasi, seperti emas, saham, maupun reksa dana yang dapat diinvestasikan dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang.

    Sedangkan aktiva nonproduktif merujuk pada aset yang sama sekali tidak memberikan penghasilan apa-apa. Justru, menambah pengeluaran di kemudian hari karena adanya penurunan nilai dari aktiva nonproduktif yang dimiliki. Misalnya, mobil pribadi yang digunakan untuk bepergian sehari-hari sejatinya tidak memberikan keuntungan apapun, kecuali untuk memudahkan mobilisasi.

    Dalam pemanfaatannya, kamu harus mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli bensin agar mobil bisa berjalan dan uang perbaikan rutin untuk menjaga kualitas mesinnya tetap prima. Selain kendaraan, gadget juga termasuk kategori aktiva nonproduktif kalau fungsinya untuk komunikasi sehari-hari. Lain halnya bila gadget atau kendaraan digunakan untuk bisnis, maka gadget dan kendaraan tersebut dapat dikategorikan sebagai aktiva produktif.

  • Penurunan Nilai

    Aktiva produktif merupakan penyertaan dana, baik dalam bentuk valuta asing, tabungan, maupun surat berharga yang nilainya dapat meningkat seiring berjalannya waktu. Berbeda dengan aktiva nonproduktif yang merupakan liabilitas yang memiliki pertanggungjawaban dan harus dipertanggungjawabkan.

    Nilai dari aktiva nonproduktif dapat menurun seiring berjalannya waktu. Ada dua alasan yang mungkin melatarbelakangi penurunan tersebut. Pertama, karena umur ekonomis yang menurun akibat pemakaian. Kedua, karena menurunnya nilai aktiva tersebut akibat biaya yang dibebankan kepada pemiliknya. Misalnya, biaya administrasi yang dibebankan kepada nasabah atas tabungan di bank.

Baca juga: Aktiva Berisiko: Pengertian, Jenis, dan Contohnya

Tips Menghindari Aktiva Non Produktif

Bukan pendapatan, aktiva nonproduktif justru memberikan kerugian dalam jumlah tertentu kepada siapa saja yang memilikinya. Lantas, apakah aktiva nonproduktif ini masih layak untuk digunakan? Sebenarnya masih, tapi alangkah baiknya jika diimbangi dengan tips berikut ini.

  1. Menjauhi Aset yang Tidak Jelas

    Aset-aset yang tidak jelas, seperti investasi bodong atau bisnis bersama orang-orang yang tidak dikenal, sebaiknya dijauhi dari sekarang. Gunakan uang untuk membeli aset yang jelas, yang bisa memberikan keuntungan secara terus-menerus meskipun harganya mahal. Sebut saja, kos-kosan atau ruko.

  2. Hindari Aset yang Menawarkan Keuntungan Besar

    Kebanyakan aset memberikan keuntungan kepada siapa saja yang memilikinya. Tetapi, hal ini tidak berlaku untuk aset yang menawarkan keuntungan besar dalam waktu singkat. Sebab, kerugian yang ditanggung dari investasi pada aset yang tidak jelas lebih besar daripada membeli aktiva nonproduktif. Maka, lihatlah persentase keuntungan yang didapatkan sebelum akhirnya memutuskan untuk memilikinya.

  3. Melirik Aktiva Produktif

    Dengan adanya aktiva produktif, kerugian yang disebabkan karena aktiva nonproduktif dapat ditutupi dengan adanya komponen keuntungan dari aktiva produktif. Tidak semua komponen dari aktiva produktif harus dimiliki karena satu komponen pun dapat memberikan keuntungan yang lumayan, apalagi jika nilainya besar.

    Beberapa contoh aktiva produktif yang dapat dilirik di antaranya.

    • Kredit

      Kredit merupakan sejumlah uang yang dipinjamkan oleh kreditur (orang yang mempunyai uang) kepada debitur (peminjam uang). Kredit ini tidak dapat dihindari oleh sebagian besar orang. Bukan karena gaya hidup yang terlalu tinggi, tapi terkadang kredit dibutuhkan untuk membeli suatu aset yang dapat memberikan keuntungan berlipat ganda di kemudian hari.

      Di dalam kredit terdapat kesepakatan antara debitur dan kreditur tentang jangka waktu pelunasan kredit. Apakah itu dalam waktu 6 bulan, 1 tahun, atau lebih lama? Di dalam kesepatakan tersebut terdapat besaran cicilan yang harus dibayarkan beserta bunga kredit yang dibebankan kepada debitur. Kesepakatan kredit wajib dipenuhi untuk menghindari utang yang berkepanjangan.

    • Surat-Surat Berharga

      Dapat berupa sertifikat tanah, rumah, surat utang, wesel, dan aset lainnya yang dapat dijadikan sebagai jaminan untuk mendapatkan kredit. Surat berharga akan dijaminkan kepada kreditur sewaktu debitur memperoleh uang sesuai jumlah yang diajukannya. Surat berharga tersebut akan dipegang oleh kreditur sampai debitur melunasi utangnya.

      Jika ternyata debitur gagal melunasi kredit sesuai jangka waktu yang ditentukan, kreditur dapat menahan atau menjual surat berharga tersebut untuk membayar sisa utang debitur. Terkait dengan hal ini, sebenarnya dapat didiskusikan lagi kepada kreditur yang bersangkutan dengan prinsip tidak ada pihak yang dirugikan.

    • Penananam Dana

      Penananam dana yang dimaksud adalah menempatkan sejumlah uang dari bank kepada bank lainnya. Dananya dapat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, call money, dan dana lainnya. Penananam dana ini memiliki jangka waktu jatuh tempo, misalnya 1 tahun, 2 tahun, dan seterusnya.

      Setelah dana yang ditanamkan jatuh tempo, maka dananya akan ditransfer kembali kepada pemilik yang sah. Tentu dengan keuntungan berupa suku bunga atas dana yang ditanamkan. Biasanya, dihitung menurut persentase besar kecilnya dana. Makin besar dana yang ditanamkan, tentu makin besar pula keuntungan yang diberikan kepada pemilik dana.

    • Penyertaan Dana

      Berbeda dengan penananam dana, penyertaan dana lebih untuk membeli aktiva produktif berupa saham. Hanya saja, pembelian ini tidak melalui pasar modal, melainkan dari bank yang menyediakan penyertaan dana kepada nasabah secara luas. Selain saham, penyertaan dana dapat juga berupa pinjaman sementara yang diberikan kepada perusahaan tertentu (selaku debitur) untuk mengatasi gagal bayar.

      Penyertaan dana juga memiliki sejumlah keuntungan yang akan disesuaikan dengan kebijakan masing-masing bank. Keuntungan tersebut juga akan dihitung berdasarkan jumlah dana yang disertakan, jadi kemungkinan untungnya makin besar apabila jumlah dananya makin besar.

    • Transaksi Rekening Administratif

      Aktiva produktif terakhir yang bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menutupi kerugian dari aktiva nonproduktif adalah transaksi rekening administratif. Komponen di dalamnya terdiri dari kontinjensi dan komitmen dari warkat atas penerbitan jaminan, akseptasi, penjualan surat berharga, L/C aktif, dan lain sebagainya.

      Transaksi di dalam rekening administratif ini memiliki risiko kredit juga. Maka, pemilik dana akan memperoleh sejumlah keuntungan saat memberikan dananya untuk dipinjamkan kepada debitur yang membutuhkan. Transaksi rekening administratif termasuk aman karena dikelola oleh pihak yang berwenang, jadi sangat boleh untuk dilirik.

Baca juga: Rasio Keuangan: Pengertian, Fungsi, Jenis, Hingga Rumus Perhitungannya

Imbangi Aktiva Nonproduktif dengan Aktiva Produktif

Memiliki aktiva nonproduktif sebenarnya bukanlah masalah besar. Hanya saja, kamu tidak boleh berharap besar akan return atau imbal hasil dari aktiva nonproduktif yang dimiliki karena besar kecilnya keuntungan sama sekali tidak pasti. Di sisi lain, nilai dari aktiva nonproduktif sendiri juga dapat menurun.

Maka, milikilah aktiva produktif sebanyak mungkin untuk mengimbangi banyaknya jumlah aktiva nonproduktif yang saat ini dimiliki. Adapun kerugian yang mungkin muncul dari aktiva nonproduktif dapat dikover oleh aktiva produktif, sehingga kerugian yang kamu tanggung tidak terlalu besar. Semoga penjelasan mengenai aktiva nonproduktif di atas membantu urusan keuangan kamu, ya!