Cara agar Tetap Banyak Uang meski Ekonomi RI Turun Kelas

Nasib Indonesia kini, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Ketika Covid-19 gelombang kedua sedang ‘mengamuk,’ Indonesia harus terdepak dari grup negara-negara berpendapatan menengah ke atas.

Status baru Indonesia saat ini, masuk dalam negara dengan pendapatan menengah ke bawah. Suatu kemunduran ekonomi di tengah pandemi.

Ini data versi Bank Dunia (World Bank) per 1 Juli 2021. Dilihat dari Gross National Bruto (GNI) alias Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita.

Berikut fakta-faktanya dalam laporan Bank Dunia, seperti dikutip dari laman resminya.

Baca Juga: Tiba-tiba di PHK? Begini Caranya Bertahan Hidup dan Dapat Pekerjaan Lagi

Bingung Cari Produk Kredit Tanpa Agunan Terbaik? Cermati punya solusinya!

Bandingkan Produk KTA Terbaik! 

Ekonomi Indonesia Turun Kelas, Bro!

loader
Indonesia turun kelas menjadi negara berpendapatan menengah bawah versi Bank Dunia

Ekonomi dunia sebetulnya dibagi dalam empat kelompok pendapatan oleh Bank Dunia, antara lain:

  • Kelompok negara berpendapatan rendah
  • Kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah
  • Kelompok negara berpendapatan menengah ke atas
  • Kelompok negara berpendapatan tinggi.

Pembagian ini didasarkan pada PNB per kapita di suatu negara dalam kurs dolar AS. Klasifikasi tersebut juga rutin diperbarui saban tahun, setiap tanggal 1 Juli.

Nah, klasifikasi berdasarkan PNB per kapita per 1 Juli 2021 berubah. Tidak sama lagi seperti 1 Juli 2020.

Kelompok

1 Juli 2021 (Baru)

1 Juli 2020 (Lama)

Berpendapatan Rendah

 

 

Berpendapatan Menengah ke Bawah

USD 1.046 – 4.095

USD 1.035 – 4.045

Berpendapatan Menengah ke Atas

USD 4.096 – 12.695

USD 4.046 – 12.535

Berpendapatan Tinggi

> USD 12.695

>  USD 12.535

Perubahan itu terjadi karena dua sebab:

  • Adanya faktor pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar, dan pertumbuhan penduduk yang memengaruhi PNB per kapita
  • Menjaga ambang klasifikasi pendapatan tetap secara riil yang disesuaikan setiap tahun untuk inflasi.

Penyebab-penyebab di atas juga mengalami perubahan tahun ini akibat pandemi Covid-19. Termasuk menurunkan PNB per kapita Indonesia.

Ekonomi

Grup Baru

Grup Lama

PNB/Kapita 2020 per 1 Juli 2021

PNB/Kapita 2019 per 1 Juli 2020

Indonesia

Pendapatan Menengah ke Bawah

Pendapatan Menengah ke Atas

USD 3.870

USD 4.050


“Indonesia sangat dekat dengan ambang batas klasifikasi pada 2019 dan semuanya mengalami penurunan PNB per kapita akibat Covid-19 yang mengakibatkan klasifikasi lebih rendah dibanding tahun 2020,” tulis laporan Bank Dunia.

Indonesia kini sejajar dengan negara lain yang bernasib sama, seperti Mauritius, Rumania, Samoa, Belize, Iran, dan Panama. Negara-negara tersebut mengalami kemerosotan ekonomi gegara virus corona.

Ekonomi

Grup Baru

Grup Lama

PNB/Kapita 2020 per 1 Juli 2021

PNB/Kapita 2019 per 1 Juli 2020

Belize

Pendapatan Menengah ke Bawah

Pendapatan Menengah ke Atas

USD 3.970

USD 4.450

Iran

Pendapatan Menengah ke Bawah

Pendapatan Menengah ke Atas

USD 2.870

USD 5.240

Mauritius

Pendapatan Menengah ke Atas

Pendapatan Tinggi

USD 10.230

USD 12.740

Panama

Pendapatan Menengah ke Atas

Pendapatan Tinggi

USD 11.880

USD 14.950

Rumania

Pendapatan Menengah ke Atas

Pendapatan Tinggi

USD 12.570

USD 12.630

Samoa

Pendapatan Menengah ke Bawah

Pendapatan Menengah ke Atas

USD 4.070

USD 4.180

Baca Juga: Cara Mudah Menjaga Keuangan Tetap Sehat kala PPKM Darurat

Tips Menambah Penghasilan di Masa Pandemi

loader
Penghasilan harus tetap lebih besar dibanding pengeluaran agar keuanganmu stabil

Sebesar USD 3.870 setara dengan sekitar Rp 54,2 juta (kurs Rp 14.000) per tahun. Itulah rata-rata pendapatan penduduk Indonesia dalam setahun.

Jika dibagi 12, berarti penghasilan warga +62 setiap bulannya sekitar Rp 4,5 juta. Hampir mendekati upah minimum DKI Jakarta.

Dengan uang segitu, bisa dibilang sangat pas-pasan. Apalagi buat bertahan hidup di Ibu Kota saat situasi masih dilanda pandemi. Mungkin bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar cicilan utang, tetapi sulit untuk menabung maupun investasi.

Oleh karena itu, putar otak agar kamu dapat meningkatkan penghasilan. Caranya sebagai berikut:

1. Kerja sampingan

Sudah tahu gaji ngepas, biaya hidup besar, kamu harus semangat menambah penghasilan. Salah satunya dengan melakoni kerja sampingan.

Bekerja apa saja yang penting halal, seperti freelancer, driver online, barista, pramusaji, pelayan toko, atau apapun yang kamu bisa. Kamu dapat melakukan kerja tambahan ini setelah pulang kantor atau di hari libur.

Risiko kerja sampingan, memang melelahkan. Tetapi mumpung masih muda, masih kuat dan produktif. Jangan sia-siakan waktu. Cari uang yang banyak dengan ‘menjual’ keterampilanmu.

Kuncinya hanya pintar mengatur waktu agar tidak mengganggu pekerjaan utama dan kesehatan. Dengan kerja sampingan, kamu dapat menggunakan hasilnya untuk tabungan dan investasi. Intinya adalah untuk mempersiapkan masa depan keuanganmu.

2. Buka bisnis

Jika pekerjaan utama sudah jadi karyawan dengan gaji tetap, kamu dapat mencari jalan lain untuk mendapat uang tambahan. Caranya membuka bisnis atau usaha yang sesuai passion.

Tak perlu takut dulu dengan modal. Ada banyak usaha yang bisa dirintis dengan modal kecil, bahkan tanpa uang sepeserpun. Contohnya menjadi reseller atau dropshipper. Jika ditekuni, usaha ini akan mendatangkan untung besar.

Atau ingin usaha yang kekinian dengan pendapatan menggiurkan? Modalnya cuma smartphone dan kuota internet, yakni menjadi youtuber, vlogger, influencer, atau selebgram. Kamu hanya harus kreatif dan rajin memproduksi, serta upload konten menarik agar meraih banyak follower.

3. Investasi

Sebetulnya meski gaji pas-pasan, kalau dikelola dengan tepat, kamu tetap bisa mengalokasikan dana untuk investasi. Besarannya 10% dari penghasilan bulanan.

Bila gaji Rp 4,5 juta, berarti Rp 450 ribu disisihkan untuk investasi. Dengan anggaran tersebut, kamu bisa beli saham yang kinerjanya lagi moncer di masa pandemi. Di antaranya KAEF (Rp 349.000/lot), AGII (Rp 152.500/lot), KLBF (Rp 133.500/lot), SIDO (Rp 75.500/lot), WIKA (Rp 98.000/lot), atau lainnya.

Investasi saham akan membuatmu kaya. Sebab, return-nya rata-rata mencapai 12% sampai 15% per tahun. Bahkan bisa lebih bila diinvestasikan dalam jangka panjang.

Yang pasti, imbal hasil investasi saham jauh mengungguli inflasi. Sehingga dengan pengelolaan risiko yang tepat, uangmu dijamin akan bertambah banyak, bukan tergerus inflasi.

Tetap Produktif dan Kerja Keras

Ekonomi memang sedang lesu dihantam pandemi. Namun bukan berarti menyerah pada keadaan. Ingat, ada biaya hidup yang terus berjalan.

Kamu dituntut untuk kerja keras dan produktif. Menggali sumber penghasilan baru agar keuangan keluarga tetap stabil hari ini dan di masa depan.     

Baca Juga: 7 Investasi Terbaik saat PPKM Darurat, Cuan Berlimpah