Cara Memilih Orang untuk Pegang Cabang Bisnis Baru

Salah satu hal yang harus diperhatikan ketika ingin membuka cabang baru adalah terkait sumber daya manusia. Kamu perlu menempatkan bukan hanya karyawan yang terampil dan bertanggung jawab, tetapi juga bisa dipercaya.

Kenapa harus karyawan yang dapat dipercaya? Itu karena kamu tidak sepenuhnya bisa mengawasi cabang baru setiap hari. Apalagi jika cabang baru ini berada di kota lain, jauh dari lokasi toko pertama dan tempat tinggalmu.

Maka dari itu, kamu harus menempatkan karyawan-karyawan yang amanah. Mampu menjalankan operasional bisnis dengan baik, pekerja keras, dapat diandalkan, dan jujur, tidak akan mempermainkan atau memanipulasi kamu.

Memang sih, mencari orang yang bisa dipercaya saat ini sangat susah. Tapi pasti ada. Tinggal kamu yang pintar-pintar memilih agar orang kepercayaan ini dapat membantumu mengembangkan bisnis lebih besar.

Ini cara memilih atau mencari orang kepercayaan untuk cabang baru:

Baca Juga: Mau Menambah Modal Investasi di Bulan Ramadan, Dari Mana Duitnya?

• Tunjuk anggota keluarga atau bestie

Orang yang bisa kamu percaya saat ini mungkin adalah keluarga. Yang sudah kamu tahu betul sifat dan karakternya. Untuk mendapatkan orang kepercayaan, kamu bisa menunjuk salah satu anggota keluarga.

Misalnya kakak, adik, atau saudara sepupu yang sudah akrab denganmu. Jika kamu memilih sahabat baik, bestie yang sudah terbukti menemanimu di kala sedih dan senang, dapat kamu jadikan orang kepercayaan yang mengelola cabang bisnis barumu.

Keluarga atau sobat karib, kemungkinan berkhianatnya kecil. Walaupun zaman now, segala kemungkinan bisa saja terjadi. Orang terdekat pun ada yang tega menusuk dari belakang.

• Rekrut SDM baru dan beri pelatihan

Jika anggota keluarga dan sahabat tidak bisa memenuhi permintaanmu untuk mengelola cabang bisnis yang baru, kamu bisa melakukan perekrutan sendiri atau menggunakan jasa konsultan rekrutmen karyawan.

Cara ini bertujuan agar kamu mendapatkan karyawan baru sesuai keinginanmu. Setelah mendapatkan yang tepat, bekali mereka dengan pelatihan keterampilan serta menumbuhkan jiwa jujur, kreatif, dan mandiri.

Dengan begitu, kamu akan memiliki karyawan yang unggul dan bisa dipercaya untuk memimpin cabang bisnis barumu. Tentu saja disesuaikan dengan gaji dan tunjangan yang memadai agar loyalitas dan makin semangat bekerja dalam mencapai target perusahaan. 

• Ada hitam di atas putih

Agar proses keberlangsungan kerja sesuai ekspektasi dan target yang diharapkan, antara kamu dan karyawan untuk cabang baru harus ada hitam di atas putih. Maksudnya adalah perjanjian kerja atau kontrak kerja.

Ini untuk memastikan atau menegaskan hak dan kewajiban kamu sebagai pemberi kerja dan karyawan sebagai pekerja. Jika karyawan terbukti melakukan pelanggaran berat, seperti mencuri atau menggelapkan aset dan lainnya, maka akan langsung dipecat atau diberhentikan.

• Agendakan rapat dan evaluasi rutin

Mungkin menurutmu, karyawan baru yang didapatkan dari proses rekrutmen sudah memenuhi kriteria kamu. Tetapi belum tentu. Bisa saja dalam praktiknya, karyawan melakukan perbuatan tidak baik terhadap bisnismu.

Jadi, kamu tidak boleh melepas begitu saja pengelolaan cabang bisnis baru ini. Tetap lakukan rapat dan evaluasi rutin. Misalnya dua kali dalam seminggu.

Rapat akan menjadi momen di mana kamu dan karyawan di cabang baru akan bertemu dan saling berkomunikasi tentang banyak hal, seperti pencapaian target, laporan keuangan, kendala kerja, persaingan, dan lainnya.

Sementara evaluasi kerja juga mesti dilakukan untuk mengetahui apakah karyawan sudah bekerja secara produktif atau belum, apakah pantas diberi apresiasi atau teguran, dan lainnya.

Dengan demikian, kamu dapat mengambil langkah yang tepat terhadap karyawan tersebut. Jika memang berkinerja bagus, bisa diberi reward.

Kalau ternyata kurang memuaskan, kamu dapat mengambil langkah teguran atau pemutusan hubungan kerja. Pastikan pula kamu rutin melakukan evaluasi kinerja keuangan.

Cek arus masuk dan keluar secara jeli. Bila ada kejanggalan, tanya langsung pada pemimpin cabang. Apakah akibat terjadi kebocoran anggaran, ‘permainan’ karyawan, atau karena ketidaktelitian.

Baca Juga: 5 Sumber Modal untuk Menjalankan Bisnis di Bulan Ramadhan