Inspirasi Sudono Salim: Dari Gelandangan Tiongkok hingga Jadi Bos Indofood
Hampir semua orang di negeri ini tidak asing lagi dengan nama Indofood. Salah satu produk dari Indofood yang paling terkenal dan mendunia adalah Indomie.
Bisa dikatakan, seluruh penduduk Indonesia pasti pernah mencicipi produk mi instan yang satu ini. Baik kelas ekonomi bawah, menengah, ataupun atas pasti menyukai produk cepat saji tersebut.
Hebatnya lagi, produk andalan Indofood tersebut ternyata juga sangat digemari di mancanegara. Salah satu peminat utama dari produk ini adalah negara-negara afrika. Contohnya Nigeria, di negara tersebut, Indomie sudah seperti menjadi panganan pokok mereka sehari-hari.
Karena kepopulerannya dan banyaknya orang yang mengonsumsi produk tersebut di negeri yang terletak di Benua Hitam itu, di beberapa supermarketnya, Indomie disebut sebagai “Nigerian Chicken Noodles”.
Kesuksesan dari Indofood hingga menjadi salah satu merek kebanggan Indonesia yang terkenal hingga skala internasional ternyata berawal dari seorang yang sangat miskin. Tak lain dan tak bukan, ia adalah Sudono Salim, sang bos dari Indofood.
Sebenarnya, seperti apa kisah hidup Sudono Salim hingga menjadi seorang yang sangat sukses dan mewariskan perusahaan keluarga rintisannya? Simak ulasannya dari berbagai sumber berikut ini.
Bingung Cari Produk Kredit Tanpa Agunan Terbaik? Cermati punya solusinya!
Merupakan Seorang Imigran yang Lahir di Tiongkok
Sudono Salim atau Liem Sioe Liong via locjkt.id
Pria yang menjadi pendiri dari salah satu perusahaan produsen makanan terbesar di Indonesia ini ternyata memiliki darah Tionghoa murni dan lahir di Tiongkok.
Sudono Salim memiliki nama asli Liem Sioe Liong dan lahir di distrik Fuqing, Provinsi Fujian, Tiongkok pada 16 Juli 1916. Pada akhirnya, Liem Sioe Liong lebih dikenal dengan nama Indonesia yaitu Sudono Salim.
Pada awalnya, Sudono dan kakaknya, Lim Ke Lok, dan juga saudara iparnya yang bernama Zheng Xusheng, pergi ke Indonesia karena terjadinya konflik di tempat asalnya. Mereka kemudian datang ke kota Surabaya, Jawa Timur dan menetap di kota Kudus.
Perjalanan Salim memang tak mulus. Ia harus menaiki kapal layar tanpa mesin untuk dapat sampai ke Surabaya. Sedangkan sang kakak sudah lebih dahulu merantau ke Hindia Belanda, zaman itu.
Saat menunggu sang kakak menjemputnya, Loem Sioe Liong yang baru saja bermigrasi dari Tiongkok harus rela menjadi seorang gelandangan selama beberapa hari. Mulai dari saat itu, ia kemudian menjadi penduduk Indonesia yang masih bernama Hindia Belanda, wilayah kolonisasi Belanda.
Imigran asal Tiongkok itu bahkan mendapatkan pekerjaan sebagai seorang pekerja di sebuah pabrik pembuatan tahu dan kerupuk.
Baca Juga: Kopi Kapal Api: Dari Jualan Keliling hingga Jadi Kopi Legendaris
Mendapatkan Ide untuk Berbisnis
Temukan ide bisnis Anda
Naluri bisnis seorang Loem Sioe Liong alias Sudono Salim memang tak bisa dimungkiri lagi. Walaupun bekerja sebagai seorang pekerja biasa di pabrik pembuatan tahu dan kerupuk, ia kemudian tetap melihat berbagai kesempatan bisnis.
Salah satunya adalah potensi yang berada di kota tempatnya tinggal, Kudus, Jawa Timur. Dan salah satu yang menarik perhatian dari naluri bisnis laki-laki kelahiran Tiongkok tersebut adalah bisnis rokok.
Di kota Kudus pada saat itu, Salim melihat bahwa kota tempatnya tinggal tersebut memiliki banyak sekali industri rokok yang dapat menjadi sebuah potensi bisnis baginya. Namun demikian, pasokan akan tembakau dan cengkeh dianggapnya minim.
Salim pun tak mau menyianyiakan kesempatan tersebut dan berusaha terjun ke bisnis pemasok cengkeh serta tembakau.
Untuk memulai bisnisnya ini, pastinya dibutuhkan modal yang cukup lumayan. Sedangkan ia saat itu hanyalah seorang pegawai biasa. Pada akhirnya, modal untuk melakukan bisnis tersebut didapatkannya dari sang mertua.
Sebelumnya, Loem Sioe Liong alias Sudono Salim menikah ketika berusia 24 tahun dengan seorang anak dari pedagang atau saudagar terpandang di wilayah Kudus hingga ke berbagai daerah lain di Jawa Timur.
Perempuan yang dinikahi oleh Sudono Salim ini bernama Lie Kim Nio yang merupakan seorang keturunan Tionghoa dan dikenal dengan nama Lilani.
Bisnis tembakau dan cengkeh yang dijalankannya pun cukup sukses dan sedikit demi sedikit membesar hingga imigran asal Tiongkok ini layak disebut sukses. Dalam waktu yang cukup singkat, Salim sudah dikenal sebagai seorang bandar cengkeh asal Kudus yang memiliki koneksi hingga ke pulau-pulau lain seperti Sulawesi dan Sumatera.
Selain bisnis cengkeh, seiring berjalannya waktu, Salim juga menjadi orang yang menyediakan pasokan barang-barang medis untuk tentara revolusioner Indonesia di Medan. Dia menyalurkan pasokan tersebut dan kemudian mengenal Soeharto yang kala itu masih menjabat sebagai perwira tentara Indonesia.
Salim bahkan sempat dituduh sebagai pemasok senjata kepada tentara revolusioner Indonesia oleh pemerintahan Belanda walaupun hal itu dibantahnya mentah-mentah.
Baca Juga: Sarita Sutedja Blakblakan Resep Sukses Warunk UpNormal Cs
Kebangkrutan Mendadak Bisnis Cengkeh
Jangan menyerah saat mengalami kegagalan
Selayaknya bisnis-bisnis lainnya, usaha perdagangan cengkeh yang dijalankan Sudono Salim juga mengalami hambatan besar. Sebenarnya, hal ini sudah lebih dari sekadar hambatan karena betul-betul mematikan usaha cengkeh Salim.
Pada tahun 1942, ketika Indonesia berada dibawah kekuasaan Jepang yang baru saja menduduki Hindia Belanda, hampir seluruh kegiatan masyarakat termasuk berbagai bisnis harus dihentikan. Hal itu berlanjut selama lebih dari 3 tahun hingga Jepang pergi dari tanah Nusantara.
Setelah Indonesia merdeka, Sudono Salim memutuskan pindah tempat tinggal ke Ibukota, Jakarta. Di sini, ia bekerja sama dengan beberapa perusahaan asal Tiongkok dan Hong Kong untuk menjadi pemasok utama produk kebersihan berupa sabun kepada Tentara Nasional Indonesia.
Eksplorasi bisnis yang dilakukan salim tidak hanya sampai di situ. Melihat bahwa kesulitan ekonomi cukup menjadi masalah di awal terbentuknya pemerintahan Indonesia, Salim kemudian mendirikan sebuah bank bersama Mochtar Riady, orang kepercayaannya.
Bank tersebut diberi nama Central Bank Asia yang kemudian hari berganti nama menjadi Bank Central Asia yang kita kenal hingga saat ini.
Merambah Sektor-Sektor Bisnis Lainnya
Lihat postingan ini di Instagram
Naluri bisnis seorang Sudono Salim memang tidak dapat terbendung. Melihat bahwa bisnis produksi pangan akan semakin meningkat mengingat keadaan negara yang baru saja merdeka, Salim kemudian bermaksud untuk masuk ke dalamnya.
Tidak tanggung-tanggug, yang diincarnya adalah makanan pokok masyarakat Indonesia. Namun, nasi atau beras tidak menjadi pilihannya. Tepung terigulah yang akhirnya menarik minat Salim untuk terjun ke bisnis sektor pangan.
Melihat bahwa tepung terigu juga merupakan salah satu bahan pokok pembuatan pangan seperti roti, mi, dan lainnya, maka Sudono Salim memutuskan untuk menciptakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam penjualan dan produksi tepung terigu bernama PT Bogasari pada tahun 1968 dan masih berdiri hingga saat ini.
PT Bogasari yang didirikan oleh Salim kemudian menjadi sebuah perusahaan raksasa yang terkenal di mana-mana. Tidak puas dengan makanan, Salim juga merambah sektor lainnya. Salah satunya adalah produksi bahan bangunan.
Bekerja sama dengan para pebisnis dari luar negeri, Salim mendirikan sebuah perusahaan pemasok semen yang bernama Indocement. Perusahaan yang menjadi raksasa dalam ranah penjualan semen yang didirikan pria kelahiran Tiongkok pada tahun 1973 dan masih bertahan hingga saat ini.
Menciptakan Indofood
Apakah Anda salah satu penikmat mi instan ini?
Bogasari merupakan salah satu perusahaan Sudono Salim (Liem) yang paling berkembang dan menjadi raksasa. Melihat hal tersebut, Liem kemudian menciptakan sebuah perusahaan yang memproduksi makanan olahan tepung terigu berupa mi instan.
Perusahaan tersebut diberi nama Indofood dan produk mie instant itu diberi nama Indomie. Resmi didirikan pada tahun 1990, Indofood langsung menarik perhatian masyarakat dengan produk-produknya.
Saat pertama kali diluncurkan, Indomie hanya punya produk unggulan Indofood, dua varian rasa yaitu sari ayam dan sari udang. Inovasi dari pilihan rasa Indomie terus dikembangkan hingga saat ini produk tersebut sudah pernah memiliki puluhan jenis rasa.
Beberapa varian sudah tidak diproduksi lagi karena kurang populer, namun yang menjadi buah bibir dan terkenal hingga ke mancanegara salah satunya ada varian rasa Mie Goreng.
Kesuksesan Indomie tidak bisa diremehkan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Indomie bahkan sangat terkenal di luar negeri hingga menjadi seperti bahan panganan pokok di salah satu negara Afrika, yakni Nigeria.
Indomie menjadi sulit ditinggalkan oleh mereka yang sudah mencobanya karena memiliki harga yang relatif murah, rasa enak, dan memiliki kalori yang cukup sebagai menu makanan pokok.
Kepopuleran Indomie tersebut membuatnya menjadi salah satu produk yang paling populer. Pada tahun 2016, Indomie bersama Coca-Cola dan Lifebuoy masuk kedalam deretan 10 produk yang paling banyak dibeli di atas planet ini. Bahkan, kepopuleran Indomie layak membuatnya dijadikan ikon Indonesia.
Berpulangnya Liem Sioe Liong alias Sudono Salim
Sudono Salim meninggal dunia di Singapura via bisnis tempo
Kedatangan Sudono Salim ke Hindia Belanda pada saat itu demi memperbaiki hidup karena kacaunya situasi negara asalnya menjadi hal yang sangat positif, bagi Salim sendiri ataupun bagi masyarakat Indonesia.
Tanpa Salim, tidak akan ada produk-produk yang ia pasarkan dan membantu kelangsungan hidup banyak masyarakat di Indonesia. Sayangnya, pria yang namanya sudah menggema ke seluruh dunia ini wafat pada usia satu bulan sebelum ulang tahunnya yang ke-96.
Pria kelahiran Fujian, Tiongkok yang berusia hampir satu abad ini harus menghembuskan nafas terakhirnya karena sakit di Rumah Sakit Raffles, Singapura, pada tanggal 10 Juni 2012 silam. Walaupun sudah tidak hidup dalam bentuk fisik di dunia ini, namun Salim akan terus berada bersama produk-produknya yang menggema ke seluruh penjuru dunia.
Mengambil Keputusan dan Tidak Ada Kesuksesan Instan
Keputusan yang dibuat seorang Sudono Salim untuk bermigrasi ke Hindia Belanda pada saat itu dengan mengikuti jejak kakaknya ternyata pada akhirnya berbuah manis. Walaupun pada awalnya harus menjadi seorang pekerja biasa demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun keberuntungan tidak jauh darinya.
Dengan diberikannya modal untuk memulai usaha cengkeh, Salim berhasil menjadi sangat sukses dan merajai sektor bisnis lainnya. Semua itu adalah buah dari pengambilan keputusan yang matang dan usahanya untuk tidak menyerah walau sempat jatuh.
Selain itu, seluruh kesuksesan memang harus didapatkan dengan kerja keras ditambah keberuntungan. Semua tidak ada yang instan, kecuali mie instan! Produk buatan Salim yang disebut sebagai Mie Instan, Indomie, saja harus dimasak terlebih dahulu, bukan? Bagaimana dengan Anda?
Baca Juga: Yuk, Sontek Resep Sukses Berbisnis dari Bos Indofood!