Masih Bingung Membedakan Investor dan Trader Saham? Simak Ini

Pasar saham seluruh dunia ‘panas dingin’ akibat tersengat sentimen wabah virus corona atau COVID-19, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Situasi seperti ini berpotensi dimanfaatkan sejumlah trader atau pedagang saham untuk aksi ambil untung atau profit taking.

Berbeda dengan investor saham yang justru akan menganalisis fundamental perusahaan sebelum memutuskan aksi jual beli saham. Dengan kata lain, investor saham tidak berinvestasi dalam jangka pendek. Jika dilihat, antara investor dan trader saham memiliki perbedaan.

Namun sayangnya, masih banyak yang menyamakannya. Untuk lebih jelas, simak ulasan bedanya investor dengan trader saham berikut ini:

1. Investor Saham

Mereka yang menggunakan dananya untuk investasi di pasar saham. Biasanya bersifat jangka panjang hingga puluhan tahun. Sebelum membeli saham dari sebuah perusahaan atau emiten, investor cenderung mempertimbangkan kinerja perusahaan, seperti laporan keuangan yang sehat dan konsisten bagi-bagi dividen.

Sebab dividen itulah sumber pendapatan bagi investor setiap tahun atas kegiatan investasi dari banyak saham yang dimiliki. Artinya dalam hal ini, investor akan menggunakan analisis fundamental. Tidak asal karena harga sahamnya sedang murah atau mahal.

Investor tidak peduli pergerakan saham jangka pendek. Investor akan tetap menanamkan modalnya meski sebuah perusahaan tengah mengalami penurunan saham asalkan masih memiliki prospek cerah. Termasuk membeli saham tidur, karena mereka percaya, suatu saat harga saham akan naik tinggi, sehingga memberi keuntungan.

2. Trader Saham

Trader saham sama seperti pedagang. Melakukan aksi beli saham, lalu dengan cepat menjualnya kembali begitu ada kesempatan. Biasanya memanfaatkan sentimen, situasi, dan kondisi tertentu, seperti kondisi politik, ekonomi, maupun tren usaha.

Contohnya, beli saham Rp500 per lembar hari ini. Kemudian keesokan harinya karena sentimen virus corona yang telah menyebar luas ke berbagai negaram saham tersebut naik jadi Rp1.000 per lembar. Maka langsung saja dijual demi mendapatkan capital gain (keuntungan dari kenaikan harga saham). 

Begitupun perlakuan trader dengan saham lain yang dikoleksinya. Jadi, pendapatan seorang trader saham berasal dari aksi jual beli kilat tersebut, tanpa mempedulikan kinerja perusahaan. 

Sifatnya jangka pendek. Trader biasanya akan melakukan wait and see bila indeks saham sedang lesu. Mereka juga tidak akan berani membeli saham tidur seperti investor karena takut rugi. 

Namun demikian, jika investor menggunakan analisis fundamental, trader saham umumnya memakai analisis teknikal. Analisis untuk mengetahui target harga dan kapan sebaiknya melakukan transaksi, dengan menggunakan data harga dan volume perdagangan di masa lalu untuk memprediksi pergerakan harga yang akan terjadi.

Baca Juga: 8 Artis Ini Makin Tajir Berkat Investasi Saham

Anda Pilih Mana, Jadi Investor atau Trader Saham?

Pilihan menjadi investor atau trader saham tergantung pada karakteristik diri Anda:

  • Kalau Anda tipe orang yang ingin mendapat keuntungan dengan cepat, suka aji mumpung, “mumpung harga saham naik,” atau takut keburu turun dan ogah rugi besar karena mau cari aman, lebih baik menjadi trader saham. 
  • Sedangkan jika Anda adalah tipe orang yang sabar menunggu dan berani mengambil risiko, pilihan tepat dengan menjadi investor. 

Bisa juga dengan mengombinasikan keduanya. Anda jadi investor sekaligus trader saham. Keuntungan yang dihasilkan dalam jangka pendek, dapat Anda gunakan untuk investasi saham jangka panjang. 

Ingat, dalam menggabungkan gaya ini, Anda tidak boleh ‘gelap mata’ dan condong menjadi trader saja. Ini yang bahaya. Khawatirnya ingin mengantongi lebih banyak cuan, tapi malah amsyong.