Minimalisir Risiko Investasi Saham dengan Strategi Value Investing, Begini Maksudnya

Tak sedikit investor yang langsung membeli saham ketika harganya sedang turun. Padahal, hal tersebut hanya berujung sebagai cut loss yang bikin sesak keuangan. Terlebih lagi saat manajemen risiko saat berinvestasi diabaikan, potensi mengalami kerugian tentu akan menjadi lebih besar lagi.

Tak ada yang bisa menjamin keuntungan atau return saat berinvestasi saham. Saat harga sebuah saham terbilang sudah murah, tak ada yang bisa memastikan jika harganya akan kembali turun atau mengalami bounce dan kembali naik. Hal ini tentu penting dipahami oleh setiap investor, khususnya bagi kalangan growth investing. 

Itulah mengapa cukup banyak trader yang tak tahan banting di bursa saham dengan kondisi yang tak menentu tersebut. Karena hanya mementingkan harga saham saja, tak sedikit trader yang terjebak pada ilusi saham harga murah tersebut pasti akan menghasilkan keuntungan. 

Itulah mengapa investasi yang berorientasi pada nilai atau value investing penting untuk dipahami oleh setiap investor. Hal ini juga disampaikan oleh tokoh investor ternama dunia, Warren Buffet. Melalui praktik dan strategi value investing yang diterapkannya, Warren Buffet mendapat julukan sebagai Bapak Investasi Dunia. 

Baca Juga: 8 Cara Mamanfaatkan Uang dengan Benar Ala Miliarder Agar Makin Kaya

8 Strategi Value Investing 

loader

Value investing tidak akan bisa kamu terapkan tanpa memahami berbagai strateginya. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah 8 strategi value investing adalah: 

  1. Pilih Metode Analisa

    Value investing memiliki sederet metode analisa saham yang bisa dipilih. Metode yang pertama dikenal sebagai Top-Down Analysis. Analisis dari atas ke bawah ini merupakan jenis analisa yang bersifat menyeluruh atau global dan beranjak ke hal yang lebih spesifik. 

    Ada pula metode analisa bottom-up yang berkebalikan dengan strategi sebelumnya, yakni menilai sebuah saham dari hal yang spesifik. Seperti, fundamental perusahaan. 

    Kemudian, analisa ini berlanjut pada masalah ekonomi makro yang memiliki potensi untuk memberi pengaruh pada pergerakan harga sahamnya. Sebagai contoh, inflasi, suku bunga, kurs Rupiah, daya beli konsumen, dan lain sebagainya. Baik bottom-up atau top-down keduanya cukup baik untuk dipilih, tergantung dari model analisis mana yang lebih cocok dengan investornya. 

  2. Pantau Sektor yang Tengah Trending 

    Strategi ini dapat dijadikan sebagai langkah pertama maupun kedua setelah menentukan metode dari value investing. Kamu perlu memahami sektor manakah yang kini sedang populer atau tren di kalangan para investor. 

    Sebagai contoh, saat pemilihan presiden lalu, terdapat kampanye mengenai gagasan ‘Tol Laut’. Pada saat itu, tak sedikit perusahaan sekuritas, kelompok analisis saham, dan private equity yang langsung membahas mengenai dampak dari adanya tol laut itu. 

    Alhasil, dalam waktu singkat, berbagai saham yang berkaitan dengan sektor tersebut, misalnya, perusahaan perkapalan dan jasa angkutan laut mengalami peningkatan harga secara signifikan. Itulah mengapa sebagai value investor, kamu perlu selalu memantau berita terkini untuk mengetahui sektor manakah yang harga sahamnya berpotensi mengalami kenaikan.

  3. Lakukan Screening Saham dengan Fundamental Positif

    Dengan jumlah 600 emiten, tentu mustahil bagi seorang investor untuk melakukan analisis pada seluruh emiten saham tersebut. Untuk itu, kamu perlu melakukan screening secara efektif dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu. Sebagai contoh, klasifikasikan emiten dengan ROE lebih dari 15 persen, PBV kurang dari 1x, ataupun PER kurang dari 10. 

    Setelah melakukan screening tersebut, investor bisa memilih beberapa saham saja yang bakal dievaluasi satu per satu secara lebih mendalam. Dengan begitu, kamu tidak perlu lagi mengecek seluruh saham yang terdaftar di BEI.

  4. Ketahui Valuasi serta Nilai Intrinsik sebelum Membeli Saham

    Mengetahui valuasi serta intrinsik sebuah saham adalah hal yang wajib dilakukan oleh value investor. Sebab, hal ini berarti kamu perlu mempelajari tentang bagaimana cara untuk menilai harga dari saham tersebut. 

    Pada penerapan value investing, seorang investor perlu mengetahui harga wajar atau book value dari sebuah saham. Penilaian valuasi sebuah saham dapat dilakukan dengan menggunakan 2 rasio, yakni PBV atau Price to Book Value, dan PER atau Price Earning Ratio.

    Baca Juga: Salah Langkah Bikin Rugi, Simak Tips Investasi di Fintech Bagi Millenial

  5. Analisa Faktor Fundamental

    Memahami fundamental perusahaan dari saham yang diincar bisa dilakukan dengan cara membaca laporan keuangan terbaru. Setidaknya, cari tahu bagian penting pada laporan keuangan tersebut. Seperti, informasi laba atau rugi perusahaan. Dalam laporan keuangan, terdapat beberapa hal penting yang dicantumkan, seperti, pernyataan dari direktur atau penyaji laporan keuangan, ekuitas dan liabilitas, aset lancar serta tidak lancar, laba maupun rugi, catatan keuangan, dan laporan cash flow.

  6. Tentukan Waktu Pembelian Saham yang Pas

    Waktu paling tepat untuk membeli saham bagi setiap investor, termasuk value investor, adalah saat harganya berada di bawah nilai intrinsik atau undervalue. Karena itu, kamu perlu melihat history harga saham sebelumnya juga. Dengan begitu, keuntungan berinvestasi bisa kamu dapatkan dengan lebih maksimal. 

  7. Selalu Pantau Kondisi Saham di Portofolio

    Tak hanya melakukan analisa atau pembelian saham, value investor perlu memantau kondisi saham di portofolionya. Caranya bisa dengan mengawasi kinerjanya dan membaca laporan keuangannya pada situs resmi IDX.

  8. Cari Tahu Waktu Terbaik Menjual Saham

    Tak kalah krusial dengan menentukan waktu pembeliannya, memahami kapan waktu terbaik untuk menjual saham juga penting bagi value investor. Karenanya, saat terjun ke dunia investasi, kamu perlu melakukan pemantauan guna menentukan kapan waktu terbaik untuk menjual saham. 

    Tidak selalu berkaitan dengan harga saham yang tengah selangit, beberapa masalah internal pada perusahaan, seperti, masalah serius pada manajemen atau kondisi keuangan juga dapat menjadi alasan untuk segera menjual saham. Yang terpenting, jangan mudah panik dan gegabah sehingga langsung menjual saham padahal labanya hanya mengalami penurunan sedikit saja. 

    Tidak hanya itu, pahami juga strategi menjual saham melalui trendlinenya, apakah saham sedang mengalami uptrend atau downtrend. Walaupun sedang mengalami penurunan, jika perusahaan dari sahammu memiliki fundamental positif, maka tidak ada salahnya untuk tetap menahan atau hold karena kemungkinan harga saham kembali naik relatif tinggi dan terjamin. 

Raih Keuntungan Optimal saat Berinvestasi Melalui Penerapan Value Investing

Setelah memahami strategi value investing, kini saatnya kamu menerapkannya saat berinvestasi agar mampu meraih keuntungan yang optimal. Pastikan untuk mempelajari sebuah saham melalui fundamentalnya dan jangan panik serta gegabah setiap mengambil keputusan berinvestasi. Selalu ambil keputusan berdasarkan hasil analisa agar risiko berinvestasi saham dapat diminimalisir. 

Baca Juga: Jangan Takut Investasi Kala Virus Corona Merebak, Ini Tipsnya