Perbedaan Investasi Permanen dan Non-permanen

Akhir-akhir ini banyak yang mulai menyadari tentang pentingnya investasi demi menunjang kehidupannya secara finansial. Dari mulai pelajar SMA, ibu rumah tangga hingga pengusaha pun mulai berlomba-lomba menginvestasikan uangnya.

Dalam berinvestasi, dikenal dua istilah yang umum digunakan, yakni investasi permanen dan non-permanen. Mengapa keduanya berbeda dan dimana letak perbedaannya? Yuk, simak ulasan berikut ini selengkapnya.

Investasi Permanen dan Non-permanen, Apa Bedanya?

Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya!

Mulai Berinvestasi Sekarang!  

Pengertian secara umum 

loader

Seperti namanya, investasi permanen merupakan bentuk investasi dalam jangka waktu panjang yang bersifat permanen. Dimana, investor berkeinginan agar aset investasi yang dimaksud menjadi miliknya secara berkelanjutan alias permanen. Umumnya, aset investasi tersebut memiliki value dengan pengaruh yang cukup tinggi dalam jangka panjang.

Sementara investasi non-permanen merupakan jenis investasi yang hanya dilakukan sementara atau dalam jangka waktu tertentu. Dimana pembelian investasi tersebut tidak dimaksudkan untuk dapat memiliki aset investasi secara berkelanjutan atau permanen. 

Ini artinya, investor tersebut tak akan memiliki aset yang dibelinya untuk selamanya. Bukan hanya itu, investasi ini juga tidak untuk ditarik kembali atau diperjualbelikan.

Kedua jenis investasi ini sama-sama termasuk investasi yang dilakukan dalam jangka panjang. Artinya jangka waktu investasinya lebih dari 12 bulan.

Kepemilikan aset Investasi

Meski sama-sama sebagai investasi dalam jangka panjang, namun yang membedakan investasi permanen dan non-permanen adalah dari segi kepemilikan aset.

Dalam sebagian kasus, kebanyakan investor yang memilih investasi permanen tidak memiliki keinginan untuk menjual atau menarik kembali aset investasi yang dimilikinya. Ini artinya mereka ingin memiliki atau menahan aset investasi tersebut selamanya. 

Berbeda dengan investasi permanen, investor yang memilih investasi non-permanen tidak bertujuan untuk memiliki aset investasi tersebut secara berkelanjutan. 

Bisa dikatakan, aset tersebut hanya dijadikan opsi investasi dalam jangka waktu tertentu saja. Dimana tidak ada keinginan untuk memiliki atau menahan aset investasi tersebut dalam jangka waktu yang lama.

Baca Juga: 7 Metode Penilaian Investasi, Investor Wajib Tahu!

Tujuan Investasi

Pada dasarnya, bedanya investasi permanen dengan investasi non-permanen ada pada tujuan yang ingin dicapai. Dimana tujuan dari investasi permanen adalah untuk mendapatkan keuntungan lebih besar di masa mendatang. 

Secara umum, investor yang memilih jenis investasi ini tidak bertujuan untuk segera mendapatkan keuntungan dalam waktu relatif singkat. Sementara untuk investasi non-permanen, umumnya investor cenderung fokus dengan hasil yang akan diperoleh selama jangka waktu investasinya. 

Contoh Investasi Permanen dan Non Permanen

Investasi Permanen dan Contohnya

Dari ulasan diatas, yang jadi pertanyaan adalah ketika seseorang memilih investasi secara permanen, akankah bisa memperoleh imbal hasil dari aset investasi tersebut?

Jawabannya, tentu saja ada. Salah satu contoh dari investasi permanen dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelian rumah tinggal, tanah maupun jenis properti lainnya. Meski aset tersebut tetap ditahan dan tidak diperjualbelikan, investor tetap bisa mendapatkan keuntungan darinya, misalnya dengan menyewakannya.

Selain itu ada beberapa contoh investasi permanen lainnya sesuai kebijakan akuntansi pada pasal 5, diantaranya.

  • Penyertaan modal dari negara pada suatu perusahaan negara atau daerah, badan usaha internasional maupun badan usaha lain yang bukan dimiliki oleh negara.
  • Investasi permanen lain yang dimiliki pemerintah dalam rangka meningkatkan hasil pendapatan atau pelayanan untuk masyarakat.

Keuntungan yang diperoleh adalah dari investasi permanen salah satunya adalah penghasilan dividen. Secara umum, aset investasi yang dipilih sebagai investasi permanen ini memiliki pengaruh cukup signifikan dalam jangka panjang.

Investasi Non-Permanen dan Contohnya

Kegiatan pembelian obligasi atau surat utang dengan jangka panjang adalah satu contoh dari investasi non-permanen. Investasi ini bisa dilakukan oleh individu, perusahaan maupun pemerintah. 

Kepemilikan dari obligasi tidak akan selamanya, melainkan sampai batas waktu jatuh tempo yang tertera di surat utang tersebut saja. Contoh lainnya dari investasi non-permanen yakni saat pemerintah menanamkan modalnya pada suatu proyek pembangunan, dimana proyek tersebut nantinya dapat dialihkan ke pihak ketiga. 

Kegiatan penyertaan modal guna memperbaiki kondisi perekonomian juga merupakan contoh lainnya dari investasi non-permanen. Seperti bantuan berupa modal kerja yang diberikan secara bergilir pada kelompok masyarakat.

Baca Juga: Apa Itu Trader Investasi? Pengertian, Jenis, dan Keuntungannya

Tips Berinvestasi agar Hasilnya Maksimal

loader

Saat menentukan pilihan berinvestasi, penting untuk mengambil keputusan dengan matang tanpa terburu-buru. Sebelum memilih investasi permanen atau non-permanen, simak dulu beberapa tips berikut ini.

1. Fokus dengan Tujuan Investasi

Setiap hal yang dilakukan, tentunya tidak terlepas dari keinginan untuk mencapai tujuan yang sebelumnya telah direncanakan. Hal ini tak jauh berbeda ketika memutuskan untuk berinvestasi. 

Meski umumnya, investasi dilakukan bertujuan untuk mengamankan finansial, tapi penting untuk menyusun tujuannya secara lebih spesifik dan fokus dengannya. Berikut ini beberapa contoh tujuan investasi secara umum, antara lain:

  • Hanya ingin memperoleh keuntungan demi meningkatkan saldo rekening,
  • Meningkatkan modal untuk pengembangan bisnis,
  • Mengamankan dana yang ada saat ini dari pengaruh inflasi,
  • Menyiapkan dana untuk tujuan tertentu lainnya di kemudian hari, seperti membeli rumah, lahan, kendaraan, dana pensiun, dana pendidikan dan lainnya.

2. Mempelajari Instrumen Investasi

Hal selanjutnya yang tak kalah penting adalah dengan menentukan tujuan investasi yang ingin dicapai. Misalnya saja ingin punya mobil pribadi dalam jangka waktu dua tahun ke depan. Maka, cari tahu dan pelajari berbagai macam instrumen investasi yang sesuai.

Dari mulai saham, reksadana, logam mulia, obligasi, deposito dan lain sebagainya yang berpotensi memberikan peluang keuntungan besar.

3. Mulai dari Modal Minim

Sesuatu yang baru dimulai, memang lebih baik jika dari hal yang kecil, begitu pula dengan opsi berinvestasi. Tak perlu buru-buru langsung menyetorkan sejumlah dana dengan nominal yang nilainya besar. 

Untuk mengawalinya, bisa dimulai dengan modal yang kecil disesuaikan kemampuan finansial dan tak perlu memaksakan diri. Apalagi, saat ini banyak instrumen investasi yang bisa dimulai dari angka Rp 100 ribuan. Ketika sudah mulai paham dengan alur kerja investasi yang dipilih, baru bisa dipertimbangkan untuk meningkatkan nominal setorannya.

4. Pilih Berinvestasi di Lembaga Legal 

Jangan karena penawaran investasi terlihat menarik dan tampak menguntungkan maka tergesa-gesa memilihnya tanpa kroscek lebih dulu. Perlu dipahami bahwa penawaran yang tak masuk akal bisa jadi jebakan dari investasi bodong.

Untuk menghindarinya, cukup dengan memilih lembaga legal untuk berinvestasi. Biasanya, lembaga ini sudah mengantongi izin resmi dari OJK atau Otoritas Jasa Keuangan. Kamu bisa cek di laman resminya.

Pahami Perbedaannya Agar Lebih Cerdas dalam Berinvestasi

Meski sama-sama sebagai investasi jangka panjang, antara investasi permanen dan non permanen cukup berbeda. Terutama dari segi tujuan dan kepemilikan aset investasi.

Dengan memahami perbedaan keduanya, kamu bisa lebih mudah menentukan pilihan investasi yang cocok dengan tujuan finansial yang ingin dicapai. Jangan pernah lelah untuk belajar, apalagi soal investasi. 

Karena ada banyak hal menarik dan ilmu bermanfaat yang akan diperoleh, sehingga bisa lebih bijak dalam menentukan pilihan berinvestasi. Semoga bermanfaat!

Baca Juga: Investasi Kripto vs Saham, Mana yang Lebih Menguntungkan?