Tidak Perlu Panik, Inilah Alasan Kenapa Defisit Wajar Terjadi dan Cara Menanggulanginya

Setiap pengusaha dan pebisnis tentu menginginkan bidang usahanya selalu berkembang dan memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan. Beragam cara dan inovasi pun akan dilakukan guna dapat mencapai target bisnis yang ingin diraih tersebut.

Namun, ada kalanya pebisnis akan mengalami penjualan yang cenderung lebih longgar ketimbang biasanya. Saat hal ini terjadi, bukan tidak mungkin angka pengeluaran bisnis akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan angka pemasukannya. Alhasil, bisnis masuk ke dalam kategori mengalami defisit.

Dalam dunia bisnis, terjadinya defisit tersebut merupakan hal yang lumrah terjadi. Pasang surut pendapatan bisnis bukanlah hal yang mengherankan, terutama bagi pelaku bisnis yang sudah lama menekuni bidang tersebut. Bahkan, bukan hanya bisnis atau individu, kondisi keuangan sebuah negara juga memiliki risiko untuk mengalami defisit.

Meski begitu, faktor penyebab terjadinya defisit tersebut wajib untuk dimengerti agar lebih jarang terjadi. Pemahaman tentang dampak yang terjadi dan cara terbaik mengatasinya juga hendaknya dimiliki oleh para pebisnis. Untuk itu, berikut adalah penjelasannya. 

Definisi Defisit

loader

Secara singkat, yang dimaksud dengan defisit adalah kondisi finansial di mana pendapatan tidak sepadan atau lebih kecil dari jumlah pengeluaran. Saat pengeluaran melebihi pendapatan, sudah pasti kondisi keuangan akan bergerak minus. Hal inilah yang terjadi saat suatu perusahaan atau negara dikatakan mengalami defisit. 

Menilik dari pengertian defisit pada buku yang berjudul “Kebijakan Fiskal dan Moneter” tahun 1993, defisit diartikan sebagai kondisi pemasukan lebih kecil dibandingkan dengan pengeluaran dalam hal finansial atau keuangan. Lingkup terjadinya bisa dari individu, organisasi, perusahaan, atau bahkan negara. 

Defisit juga dapat diartikan sebagai kondisi kekurangan keuangan akibat jumlah pengeluaran yang melebihi jumlah pendapatan. Sehingga, dana dalam kas semakin berkurang dan jika dibiarkan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kebangkrutan. Jadi, penting untuk segera mencari siasat agar kondisi keuangan tidak berlarut-larut mengalami defisit. 

Baca Juga: 4 Negara yang Berhasil Maju, Tanpa Karyawan Harus Lembur

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Defisit

Faktor penyebab defisit bisa berasal dari berbagai sumber. Dalam hal keuangan negara, kondisi defisit bukanlah perkara yang mengagetkan dan umum terjadi. Pasalnya, hampir semua negara di dunia pasti pernah mengalami defisit, terlebih pada negara berkembang.  

Istilah yang biasanya digunakan untuk menggambarkan kondisi tersebut adalah defisit anggaran. Faktor yang menyebabkan keuangan negara bisa sampai mengalami defisit bermacam-macam. Jadi, apa saja penyebab defisit anggaran suatu negara?

  1. Investasi di Bidang Pembangunan 

    Agar dapat menciptakan sarana dan prasarana yang dapat membantu kegiatan masyarakat, setiap negara tentu memiliki anggaran khusus sebagai biaya pembangunan. Terutama di negara berkembang, biaya pembangunan tentu memiliki jumlah anggaran yang tidak sedikit setiap tahunnya. 

    Selain untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya, pembangunan juga memiliki tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakatnya. Dengan memiliki infrastruktur yang memadai, negara juga menjadi lebih berpotensi untuk menarik minat investor asing ke dalam negeri. Dengan begitu, masyarakat lokal juga dapat memiliki kehidupan yang lebih berkembang. 

    Dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilakukan, negara pasti memiliki skala prioritasnya. Biasanya, pembangunan infrastruktur skala nasional memiliki prioritas paling atas dalam anggaran ini. Diikuti dengan pengadaan sarana dan prasarana untuk pertahanan serta keamanan negara. 

    Setelah itu, negara dapat melakukan pembangunan pada sarana pengadilan serta lembaga pemasyarakatan. Dilanjutkan dengan pengadaan fasilitas untuk keperluan sosial, seperti sekolah dan fasilitas kesehatan.  

    Prioritas selanjutnya adalah mencanangkan program transmigrasi serta pembangunan daerah. Terakhir, saat semua pembangunan di atas terpenuhi, negara dapat melanjutkan pembangunan program PPK atau penanganan dan pengentasan kemiskinan, serta P3DT atau pembangunan desa tertinggal. Dengan begitu, kesejahteraan masyarakat suatu negara dapat terjamin. 

  2. Masyarakat Memiliki Daya Beli yang Rendah

    Defisit juga bisa terjadi karena masyarakat memiliki daya beli yang rendah akan barang atau jasa untuk keperluan sehari-hari. Saat masyarakat kurang mampu untuk membeli komoditas pokok seperti sembako, pendidikan, BBM, transportasi, hingga listrik, besar kemungkinan negara akan mengalami defisit anggaran.

    Penyebabnya, pemerintah harus bisa meningkatkan daya beli masyarakat dengan cara memberikan subsidi atau bantuan dana. Sehingga, masyarakat dengan tingkat ekonomi lemah mampu membeli komoditas pokok tersebut. 

    Jika dilakukan dalam jangka waktu cukup lama, pemberian subsidi ini dapat membuat keuangan negara menjadi defisit. Namun, karena memang dalam keadaan yang mendesak, mau tidak mau negara harus rela keuangannya mengalami defisit anggaran. 

  3. Melemahnya Kurs Mata Uang Negara

    Hampir setiap negara di seluruh dunia pasti memiliki utang negara, khususnya negara berkembang. Nah, saat kurs mata uangnya sedang melemah, sudah pasti jumlah utang dan beban bunga akan menjadi lebih tinggi. Saat hal ini terjadi, besar kemungkinan negara akan mengalami defisit. 

    Pinjaman negara yang didapatkan dengan menggunakan valuta asing akan bertambah karena melemahnya kurs mata uang negara. Sebagai contoh, saat biasanya nilai tukar Rupiah pada USD adalah 13 ribu dan melemah menjadi 14 ribu, maka jumlah utang negara bertambah 1000 per USDnya. Jadi, terjadinya depresiasi mata uang ini menyebabkan beban negara untuk melunasi utang menjadi lebih tinggi dan menyebabkan defisit.   

  4. Realisasi Pendapatan Negara yang Tidak Sesuai Target

    Dalam APBN, pemerintah pasti telah memiliki rencana sumber finansial negara. Namun, pada prakteknya, realisasi dari pendapatan negara tidak jarang yang tidak sesuai target yang mengakibatkan banyak program pemerintah yang terbengkalai. Hal ini juga menjadi alasan mengapa pemerintah seringkali memotong bujet program kerjanya. 

    Akibatnya, program kerja pemerintah tidak dapat berjalan dengan maksimal dan tiap tahunnya, pemerintah harus menambal kekurangan tersebut. Yang menerima dampaknya sudah pasti pada saat penyusunan APBD yang tidak sesuai dengan target awal dilakukannya program kerja pemerintah tersebut. 

  5. Melakukan Pengeluaran Saat Terjadi Inflasi

    Terakhir, saat menyusun APBD, pemerintah pasti akan menggunakan standar harga pada periode tersebut. Padahal, seiring berjalannya waktu, harga seringkali akan meningkat karena adanya inflasi. Inflasi inilah yang membuat negara rentan terkena defisit karena pembelanjaan dilakukan dengan harga yang lebih tinggi. 

    Meski seringkali diperhitungkan dalam penyusunan APBD, bukan tidak mungkin nilai inflasi tidak sesuai dengan perkiraan. Alhasil, APBD harus direvisi dan pemerintah masih tetap mengeluarkan dana yang lebih besar. 

Dampak yang Muncul Akibat Defisit

  1. Bagi Ekonomi Makro 

    Saat suatu negara mengalami defisit anggaran, tentu akan ada dampak yang akan diterima pada variabel ekonomi makro tingkat nasional. Contohnya adalah saat negara mengalami defisit karena penerimaan pendapatan dari pajak tidak sesuai target. Hal tersebut tentu membuat pemerintah harus mencari tambahan modal guna tetap bisa memenuhi keperluan masyarakat. 

  2. Inflasi

    Selain dampak tersebut, defisit anggaran juga dapat memberikan efek negatif lainnya. Salah satunya adalah risiko terjadinya inflasi atau kenaikan harga barang atau jasa secara menyeluruh. 

    Defisit anggaran dapat menyebabkan inflasi sebab pengeluaran guna membiayai proyek besar berjangka lama masih belum bisa memberikan profit dalam waktu dekat. Meski begitu, pemerintah sudah terlebih dahulu membayarkan upah kepada buruh yang bekerja. 

    Dari uang yang didapatkan oleh buruh tersebut, daya beli masyarakat akan bertambah, namun belum bisa memenuhi permintaan pasar. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya inflasi karena defisit. 

  3. Berkurangnya Pendapatan Riil

    Dampak selanjutnya adalah berkurangnya pendapatan riil milik masyarakat. Hal ini mengakibatkan tingkat konsumsi dan jumlah tabungan masyarakat turut berkurang pula. 

    Padahal, tabungan mempunyai fungsi untuk mendorong kegiatan investasi. Jadi, saat tingkat tabungan masyarakat rendah, tingkat investasi yang dilakukan masyarakat juga akan menurun. 

  4. Meningkatnya Jumlah Pengangguran

    Terakhir, imbas dari menurunnya kemampuan investasi masyarakat adalah tingkat pengangguran yang meningkat. Investasi yang lemah membuat proyek pembangunan ikut terhambat pula. Alhasil, masyarakat yang seharusnya mengerjakan proyek tersebut akan kehilangan profesinya dan meningkatkan angka pengangguran. 

    Tidak hanya pengangguran, investasi yang kurang bergairah juga membuat dunia bisnis menjadi lemas pula. Penyebabnya, tak sedikit perusahaan yang bergantung pada kegiatan investasi untuk dapat beroperasi. Jadi, dampak dari defisit akan dirasakan oleh masyarakat secara keseluruhan.  

Baca Juga: Cari Tahu ‘Penyakit’ Keuangan dengan Melihat 4 Rasio Keuangan Ini

Upaya untuk Mengatasi Defisit

Setelah mengetahui penyebab dan dampaknya, perlu dipahami juga mengenai cara mengatasi defisit. Pada dasarnya, terdapat dua sudut pandang tentang bagaimana cara menanggulangi defisit, yaitu:

  1. Sisi Penerimaan

    Untuk sisi penerimaan, defisit dapat diatasi dengan meminjam dana dari bank yang membuat jumlah uang beredar di masyarakat menjadi bertambah. Pemerintah juga dapat menerbitkan obligasi agar bisa mendapatkan uang dari masyarakat dan meningkatkan pemasukan negara.

    Selain itu, defisit juga dapat diatasi dengan cara meminjam dana dari luar negeri. Pastinya, pinjaman dari luar negeri hanya difungsikan untuk merealisasikan proyek pembangunan produktif sehingga keuntungan dari pembuatan proyek tersebut dapat digunakan untuk melunasi cicilan utangnya. Terakhir, negara dapat menambah pemasukan dengan meningkatkan beban pajak masyarakat.

  2. Sisi Pengeluaran

    Dalam sisi pengeluaran, mengatasi defisit dapat dilakukan dengan menekan angka subsidi, seperti subsidi listrik, BBM, dan lain sebagainya. Pengurangan pada pengeluaran rutin negara, seperti kunjungan dinas, seminar, operasional, dan lainnya menjadi solusi mengatasi defisit. 

    Defisit juga dapat ditanggulangi dengan memfokuskan pembangunan pada proyek yang dapat dengan segera menghasilkan keuntungan dan menunda pengerjaan proyek jangka lama yang membutuhkan biaya lebih besar. Terakhir, defisit dapat dikurangi dengan memangkas biaya atau budget program pemerintah tertentu. Dalam kata lain, program yang tidak memberikan pertumbuhan di sektor riil, devisa, maupun pajak dapat dikurangi biayanya.  

Masyarakat Juga Turut Bertanggung Jawab Saat Negara Mengalami Defisit

Pada dasarnya, defisit terjadi saat pengeluaran melebihi jumlah pemasukan. Saat masyarakat tidak taat dalam membayar pajak, sudah pasti pemasukan negara menjadi tidak maksimal dan tidak sesuai target. 

Padahal, dengan disiplin membayar pajak, masyarakat pula lah yang akan mendapatkan imbas dari program yang dicanangkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, agar keuangan negara tidak sampai defisit, pastikan untuk menaati aturan wajib pajak Anda.

Baca Juga: Manfaat Pajak bagi Masyarakat dan Negara