Tips Mengumpulkan Modal Usaha Rp 10 Juta dari Gaji UMR

Banyak karyawan bercita-cita ingin menjadi seorang entrepreneur. Membangun sebuah usaha dari nol sesuai passion atau minat. Namun untuk melakukan aksi nyata, terkadang masih maju mundur karena alasan modal.

Maklum besaran gaji cuma upah minimum, sementara kamu tidak ingin berutang atau mengajukan pinjaman untuk buka usaha. Sebenarnya dengan gaji UMR, kamu bisa mengumpulkan modal usaha tanpa harus ngutang.

Kalau mau cepat terkumpul, syaratnya usaha kecil-kecilan dulu yang modalnya Rp 10 juta. Begini cara mengumpulkan uang atau nabung Rp 10 juta untuk modal usaha dari gaji UMR:

Baca Juga: Tak Pernah Sepi Peminat, Begini Cara Budidaya Ikan Koi Sebagai Ladang Berbisnis

1. Menentukan target jangka waktu menabung

Hidup harus punya target. Sama seperti menabung untuk modal usaha. Kamu harus menentukan target jangka waktu untuk mengumpulkan uang.

Misalnya target ingin cepat buka usaha, maka kamu menetapkan jangka waktu enam bulan. Berarti, kamu harus komitmen dengan target tersebut.

2. Disiplin menyisihkan uang lebih besar untuk tabungan

Kalau idealnya anggaran untuk pos tabungan 10% dari gaji. Maka demi mengejar target enam bulan, kamu mesti menyisihkan lebih besar agar tabungan modal usaha cepat terkumpul.

Menghitungnya, jika Rp 10 juta dibagi enam adalah Rp 1,67 juta. Artinya, setiap bulan kamu harus menyisihkan sebesar Rp 1,67 juta dari gaji UMR.

Sendainya gaji UMR kamu Rp 4 juta, sama dengan 42 persen dari gaji. Hampir separuh dari gaji harus kamu kumpulkan untuk modal usaha. Jika tidak, maka target menabung modal usaha selama enam bulan tidak akan tercapai alias molor.

3. Hidup hemat

Ketika sudah berkomitmen untuk menabung selama enam bulan dengan anggaran Rp 1,67 juta, kamu harus mengiringinya dengan hidup super hemat. Rela mengencangkan ikat pinggang agar cita-cita punya usaha terwujud.

Sebab, 42 persen dari gaji UMR sudah terpakai untuk anggaran menabung, maka tersisa 58 persen atau sekitar Rp 2,33 juta untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Kamu harus pintar dan bijak mengatur sisa keuangan untuk biaya makan, minum, transport kerja, kuota internet, token listrik, tagihan air, dan cicilan utang (jika ada).

Dalam hal ini, kamu dapat memangkas kebutuhan yang sifatnya masih bisa ditunda atau tidak terlalu penting, mengurangi jatah makan dari tiga kali menjadi dua kali sehari, memasak di rumah, bawa bekal, serta tidak jajan di luar.

Utamakan membayar cicilan utang kalau ada, agar terhindar dari denda keterlambatan yang berpotensi menyebabkan utang membengkak. Misalnya dari Rp 2,33 juta, sebesar 30 persen atau sekitar Rp 699.000 untuk membayar kewajiban utang. Dan sisanya Rp 1,63 juta dipakai untuk membiayai kebutuhan.

4. Kumpulkan uang receh

Selain menjauhi gaya hidup boros, kamu juga harus mulai peduli dengan uang receh. Uang receh dari kembalian belanja sesuatu, jangan dibuang atau disia-siakan meskipun nominalnya hanya Rp 100 atau Rp 200.

Kumpulkan saja pada wadah toples, kaleng atau celengan. Misalnya uang Rp 200 kamu simpan, hasilnya Rp 36.000 dalam enam bulan.

Nilainya memang kecil, tetapi lambat laun akan menjadi kebiasaan bagus yang dapat memberikan manfaat besar. Seperti peribahasa sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit.

5. Cari kerja sampingan

Sudah utak atik anggaran, sisa dari gaji Rp 2,33 juta ternyata masih kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mungkin karena sejumlah harga bahan pangan meroket, sudah memiliki anak, cicilan utang lebih dari satu, dan sebagainya.

Kamu dapat mengatasi masalah keuangan ini dengan mencari kerja sampingan. Tujuannya untuk menambah penghasilan. Kerja sampingan apapun yang halal, yang sesuai dengan minat dan kemampuanmu.

Misalnya jadi driver online, buruh bangunan, freelance, guru privat, dan sebagainya. Dengan begitu, anggaran tabungan untuk modal usaha tetap disisihkan. Untuk biaya sehari-hari pun tetap tercukupi dari penghasilan tambahan yang kamu jalani selepas pulang kerja atau di hari libur.

Baca Juga: Mudah dan Bisa Jadi Ladang Bisnis, Ini Cara Ternak Ikan Cupang untuk Pemula