Jadi Contoh Penyalahgunaan Wewenang, Kenali Pengertian White Collar Crime, Jenis, dan Contoh Kasusnya

Pernahkah kamu mendengar istilah white collar crime? Secara umum, istilah tersebut mengacu pada tindakan kecurangan yang dilakukan oleh seseorang dengan posisi maupun wewenang tinggi, baik itu dalam sektor pemerintahan maupun sektor swasta. Dengan begitu, ia mampu mempengaruhi sebuah keputusan atau kebijakan agar menguntungkan dirinya sendiri maupun pihak tertentu. 

Tentunya, pembahasan tentang white collar crime cukup luas dan terdapat scope berbeda terkait tindakan kejahatan tersebut berdasarkan pendapat para ahli. Di samping itu, ada beragam jenis white collar crime dan contoh kasus yang penting untuk dipahami.

Nah, jika kamu ingin tahu lebih lanjut tentang apa itu white collar crime, contoh kasus, jenis, hingga kontrol pemerintah untuk meminimalkan tindakan tersebut, simak penjelasannya sebagai berikut. 

Pengertian White Collar Crime Adalah

loader

Seperti yang telah dibahas sedikit sebelumnya, WCC atau white collar crime adalah sebuah tindakan kecurangan yang dilakukan oleh seseorang dengan wewenang atau posisi cukup tinggi, baik itu di sektor pemerintahan ataupun sektor swasta. Dengan wewenang atau posisinya yang tinggi tersebut, pelaku WCC mampu mempengaruhi sebuah keputusan atau kebijakan dengan tujuan tertentu.

Mengacu penjelasan dari Edwin H. Sutherland, pengertian white collar crime adalah jenis kejahatan atau kriminal yang dilakukan seseorang dengan status sosial tinggi dan terhormat pada pekerjaannya. Tindakan kriminal tersebut bisa terjadi di sebuah perusahaan, perdagangan, kalangan profesional, maupun konteks politik sekalipun. Tentunya, tindakan tersebut dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, baik yang menguntungkan dirinya sendiri ataupun pihak lainnya.  

Memahami Tipologi Pelaku WCC

Guna memahami tentang white collar crime, dibutuhkan pengetahuan mengenai tipologi pelaku tindakan kriminal tersebut. Pasalnya, definisi mengenai sebuah tindakan kejahatan bisa dikategorikan sebagai WCC atau tidak terlihat melalui tipologi pelakunya. 

Tipologi yang pertama adalah dari status sosial pihak pelaku, apakah dari status yang terhormat ataukah tidak. Status yang terhormat pada konteks ini mengacu pada sebuah jabatan atau posisi yang dimiliki pelaku di dalam suatu instansi, baik itu negara atau swasta. 

Kemudian, tipologi yang bisa dilihat ialah tindakan kejahatan yang dilakukan membutuhkan keahlian pada bidang komputerisasi ataukah tidak. Apabila iya, artinya tindakan kriminal yang dilakukan bisa dikategorikan sebagai WCC pada lingkup kejahatan siber atau cyber crime. 

Tipologi yang terakhir adalah apakah tindakan kejahatan yang dilakukan oleh pelaku bertujuan menguntungkan individu ataukah kelompok. Berdasarkan hal ini, bisa diketahui pola seleksi serta penggolongan kasus WCC yang terjadi. 

Tindakan atau contoh white collar crime biasanya terjadi di negara yang masih belum mempunyai aturan hukum korporat atau pemerintahan yang matang. Dengan begitu, para pelaku mampu dengan mudah menjalankan aksinya tanpa keraguan mengenai hukuman yang bisa didapatkannya. 

Negara yang masih belum memiliki kematangan dalam hal hukum korporat ini umumnya berada di kawasan Asia, terutama yang masih menyandang status negara berkembang. Walaupun demikian, tak menutup kemungkinan jika pelaku dari tindak kriminal ini berasal dari negara dengan tingkat ekonomi tinggi atau negara maju, sebagai contoh Tiongkok dan Jepang. 

Misalnya, walaupun kerap dianggap sebagai negara maju, tidak sedikit kasus WCC yang terjadi di Jepang. Hal tersebut mengindikasikan jika kemungkinan besar, tindak kejahatan umum di negara tersebut terbilang rendah sebab dikalahkan kuantitas dari kejahatan kerah putih serta korporat yang jauh lebih tinggi, pun samar terlihat.

Sementara untuk di Tiongkok sendiri, yang notabene termasuk sebagai negara dengan tingkat ekonomi yang paling tinggi di Asia, memiliki kuantitas kasus WCC yang lebih sering dipengaruhi faktor reformasi ekonomi. Faktor reformasi ekonomi tersebut berimplementasi pada perubahan atau ketidakstabilan kehidupan politik-ekonomi yang terjadi di negara tersebut. 

Baca Juga:  Tindak Kejahatan Phishing Makin Marak, Ini Cara Menghindarinya

Contoh White Collar Crime yang Kerap Terjadi

loader

Kasus dari white collar crime sendiri tersebar di sejumlah negara di kawasan Asia beriringan dengan tingkat tekanan yang didapatkan dari situasi ekonomi ketika krisis. Dalam kondisi tersebut, beragam produk yang dipasarkan lebih banyak jumlahnya ketimbang kapasitas pembeli, dan membuat perputaran uang tak berjalan lancar. 

Di kawasan Asia-Pasific, kondisi tersebut menimbulkan berkurangnya tingkat permintaan pada sejumlah area ekspor, terutama manufaktur, komoditas, dan tourism. Jadi, pendapatan pemerintah ikut menurun drastis, khususnya dari pekerja asal luar negeri. 

Pada era krisis tersebut, tindakan korupsi menjadi salah satu kasus yang kerap berkembang. Tersendatnya arus perputaran kas pada masa krisis menimbulkan banyak tawaran utang luar negeri. Tawaran utang dari luar negeri itulah yang sering kali dimanfaatkan sebagai celah untuk melakukan perilaku white collar crime. 

Dalam menjalankan aksinya, tentu ada berbagai modus yang bakal dilakukan oleh pihak pelaku. Beragam bentuk dari tindakan WCC yang biasanya terjadi di negara di kawasan Asia, mencakup, korupsi, penipuan, penyuapan, cuci uang atau money laundering, penjualan gelap, penghindaran pajak, sampai penyalahgunaan aset publik demi kepentingan pribadi. 

Beragam Jenis WCC yang Perlu Dipahami

Di kawasan Asia, contoh white collar crime bisa dikategorikan ke beragam jenis. Salah satu jenis pengklasifikasiannya adalah berdasarkan dari ciri khas sebuah regional tertentu. Sebagai contoh, di Asia Barat, di mana terdapat cukup banyak negara produsen minyak bumi, tindakan WCC yang terjadi kerap berhubungan dengan perusahaan offshore. 

Misalnya, di Kyrgystan atau Kazakhstan, yang mana kasus WCC yang sering kali terjadi disampul dengan bentuk fraud. Jadi, tindakan penipuannya melibatkan aktivitas ekonomi di perusahaan offshore. 

Di samping itu, pada negara kawasan Asia Tenggara di mana mayoritasnya adalah negara berkembang dan mengedepankan ekonomi market terbuka, kasus WCC kerap melibatkan wirausahawan atau pelaku bisnis. Tapi, tidak menutup kemungkinan pula jika tindakan tersebut juga berkaitan dengan pihak pemerintah. 

Contohnya di Indonesia, tidak sedikit pebisnis yang mempunyai investasi tinggi menjalankan tindakan kecurangan berupa penghindaran pajak atau tax evasion. Tindakan tersebut melibatkan kerja sama dengan oknum yang terdapat di institusi perpajakan. 

Sementara untuk negara di regional Asia Timur, di mana tergolong cukup maju dan mapan secara ekonomi, kasus WCC yang terjadi cenderung melibatkan perusahaan pendukung perekonomian negara tersebut. Sebagai contoh, di Korea Selatan dan Jepang, para pemimpin atau petinggi perusahaan ternama dan besar sering kali terlibat di dalam kasus kriminal kerah putih ini. 

Baca Juga:  Waspadai Modus Cyber Crime, Ini Cara Aman Transaksi Internet Banking

Tindakan WCC dan Campur Tangan Pemerintah di Dalamnya

Berdasarkan jenis-jenis yang telah dijelaskan di atas, setiap negara memang tidak bisa terlepas sepenuhnya dari risiko tindakan WCC. Asal ada celah untuk bisa melakukan tindakan tersebut, kasus WCC sudah pasti akan mungkin terjadi di negara mana pun, baik itu negara yang terbilang memiliki ekonomi rendah, negara berkembang, atau negara maju sekalipun. 

Karenanya, diperlukan upaya dari pemerintah agar bisa membendung potensi terjadinya tindakan kriminal tersebut. Tanpanya, sudah pasti setiap negara akan berisiko mengalami banyak masalah WCC dari pihak-pihak yang mampu membaca celah untuk melakukannya.

Tidak hanya itu, kontrol atau peran pemerintah dalam sebuah negara terkait pencegahan tindakan WCC ini juga berkaitan dengan ranah kasus tersebut yang pasti terjadi pada sektor politik ekonomi. Pasalnya, di negara dengan tingkat kontrol pemerintah tinggi atas aktivitas ekonomi politik, tak terkecuali produksi, kasus WCC malah cenderung terjadi pada institusi pemerintahan. 

Jenis kasus tersebut kerap terjadi di negara berkembang, khususnya wilayah Asia Tenggara di mana kegiatan ekonomi dikelola oleh pihak negara. Sementara di negara yang condong dengan penerapan liberasi perekonomian sektor swasta atau sistem free trade mempunyai peran lebih besar pada aktivitas ekonomi. Alhasil, kasus WCC juga sering terjadi di ranah swasta serta jangkauannya bisa dikatakan transnasional, terlebih apabila teknologi pada negara tersebut sudah maju. 

White Collar Crime Adalah Tindak Kejahatan yang Rawan Terjadi dalam Berbagai Kondisi

Setelah memahami pembahasan tentang pengertian White Collar Crime, beserta jenis dan contoh kasusnya di atas, kamu pasti menyadari jika tindak kejahatan tersebut rawan terjadi di berbagai kondisi. Baik itu dari ranah pemerintahan atau swasta, asal ada celah, kasus WCC bisa saja terjadi di negara dengan aturan hukum korporat yang masih belum matang. Karenanya, proses antisipasi yang tepat perlu dilakukan guna mencegah risiko terjadinya tindak kriminal tersebut.

Baca Juga: 5 Ancaman Kejahatan Siber yang Bikin Rugi Perusahaan, Hindari dengan Tips ini