3 Pilihan Investasi yang Cocok untuk Beli Rumah Impian

Bertahun-tahun ngekos atau tinggal di pondok mertua indah. Rasanya ingin punya rumah sendiri. Rumah idaman untuk dihuni maupun sebagai investasi.

Sudah berusaha mengumpulkan uang, tetapi belum juga cukup. Maklum, harga rumah mencapai ratusan juta rupiah per unit. Harga rumah subsidi saja paling murah sekitar Rp 150 jutaan.

Cara kamu menyisihkan uang untuk beli rumah sudah benar. Tetapi sebaiknya tidak dalam bentuk tabungan, melainkan investasi.

Menabung di bank bunganya kecil. Rata-rata 0,25 persen sampai 2 persen per tahun. Sementara laju inflasi berkisar 3 persen hingga 5 persen per tahun.

Bukannya simpanan bertambah, malah berkurang karena tergerus inflasi. Belum lagi potongan biaya administrasi saban bulan.

Kalau kamu tanam modal pada instrumen investasi tepat, dapat memberi return atau imbal hasil cukup besar. Yang pasti, keuntungan investasi biasanya lebih tinggi dibanding inflasi.

Uangmu bakal bertumbuh atau nambah banyak. Dengan begitu, kamu bisa mencapai tujuan membeli rumah melalui investasi. Berikut instrumen investasi yang pas agar kamu dapat membeli rumah impian:

Baca Juga: Cara Mudah Investasi di Pasar Modal, Pemula Juga Bisa

1. Investasi saham

Untuk bisa mengumpulkan uang puluhan juta rupiah untuk DP rumah maupun cash senilai ratusan juta, kamu perlu instrumen investasi yang dapat memberi imbal hasil besar. Salah satunya investasi saham.

Memang tidak ada yang tahu pasti return saham dalam setahun. Namun rata-rata berkisar 12 sampai 15 persen per tahun. Bahkan bisa lebih dari 20 persen. Sangat jauh dari bunga tabungan, bukan?

Keuntungan ini berpotensi lebih tinggi jika kamu investasi saham dalam jangka panjang. Lo Kheng Hong saja pernah cuan 5.900 persen dari hasil investasi saham yang dibiarkan "tidur" selama 6 tahun.

Jika kamu bisa membeli saham perusahaan yang memiliki fundamental bagus, bukan tidak mungkin bisa mencetak fulus ribuan persen hanya dalam waktu 1-2 tahun.

Tak perlu menunggu waktu lama, kamu bisa membeli rumah dari hasil investasi tersebut. Malahan bukan rumah subsidi, tapi rumah gedong.

Maka dari itu, investasi saham pada perusahaan yang kamu kenali, seperti bisnisnya, pemiliknya, sampai laporan keuangannya. Koleksi saham perusahaan yang pemiliknya jujur, punya integritas, dan mempunyai rekam jejak baik.

Berikutnya, pilih yang usahanya bagus, mencetak pertumbuhan laba besar, serta yang valuasinya murah. Investasi saham memang menggiurkan.

Namun yang perlu diingat, investasi pada instrumen ini juga memiliki risiko tinggi. Kalau harga saham sedang anjlok, kamu bisa rugi besar.

2. Investasi reksadana

Selain saham, investasi yang cocok untuk mewujudkan keinginan beli rumah adalah reksadana. Sudah tahu kan kalau reksadana banyak jenisnya.

Ada reksadana pasar uang, reksadana campuran, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham, dan lainnya. Masing-masing reksadana punya tingkat risiko dan jangka waktu yang berbeda.

Tingkat risiko ini sebanding dengan imbal hasilnya. Kalau ingin beli rumah, kamu bisa menjatuhkan pilihan pada reksadana saham. Investasi jangka panjang lebih dari 5 tahun dengan return berkisar 16 persen sampai 20 persen per tahun.

Untuk investasi reksadana saham, kamu harus berani mengambil risiko. Sebab, tingkat risikonya tinggi. Jadi, sangat pas untuk investor yang tipenya agresif. Sebetulnya kamu tak perlu risau. Ada manajer investasi yang akan mengelola danamu di portofolio reksadana.

Tetapi tetap saja jika kamu tipe investor yang maunya cari aman, tanam modal pada reksadana jenis lain, seperti reksadana pasar uang dan pendapatan tetap. Hanya saja, jangan terlalu berharap imbal hasil besar.

3. Investasi emas

Mau situasi genting atau stabil, investasi emas tetap jadi pilihan banyak orang, terutama emak-emak. Apapun tujuan keuanganmu, dengan investasi emas bisa terwujud. Apalagi kalau nanti terjadi tapering off atau pengetatan kebijakan The Fed di tahun depan.

Biasanya ketika itu, dollar AS menguat dari nilai tukar rupiah, maka harga emas bakal lebih mahal. Emas dikenal sebagai investasi safe haven lantaran nilainya relatif stabil.

Keuntungan atau return-nya pun berkisar 10 persen hingga 12 persen per tahun jika diinvestasikan dalam jangka panjang. Pilih investasi emas batangan atau logam mulia bersertifikat. Sebab kalau dijual lagi, harganya tidak turun drastis seperti emas perhiasan.

Itu karena ketika kamu membeli emas perhiasan akan dikenakan biaya pembuatan yang cukup mahal dari nilai emas. Tetapi begitu dijual lagi, harganya tidak akan menghitung ongkos tersebut, sehingga kamu akan rugi.

Baca Juga: Investasi Saham Aktif vs Saham Pasif, Ini Bedanya