Atasan Semena-mena? Hadapi dengan Cara Ini agar Tak Ditindas Terus

Anda bekerja dengan atasan yang bersikap ngebos alias bossy dan semena-mena? Kalau punya bos seperti itu, kantor rasanya seperti neraka. Padahal seorang pemimpin, seharusnya mengayomi dan membimbing tanpa harus nge-bossy.

Atasan memang memiliki kekuatan atau power untuk memerintah bawahan. Tapi bukan berarti bisa seenaknya saja tanpa memikirkan beban kerja anak buah.

Pekerjaan satu belum selesai, sudah ditambah lagi. Minta deadline yang tidak masuk akal. Bisanya cuma jadi ‘tukang merintah,’ tapi tidak mau memberikan solusi jika anak buah mengalami kendala dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Apalagi kerap memberikan tugas di luar job desk dengan alasan ingin kamu berkembang. Kesal? Marah? Sudah pasti. Namun apa daya. Kamu hanya sebatas anak buah. Ibaratnya cuma remah-remah rengginang yang nasibnya ada di tangan si bos.

Jika bos sudah tidak suka, bisa saja kamu ‘ditendang’ dengan berbagai alasan yang mengada-ada. Nah, kalau kamu punya atasan yang suka nge-bossy dan semena-mena, hadapi dengan cara berikut ini biar tidak semakin ditindas.

1. Bersikap tegas

Walaupun hanya bawahan, kamu harus berani bersikap tegas. Katakan bahwa perlakuan bos kamu salah. Memerintah tidak boleh semena-mena. Ada etikanya seperti ketentuan yang berlaku di perusahaan.

Sampaikan kepadanya dengan menyertakan berbagai perlakuan yang kerap kamu terima sehari-hari. Tentunya dengan kalimat yang sopan, agar atasan tidak tersinggung dan terketuk hatinya. Kemudian mengevaluasi diri, sehingga dapat memperbaiki sikapnya yang salah selama ini.

2. Berani menolak

Namanya juga ‘tukang merintah,’ kerjaannya pasti sering nyuruh ini dan itu. Masa bodoh walaupun kamu sedang mengerjakan banyak tugas.

Walhasil, pekerjaanmu jadi kelewat banyak, karena satu belum rampung, sudah dibebani pekerjaan baru. Jika kamu diperlakukan seperti itu terus, kamu berhak menolak.

Katakan saja padanya bahwa kamu tengah menyelesaikan deadline pekerjaan yang lebih penting atas permintaan big bos misalnya. Terus terang dan berani menolak akan lebih baik, daripada kamu harus ‘makan hati’ melulu atas sikap atasanmu.

3. Curhat dari hati ke hati

Coba sesekali sampaikan langsung unek-unekmu ke atasan. Siapa tahu, dia masih punya hati dan rasa empati kepada anak buahnya.

Curhat bahwa kamu tidak sanggup dengan pekerjaan yang bertubi-tubi datang. Berikan porsi pekerjaan yang pas. Di mana, atasan juga harus tahu mana pekerjaan yang mendesak harus diselesaikan terlebih dulu, mana yang masih bisa ditunda.

Jangan semuanya mau didahulukan. Anak buah kan juga manusia yang punya lelah, bukan robot. Dengan mengutarakan keluhanmu secara pribadi, diharapkan akan membuka pintu hati bosmu agar tidak mengulang kembali kesalahannya.

Baca Juga: 7 Hal yang Sangat Pantang untuk Dikatakan Saat Wawancara Kerja