Strategi Diversifikasi Investasi Saham yang Benar

Investasi saham adalah instrumen investasi berisiko tinggi. Dikenal sebagai investasi high risk, high return.

Risiko tinggi ini disebabkan karena harga saham terlalu fluktuatif. Pergerakan naik turun harga saham sangat cepat.

Oleh karenanya, diperlukan langkah diversifikasi investasi saham untuk mengurangi risiko kerugian. Artinya tidak menaruh telur di keranjang yang sama.

Biasanya diversifikasi investasi dilakukan pada instrumen yang saling berbanding terbalik. Jadi, kalau investasi X mengalami penurunan, maka investasi Y mengalami peningkatan.

Melakukan diversifikasi investasi saham harus dengan cara yang tepat. Berikut cara diversifikasi investasi saham yang baik dan benar:

Baca Juga: 6 Alasan Pentingnya Investasi Sejak Dini

Bingung Cari Produk Kredit Tanpa Agunan Terbaik? Cermati punya solusinya!

Bandingkan Produk KTA Terbaik! 

loader
Diversifikasi Investasi

1. Memahami profil risiko

Terdapat tiga profil risiko dalam investasi, yaitu konservatif, moderat, dan agresif. Kamu termasuk yang mana? Jawab ini terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam instrumen apapun.

Profil risiko sejatinya berbicara tentang besar kecilnya risiko yang mampu ditolerir, yang dikaitkan langsung dengan jumlah keuntungan yang diinginkan. 

Dengan mengetahui profil risiko, investasi mampu mendatangkan hasil maksimal. Dari sini kamu bisa menentukan instrumen mana yang mesti diprioritaskan untuk didiversifikasi.

2. Menentukan target keuntungan

Keuntungan merupakan imbal hasil berupa uang yang dapat dinikmati dari suatu investasi. Berapa banyak yang diinginkan, kamu harus tentukan di awal karena inilah yang akan membantumu mengambil keputusan saat transaksi. 

Dari keuntungan yang diperoleh, selanjutnya mau didiversifikasi ke instrumen apa? Baiknya disesuaikan lagi dengan profil risiko kamu agar tidak kelihatan timpang atau berat sebelah.

Jika kamu menginginkan keuntungan besar dalam waktu yang singkat, hindari investasi yang risikonya rendah. Diversifikasi pada investasi saham tetapi beli saham beda sektor, atau instrumen lain berisiko tinggi.

Namun jika sudah investasi saham, dan ingin investasi pada instrumen yang aman, bisa memilih investasi emas maupun investasi obligasi pemerintah.

Baca Juga: Dividend Payout Ratio - Pengertian dan Cara Menghitungnya

3. Menganalisa saham

Aktivitas investasi tidak lepas dari sejumlah analisa untuk memastikan tepat atau tidaknya alokasi dana saat ingin diversifikasi. Lihat bagaimana kinerjanya di masa mendatang, sehingga aset yang dialokasikan bertumbuh dan memberikan hasil maksimal. 

Analisa perlu dilakukan dengan jelas, detail, dan lengkap dengan perhitungan. Jika kemampuan analisa kurang, luangkan waktu untuk membaca buku, artikel tentang saham, atau menonton Youtube yang berhubungan dengan analisis yang ingin dipelajari.

Memang, ada yang perlu dikorbankan. Ya, sebandinglah dengan apa yang akan kamu dapatkan nanti.

loader
Diversifikasi Investasi Saham

4. Melakukan rebalancing

Rebalancing merupakan proses penyeimbangan portofolio investasi yang dimiliki. Aktivitasnya bertujuan untuk menjaga nilai aset dengan menyesuaikan alokasi pada tiap-tiap instrumen yang ingin diinvestasikan.

Jika seandainya kamu berinvestasi di dua instrumen, yaitu saham dan crypto dengan masing-masing bobot 50%. Apabila kinerja crypto sedang baik, kamu dapat mengalihkan sebagian modal saham, memutar modal tersebut sampai akhirnya berhasil untung.

Nah, keuntungan yang berhasil didapat bisa digunakan untuk mengembalikan modal saham yang pernah diambil sehingga bobot kembali seperti semula. Tanpa rebalancing, risiko investasi bisa jadi lebih tinggi tanpa disadari.

5. Menyesuaikan dengan tujuan finansial

Diversifikasi investasi yang baik harus disesuaikan dengan tujuan finansial, entah itu dalam jangka pendek, menengah, atau panjang. Untuk kamu yang ingin memaksimalkan profit, fokus untuk tujuan finansial jangka panjang agar waktumu mengelola portofolio investasi menjadi lebih banyak.

Memang, sulit untuk menolak godaan yang bertajuk “investasi terbaik” atau “rekomendasi investasi langsung dari pakarnya”. Namun, kamu harus lihat lagi apakah hal tersebut sesuai dengan tujuan finansial atau tidak. 

Jika tujuan finansialmu untuk menyiapkan dana pensiun, fokus pada instrumen yang mampu memberikan keuntungan secara rutin. Tentunya dibantu dengan analisis yang baik untuk mewujudkannya, sehingga dana pensiun dapat terkumpul.

Baca Juga: Pengertian Risiko Investasi dan Cara Menguranginya

Kapan Perlu Melakukan Diversifikasi?

Diversifikasi dapat dilakukan saat kamu terjun ke dunia investasi. Diversifikasi menjauhkanmu dari kebiasaan menaruh telur di keranjang yang sama, sehingga nilai investasi terus bertumbuh dan mengurangi risiko.

Diversifikasi tidak melulu dengan cara membeli instrumen investasi yang berbeda. Satu instrumen beda sektor saja sudah bisa dikatakan diversifikasi. Misalnya, membeli saham dari sektor perbankan dan batu bara. 

Hal ini secara otomatis meringankan kerugian yang mungkin kamu terima apabila salah satu harga saham turun. Sekalipun keduanya turun, persentase penurunannya tidak sama, jadi kamu bisa sikapi dengan tenang tanpa harus melakukan panic selling.

Berapa Persen Aset yang Harus Didiversifikasi?

Untuk menjawabnya, kamu bisa sesuaikan lagi dengan kebutuhan masing-masing. Selain kebutuhan, perhatikan juga faktor eksternal yang dapat mempengaruhi nilai atau portofolio, seperti bencana alam, masalah perekonomian makro, dan wabah penyakit. 

Jika kamu tipikal yang agresif, tidak ada salahnya untuk mengalokasikan 60% aset ke saham, 25% ke P2P Lending, dan 15% ke deposito. Berapapun persentasenya, pastikan kamu sudah membuat rencana yang matang agar hasilnya sesuai harapan.

Tumbuhkan Aset dengan Diversifikasi

Bagi yang sudah terjun ke dunia investasi, tapi masih fokus mengelola satu investasi saja, sekarang saatnya untuk mendiversifikasi. Kamu boleh memilih diversifikasi ke investasi yang minim risiko atau sangat berisiko, sehingga portofolio milikmu bertumbuh secara perlahan.

Baca Juga: Strategi Investasi di Tengah Ketidakpastian Ekonomi 2022