Fisioterapi untuk Mencegah Cacat Fisik

Fisioterapi adalah proses rehabilitasi atau terapi yang dilakukan kepada seseorang karena mengalami cedera atau mengidap penyakit tertentu. Terapi ini wajib dilakukan untuk mencegah kemungkinan tubuh mengalami cacat fisik secara permanen.

Dalam beberapa kondisi, fisioterapi juga dilakukan kepada orang yang mengalami cedera permanen agar dampaknya tidak semakin parah. 

Fisioterapi sendiri tidak memandang batasan usia dan jenis kelamin. Jika diperlukan siapapun akan disarankan untuk melakukan terapi fisik ini. Tentu, prosesnya akan disesuaikan lagi dengan karakteristik pasiennya.

Diatur dalam Peraturan Menteri

loader

Fisioterapi

Tidak main-main, penerapan fisioterapi sendiri juga diatur dalam Peraturan Menteri (Permen) Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2015. 

Permen tersebut berbunyi, fisioterapi adalah sebuah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok. Dengan tujuan untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh.

Selain cedera dan penyakit, ada beberapa alasan mengapa seseorang disarankan untuk melakukan terapi fisik ini.

Baca Juga: Meredakan Pegal Linu dengan Lakukan 5 Cara ini

5 Alasan Mengapa Seseorang Membutuhkan Fisioterapi

  1. Gangguan pada Sistem Saraf Tubuh

    Seseorang yang menderita penyakit saraf sangat disarankan untuk melakukan terapi ini sebab saraf berhubungan langsung dengan fungsi motorik tubuh. Jika ada gangguan di area tersebut, sudah pasti penderita akan sulit menggerakkan tubuhnya.

    Penyakit-penyakit yang mengganggu saraf di antaranya, stroke (iskemik, infark, dan hemoragik), multiple sclerosis, dan Parkinson. Ketiga penyakit tersebut biasanya membuat seseorang susah untuk berbicara dengan normal dan bergerak.

    Mayoritas gangguan saraf bersifat permanen, sehingga kondisi penderita tidak akan bisa kembali seperti semula. Fisioterapi yang diterapkan di sini hanya untuk mencegah dampaknya semakin besar.

  2. Penyakit Kardiovaskular 

    Mungkin banyak dari Anda yang heran, kenapa penyakit yang satu ini juga membutuhkan terapi fisik. Pada dasarnya, penyakit jantung kronis dapat membuat seseorang kehilangan keleluasaan untuk menggerakan tubuhnya.

    Biasanya, fisioterapi yang disarankan oleh dokter wajib dilakukan setiap kali terjadi serangan jantung.

  3. Gangguan Otot yang Melekat di Kerangka Tubuh

    Kondisi ini dinamakan dengan neuromuskuloskeletal. Jika diartikan secara harfiah yaitu adanya gangguan di bagian otot yang melekat di rangka tubuh. Ada beberapa penyebab gangguan otot ini.

    Seperti, pernah cedera ketika olahraga/kecelakaan/usai melakukan operasi yang mengganggu otot di area tersebut sehingga sulit digerakkan. 

  4. Gangguan Pernapasan

    Orang yang memiliki gangguan pernapasan juga rentan sehingga fisioterapi harus dilakukan agar tidak memperparah keadaan.

    Beberapa gangguan pernapasan yang wajib diterapi adalah asma, cystic fibrosis (fibrosis kistik), dan penyakit paru obstruktif. Biasanya penderita akan dilatih untuk bernapas lebih baik dan mengontrol batuk serta sesak napasnya.

  5. Seusai Melakukan Operasi Besar yang Mengubah Bentuk Fisik

    Yang satu ini, bisa saja terjadi karena dua hal, kecelakaan atau karena penyakit. 

    Pasien yang baru saja melangsungkan penggantian atau perubahan fisik tentunya akan membutuhkan waktu untuk penyesuaian. Oleh karena itu, fisioterapi sangat disarankan oleh dokter agar pasien bisa lebih cepat beradaptasi dengan keadaan baru.

Baca Juga: Mudah dan Praktis, ini Deretan Aplikasi Konsultasi Dokter Online

Prosedur dan Teknik-teknik Fisioterapi

Itu semua adalah alasan mengapa seseorang disarankan untuk melakukan fisioterapi. Nantinya, setiap orang akan diberikan teknik-teknik yang berbeda dalam menjalankan terapi fisik ini. Terapi tersebut akan disesuaikan dengan keluhan yang diderita oleh pasien.

Biasanya, fisioterapi akan dilakukan selama 30-60 menit dalam sekali sesi. Dalam sehari, pasien biasanya akan diberikan beberapa kali sesi terapi. Intensitas terapi bisa berkurang, tergantung hasil dari terapi sebelumnya. Berikut beberapa teknik terapi yang biasa dilakukan:

  1. Terapi Secara Manual

    Ini merupakan terapi paling dasar yang diberikan oleh fisioterapis. Seperti namanya, terapi ini dilakukan secara manual. Artinya, setiap gerakan akan dipandu dengan bantuan tangan dari fisioterapis.

    Pada terapi ini, biasanya pasien cenderung lebih pasif. Sedangkan, fisioterapis akan lebih aktif untuk membantu menggerakkan, memijat area tubuh yang diterapi, dan memanipulasi jaringan saraf yang terganggu. 

  2. Melakukan Latihan dan Pergerakan Secara Mandiri

    Untuk terapi yang satu ini, pasien akan diajak untuk lebih aktif menggerakkan badannya. Sedangkan fisioterapis, hanya akan memandu. Biasanya, terapi yang satu ini akan dijadwalkan terlebih dahulu.

    Gerakan-gerakan yang dilakukan pun akan ditentukan untuk mempercepat pemulihan atau membiasakan pasien dengan keadaannya. Selain itu, pasien juga akan melakukan terapis menggunakan beberapa alat pembantu.

    Karena dilakukan secara lebih mandiri, pasien disarankan untuk melakukan latihan ketika berada di rumah agar lebih cepat terbiasa.

  3. Teknik Elektroterapi

    Terapi dengan nama lain transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) memiliki manfaat untuk meredakan rasa nyeri yang dirasakan. Caranya adalah dengan mengirim listrik ke area tubuh yang mengalami gangguan. 

    Teknik menggunakan listrik lainya juga dikenal dengan nama percutaneous electrical nerve stimulation (PENS). Biasanya, teknik yang satu ini diberikan kepada penderita yang memiliki sakit kepala kronis atau untuk meredakan nyeri seusai operasi.

  4. Akupuntur

    Teknik yang satu ini biasanya juga bisa dipadukan dengan TENS dan PENS. Caranya, cukup menancapkan jarum kecil ke beberapa titik pusat di tubuh. Setelah itu, jarum-jarum kecil tersebut akan dialiri oleh listrik dengan tekanan yang disesuaikan.

    Tidak hanya meredakan rasa nyeri, terapi yang satu ini juga bisa melancarkan peredaran darah. Akupuntur merupakan salah satu teknik pengobatan tradisional yang cukup dipercaya dalam mengobati cedera. 

  5. Terapi dengan Ultrasound

    Siapa yang menyangka, ternyata gelombang suara tidak hanya bisa digunakan untuk mengetahui lokasi seperti yang dilakukan oleh para hewan di alam. Tapi, suara dengan gelombang frekuensi juga bisa digunakan untuk melakukan fisioterapi.

    Ini diberikan kepada orang yang mengalami gangguan yang tidak terlihat secara fisik. Biasanya, pusat dari gangguan berada di dalam kulit. Gelombang suara tersebut berfungsi untuk merangsang aktivitas sel-sel yang ada di dalam.

    Terapi menggunakan gelombang suara ini memiliki dampak yang hampir sama dengan elektroterapi. Karena suara tersebut akan mengurangi rasa nyeri, mempercepat proses pemulihan, dan menghilangkan ketegangan pada otot.

Apa yang Dilakukan Setelah Usai Program Fisioterapi?

Begitu lah penjelasan mengenai kondisi kesehatan yang perlu difisioterapi serta teknik-teknik apa yang umum digunakan. Jika sudah mengalami perubahan yang signifikan biasanya dokter atau fisioterapis akan menyarankan untuk memberhentikan terapi yang dilakukan.

Namun, itu bukan berarti semua proses sudah selesai. Pasien akan tetap diminta melakukan kontrol. Dokter akan terus memantau, bagaimana perkembangan fisik Anda dan memutuskan apakah pengobatan sudah berhasil 100%.

Tips Singkat Seusai Fisioterapi

Untuk Anda yang sudah selesai menjalankan terapi, disarankan untuk tidak melakukan pergerakan fisik yang terlalu berat. Sebab, tubuh baru saja melakukan pemulihan. Salah-salah apa yang sudah dicapai selama terapi akan sia-sia dan Anda harus memulai terapi lagi dari awal.

Baca Juga: Jika Rutin Dilakukan, Inilah Manfaat Pijat Refleksi Bagi Kesehatan