Konsinyasi: Pengertian, Kelebihan serta Kekurangan, Contoh dan Tips Kerja Samanya

Konsinyasi merupakan salah satu sistem bisnis yang cukup populer dan banyak diterapkan oleh para pebisnis dalam menjalankan bisnis mereka. Istilah yang satu ini bahkan sudah dikenal sejak lama dan menjadi salah satu yang terbilang simpel untuk dilakukan. 

Konsinyasi adalah bentuk kerja sama bisnis, di mana pemilik produk akan menitipkan produk miliknya untuk dijual oleh distributor atau pihak penyalur. Sistem kerja sama yang satu ini tentu dijalankan dengan menggunakan surat perjanjian konsinyasi yang jelas antara pemilik bisnis dengan distributor itu sendiri. 

Sistem konsinyasi adalah sebuah kerja sama yang harus diatur dengan sedemikian rupa, sehingga kedua belah pihak yang berkepentingan (pemilik produk dan distributor) di dalamnya bisa memiliki kesepakatan yang tepat dan saling menguntungkan dari kerja sama tersebut. 

Baca Juga: Bisnis Kafe Meredup? Simak 5 Cara Unik Mendongkrak Penjualannya

Bingung Cari Produk Kredit Tanpa Agunan Terbaik? Cermati punya solusinya!

Bandingkan Produk KTA Terbaik! 

Pengertian Konsinyasi

loader

Konsinyasi Termasuk dalam Kerja Sama Bisnis

Konsinyasi adalah sebuah perjanjian yang dilakukan oleh dua pihak, di mana salah satu pihak merupakan pemilik produk dan menyerahkan produknya kepada pihak lainnya (distributor), agar produk tersebut dijual dan yang bersangkutan (distributor) bisa mendapatkan sejumlah komisi dari penjualan tersebut. 

Kedua belah pihak yang melakukan konsinyasi memiliki sebutan tersendiri, yakni: consignor (pihak yang menyerahkan produk) dan juga consignee (pihak yang akan menjual produk tersebut kepada pelanggan. 

Di dalam prakteknya, sistem konsinyasi adalah kerja sama yang dilakukan dengan cara consignor menyerahkan produk kepada consignee, di mana consignee tidak membeli langsung produk tersebut, namun hanya menjualnya kembali dan akan mendapatkan sejumlah komisi dari setiap produk yang dijualnya.

Jika tidak semua produk habis terjual, maka consignee bisa melakukan pengembalian produk kepada consignor tanpa harus menanggung risiko apapun. Semua hal ini tentu sudah diatur dalam surat perjanjian konsinyasi terlebih dahulu, sehingga tidak terjadi kesalah pahaman dalam kerja sama yang dilakukan tersebut. 

Sistem kerja sama yang satu ini biasanya digunakan sebagai metode hemat oleh para pengecer (consignee) yang ingin menyediakan produk di tokonya tanpa melakukan pembelian produk terlebih dahulu. Di lain sisi, pemilik produk (consignor) juga akan mendapatkan keuntungan, sebab tidak perlu direpotkan dengan urusan pemasaran produk. 

Proses Kerja Konsinnyasi

Proses kerja konsinyasi melibatkan beberapa langkah yang penting untuk memastikan kesepakatan antara konsinyor (pemilik barang) dan konsinyee (pengecer) berjalan dengan baik. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai langkah-langkah dalam proses ini:

1. Perjanjian Kerjasama

Pertama, konsinyor dan konsinyee akan melakukan negosiasi mengenai syarat dan ketentuan kerjasama. Ini termasuk jumlah barang yang akan diserahkan, harga jual, komisi yang akan diterima konsinyee, dan jangka waktu penjualan.

Setelah mencapai kesepakatan, kedua pihak menyusun perjanjian resmi yang mencakup semua detail penting seperti biaya pengiriman, cara pengembalian barang yang tidak terjual, dan prosedur laporan penjualan. Dokumen ini berfungsi sebagai referensi hukum jika terjadi perselisihan di kemudian hari​.

2. Serah Terima Barang

Setelah perjanjian ditandatangani, konsinyor menyerahkan barang kepada konsinyee. Proses ini sering disertai dengan dokumen pengantar atau nota yang mencantumkan jumlah dan jenis barang yang diserahkan. Konsinyee bertanggung jawab untuk menjaga barang tersebut hingga terjual​.

3. Penjualan Barang

Konsinyee mulai memasarkan barang yang diterima sesuai dengan strategi penjualan yang telah disepakati. Mereka akan berusaha menjual barang dengan harga yang telah ditentukan dalam perjanjian. Selama periode penjualan, konsinyee harus memberikan perhatian pada promosi dan presentasi barang untuk menarik perhatian pelanggan.

4. Laporan Penjualan

Pada akhir periode yang disepakati atau secara berkala, konsinyee wajib memberikan laporan penjualan kepada konsinyor. Laporan ini mencakup detail tentang barang yang terjual, harga jual, dan jumlah yang tersisa. Ini penting untuk transparansi dan untuk menghitung komisi yang akan dibayarkan.

5. Pembayaran

Setelah barang terjual, konsinyee akan membayar konsinyor berdasarkan harga jual yang telah disepakati. Pembayaran dapat dilakukan secara langsung atau melalui transfer bank, tergantung pada kesepakatan yang dicapai.

Jika ada barang yang tidak terjual dalam jangka waktu yang ditentukan, konsinyor dan konsinyee dapat memutuskan untuk mengembalikan barang tersebut atau melakukan perjanjian baru untuk penjualan lebih lanjut.

6. Evaluasi dan Pembaruan

Setelah periode penjualan, kedua belah pihak dapat melakukan evaluasi mengenai hasil kerjasama. Jika hasilnya positif, mereka dapat mempertimbangkan untuk memperpanjang perjanjian atau melakukan konsinyasi lagi di masa depan. Jika tidak, mereka bisa mendiskusikan apa yang perlu diperbaiki dalam kerjasama berikutnya.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Konsinyasi

Hampir sama dengan metode bisnis lainnya, konsinyasi adalah sistem kerja sama yang dianggap bisa memberikan banyak keuntungan bagi kedua belah pihak yang terlibat di dalamnya. Sistem kerja sama yang satu ini bahkan terbilang sangat simpel dan mudah untuk dijalankan. 

Namun di lain sisi, sistem konsinyasi juga tidak luput dari kekurangan. Hal yang penting diperhitungkan dalam sistem konsinyasi adalah risiko, sebab ini merupakan sistem kerja sama yang melibatkan 2 pihak yang berbeda, sehingga kesalah pahaman dan hal lainnya tentu sangat rentan terjadi. 

Consignor dan consignee perlu mengatur kerja sama yang ideal terlebih dahulu sejak awal. Selain itu, membuat surat perjanjian konsinyasi juga tak kalah pentingnya, agar kelak kedua belah pihak tidak saling bertikai dan mengalami masalah yang tidak diharapkan. 

Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan sistem konsinyasi yang perlu dipahami sejak awal: 

  1. Kelebihan Sistem Bisnis Konsinyasi Bagi Consignor

    • Menekan biaya operasional, khususnya untuk biaya sewa tempat dan juga biaya gaji karyawan. 
    • Membuka peluang yang lebih luas untuk mendapatkan pasar yang besar bagi produk yang dimiliki, bahkan yang lebih kompetitif dari sebelumnya. 
    • Meningkatkan product awareness bagi para konsumen baru.
    • Mempermudah proses pengujian minat para konsumen pada produk yang dimiliki.
    • Menekan biaya pemasaran produk. 
  2. Kekurangan Sistem Bisnis Konsinyasi Bagi Consignor

    • Saat produk tidak laku terjual (kurang diminati), maka consignee akan melakukan pengembalian produk tersebut, sehingga consignor harus memikirkan cara lain yang bisa dilakukan untuk menjual kembali produk tersebut. 
    • Consignor tidak bisa memperoleh pembayaran secara langsung dari consignee saat menyerahkan produk, sebab pembayaran baru akan dilakukan jika produk tersebut sudah laku. 
    • Jika produk mengalami kerusakan, maka kerugian biasanya akan ditanggung oleh consignor dan hal ini tentu cukup berisiko.
    • Sistem konsinyasi hanya berlaku pada produk tertentu saja, sebab tidak semua produk dapat dijual dengan sistem ini. 
  3. Kelebihan Sistem Bisnis Konsinyasi Bagi Consignee

    • Tidak perlu melakukan pembayaran produk kepada consignee, sebab pembayaran akan dilakukan setelah produk tersebut terjual. 
    • Bisa memperbanyak produk/ barang dagangan dengan cepat, tanpa perlu mengeluarkan uang terlebih dahulu. 
    • Jika terdapat produk yang tidak laku atau kurang diminati, maka bisa melakukan pengembalian produk kepada consignor.
    • Bisa memilih berbagai jenis produk baru, yang sekiranya dapat dijual dengan mudah kepada konsumen. 
    • Hanya menanggung risiko bisnis yang terbilang minim. 
  4. Kekurangan Sistem Bisnis Konsinyasi Bagi Consignee

    • Wajib memiliki ruang yang cukup luas untuk menampung berbagai produk yang baru.
    • Mengeluarkan sejumlah biaya sewa untuk tempat menyimpan berbagai produk yang akan dijual. 
    • Bertanggung jawab untuk mengganti produk yang mengalami kerusakan maupun yang hilang di toko. 

    Baca Juga: 5 Strategi Bisnis Ampuh untuk Hadapi Persaingan Era Digital

Contoh Sistem Bisnis Konsinyasi 

Sistem konsinyasi adalah sistem kerja sama yang dilakukan oleh dua pihak dan diharapkan bisa memberikan keuntungan bagi kedua pihak tersebut. Sistem bisnis ini bisa dikatakan berjalan sukses, jika kedua belah pihak bisa mendapatkan keuntungan sesuai dengan surat perjanjian konsinyasi yang telah disepakati. 

Sistem konsinyasi terbilang banyak dilakukan oleh para pelaku bisnis, bahkan untuk bisnis kecil sekalipun. Misalnya: tukang kue atau jajanan pasar yang menitipkan produknya ke warung-warung kecil, produsen makanan ringan dan cemilan yang menitipkan produknya ke warung makan, dan yang lainnya. 

Contoh

Seorang produsen kue kering rumahan berniat untuk menjual produknya di sebuah toko roti besar, maka yang bersangkutan menjalin kerja sama dengan sistem konsinyasi dengan pemilik toko tersebut. Keduanya sepakat untuk bekerja sama dan membuat  surat perjanjian konsinyasi. 

Pemilik kue menitipkan 50 toples kue kering untuk dijual selama 50 hari ke depan dan menyerahkan kue tersebut kepada pemilik toko. Lalu setelah 50 hari, ternyata hanya 45 toples kue saja yang habis dan masih tersisa 5 toples lagi. 

Kelima toples kue yang tersisa tersebut akan dikembalikan kepada produsen dan 45 toples lainnya dibayarkan sesuai dengan kesepakatan yang sudah dibuat sejak awal. 

Tips Menjalankan Bisnis Konsinyasi

Sistem konsinyasi adalah sistem kerja sama yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan bagi kedua belah pihak, sehingga sangat penting untuk melakukannya dengan cara yang hati-hati. Jangan sampai kerja sama ini menimbulkan masalah atau bahkan kerugian di masa yang akan datang.

Berikut ini adalah beberapa tips untuk menjalankan bisnis konsinyasi dengan sukses: 

  1. Susunlah Perjanjian yang Menguntungkan Semua Pihak 

    Konsinyasi adalah kerja sama dua belah pihak, sehingga membutuhkan perjanjian yang jelas dan tepat sejak awal. Pastikan perjanjian bisa menguntungkan kedua belah pihak yang bekerja sama (consignor serta consignee). Cermati dengan baik berbagai poin penting di dalam kerja sama ini, seperti: jumlah komisi, cara penagihan, jangka waktu konsinyasi, aturan pengiriman serta pengembalian, dan yang lainnya. 

  2. Pilih Mitra dengan cara Selektif

    Penting untuk selektif dalam memilih mitra dalam bisnis konsinyasi, baik ketika bertindak sebagai consignor maupun sebagai consignee. Pahami dengan baik rekam jejak yang bersangkutan sejak awal. Hal ini penting, agar berbagai masalah dan kerugian di masa yang akan datang bisa dihindari dengan baik. 

  3. Sesuaikan toko dengan Produk

    Konsinyasi adalah sistem kerja sama yang diharapkan bisa membuat penjualan produk menjadi lebih tinggi dan cepat. Untuk mencapai tujuan tersebut, sangat penting untuk memilih toko yang sesuai dengan produk yang dijual. Hal ini berlaku bagi kedua belah pihak, baik itu consignor maupun consignee itu sendiri. 

  4. Lakukan Pengaturan Display dengan Tepat 

    Pastikan untuk mengatur display produk dengan tepat di toko, agar konsumen lebih mudah untuk menemukannya. Hal ini tentu akan membuka peluang yang lebih besar bagi produk tersebut untuk terjual, bahkan dalam jumlah yang banyak. 

Pahami dan Manfaatkan Sistem Konsinyasi 

Sistem konsinyasi adalah salah satu cara untuk menjalankan bisnis dengan lebih simpel. Pada dasarnya sistem ini akan menguntungkan kedua belah pihak, baik itu consignor maupun consignee. Pahami dan gunakan sistem konsinyasi dengan cara yang tepat, agar bisnis bisa berkembang dengan pesat.

Baca Juga: Mengenal Asuransi Unit Link yang Menawarkan Fitur Asuransi Sekaligus Investasi