Mengenal Kondisi Saham Oversold yang Bisa Jadi Indikasi Kenaikan Harga, Begini Cara Tepat Menanggapinya

Pergerakan harga di dunia investasi memang merupakan hal yang wajar terjadi dan pasti disadari oleh semua investor. Khususnya di instrumen saham, fluktuasi harga merupakan fenomena yang tentunya perlu disikapi dengan tepat oleh para pemiliknya. Tentunya, memahami berbagai jenis dan kondisi seputar pergerakan harga saham menjadi hal yang penting untuk dilakukan oleh investor. 

Berbicara soal pergerakan saham, apakah kamu pernah mendengar istilah oversold saham? Pada dasarnya, oversold saham adalah sebuah istilah yang mengacu pada kondisi di mana saham mengalami penurunan harga hingga lebih rendah dibanding nilai intrinsiknya. Ketika menghadapi kondisi tersebut, tentu saja investor dan pemilik saham perlu mempertimbangkan tentang langkah yang sebaiknya diambil untuk menanggapinya agar mampu menghindari risiko kerugian dan mengoptimalkan potensi keuntungan. 

Yang menjadi pertanyaan, seperti apa kondisi oversold saham ini di dunia investasi dan sederet hal yang bisa menjadi pemicu terjadinya fenomena tersebut? Juga, langkah serta strategi seperti apa yang sebaiknya diambil oleh investor agar bisa menanggapi kondisi ini dengan tepat dan akurat? 

Tanpa panjang lebar lagi, temukan jawaban dari pertanyaan seputar apa itu oversold saham dan beragam hal penting lain tentangnya di penjelasan berikut ini. 

Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya!

Mulai Berinvestasi Sekarang!  

Pengertian Oversold Saham

loader

Bisa juga disebut sebagai kondisi jenuh jual, oversold saham mengacu pada sebuah periode waktu di mana sebuah saham sedang terjadi pergerakan downtrend secara konsisten dan signifikan. Terjadinya kondisi tersebut secara teknikal bisa memicu potensi investor melakukan pesanan pembelian secara besar-besaran hingga membuat harganya berpeluang naik secara masif dalam waktu dekat.

Definisi oversold lainnya adalah kondisi suatu aset yang sudah mengalami aksi penjualan secara masif oleh para investor. Imbas dari penjualan tersebut saham diperdagangkan pada nilai yang lebih rendah dibanding nilai intrinsik atau nilai sebenarnya. 

Saat melihat harganya menurun dan menjadi lebih rendah dibanding nilai wajarnya, umumnya kondisi oversold akan mendorong investor untuk melakukan pembelian saham. Karenanya, saat fenomena tersebut terjadi, pegiat di dunia saham seringkali menyebutnya kondisi jenuh jual atau oversold. 

Kebalikan dari kondisi oversold adalah overbought atau jenuh beli. Meski begitu, penentuan dari apakah suatu aset sedang pada posisi oversold umumnya subjektif sebab setiap analisis memakai metode yang berbeda. 

Saat suatu aset mengalami kondisi jenuh jual ini, tak ada kepastian terkait kapan reversal bakal terjadi. Tapi, para analisis bakal berusaha untuk memperkirakan kapan terjadinya periode reversal tersebut dengan memantau munculnya sejumlah kondisi atau indikasi tertentu. 

Sehingga, mayoritas prediksi terkait pembalikan kondisi oversold ini memiliki basis jika-maka. Sebagai contoh, analisis memprediksi pembalikan tren bakal terjadi saat harga aset mencapai titik support atau pendukungnya. 

Indikasi teknikal yang seringkali digunakan untuk mengidentifikasi oversold ialah RSI atau Relative Strength Index serta Bollinger Bands. Di samping itu, penentuan kondisi oversold juga bisa dilakukan melalui analisis fundamental, dimana indikator yang dipakai ialah tingkat harga sekarang serta secara historis. 

Baca Juga: Mengenal Apa Itu Auction Market, Cara Kerja, dan Contohnya di Dunia Investasi

Cara Mengetahui Kondisi Oversold Saham

Untuk mengetahui apakah suatu saham termasuk pada kondisi oversold atau bukan, investor bisa memperkirakannya melalui pendekatan teknikal maupun fundamental. Walaupun memiliki cara penilaian yang berbeda, analisis secara fundamental dan teknikal sebenarnya memiliki tujuan yang sama. Sehingga, kamu dapat menentukan sendiri cara mana yang akan digunakan agar bisa mengambil keputusan investasi yang tepat dari kondisi tersebut. 

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah penjelasan tentang cara mengetahui kondisi oversold saham melalui pendekatan fundamental dan teknikal. 

Fundamentally Oversold

Technically Oversold

Pada penilaian oversold secara fundamental, investor harus memiliki pemahaman terkait kondisi perusahaan atau emiten yang menerbitkan saham dengan baik. Ketika fundamental dari perusahaan menurun, maupun sedang menunjukkan kondisi yang tidak kondusif, hal tersebut seringkali menjadi indikasi akan terjadinya fenomena oversold di waktu dekat. 

Beberapa aspek atau hal yang penting untuk diperhatikan adalah munculnya pemberitaan yang kurang baik terhadap perusahaan yang bersangkutan.

Imbas dari pemberitaan negatif tersebut, kinerja sahamnya biasanya akan ikut menurun dan terus terjadi secara berkelanjutan hingga mengancam nilainya di waktu mendatang. 

Agar bisa lebih mudah melakukan penilaian kinerja saham secara fundamental, kamu bisa menggunakan indikator P/E ratio atau rasio price to earning. Jika angka rasio P/E ini semakin rendah, artinya kondisi sebuah perusahaan bisa dipahami kurang baik.

Secara otomatis, performa sahamnya juga akan terganggu dan dapat menjadi dasar penilaian dari investor apakah saham tersebut tergolong overbought atau oversold. 

Sementara itu, indikasi teknikal yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan kondisi saham oversold oleh investor adalah Bollinger Bands dan RSI. Untuk melakukan perhitungan RSI atau Relative Strength Index, kamu dapat menggunakan rumus berikut ini.

100 – 100 * (1 + RS) 

Yang dimaksud dengan RS ialah nilai rerata fluktuasi ke atas dan dibagi dengan nilai rerata fluktuasi ke bawah selama periode tertentu. Melalui perhitungan nilai RSI ini bakal muncul kisaran angka dari 0 hingga 100. 

Jika nilai sebuah saham berada di bawah angka 30, artinya saham tersebut bisa dibilang sedang mengalami kondisi oversold. Hal ini dikarenakan harga saham tersebut sedang berada di sepertiga paling bawah dari rentang harga pasarnya. 

Sementara itu, dengan menggunakan Bollinger Bands, kamu hanya perlu memantau pergerakan harga saham dari sebuah grafik. Ketika saham menyentuh titik batas bawah pada grafik, artinya saham tersebut telah termasuk pada kondisi jenuh jual atau oversold 

Baca Juga: Jadi Bentuk Apresiasi Perusahaan, Kenali Apa Itu ESOP, Jenis, dan Manfaatnya untuk Karyawan

Indikator Terjadinya Oversold Saham

Sebenarnya, ada 4 indikasi yang bisa menjadi tanda terjadinya oversold saham yang juga berlaku pada kondisi overbought. Berikut adalah penjelasan dari keempat indikasi terjadinya oversold saham. 

Jenis Indikator Keterangan
RSI atau Relative Strength Index Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, RSI bisa menjadi indikasi untuk mengetahui fenomena jenuh jual. RSI sendiri adalah indikasi yang menilai di kecepatan berapa suatu sekuritas mengalami fluktuasi harga. Jika nilainya di bawah 30, artinya saham sedang mengalami jenuh jual, dan jika lebih dari 70 artinya saham sedang mengalami overbought.
Stochastic Oscillator

Selain itu ada Stochastic Oscillator yang merupakan indikasi paling sering untuk digunakan menentukan pergerakan saham termasuk oversold atau overbought. Selayaknya RSI, skala pada indikasi juga berkisar antara 0 sampai 100. Untuk kondisi oversold, biasanya nilai indikator yang ditunjukkan adalah 0 sampai 20, dan untuk overbought di kisaran 80 sampai 100.

P/E Ratios

Selanjutnya ada P/E Ratio atau rasio price to earning yang akan menunjukkan kondisi oversold jika nilainya berada di bawah rata-rata industri. Sebaliknya, jika melebihi rerata industri, artinya saham mengalami kondisi overbought. 

P/S Ratios


Selain rasio P/E, ada pula P/S ratio atau rasio price to sales. Indikasi ini bisa menentukan kondisi oversold jika nilainya berada di bawah rerata nilai industri, dan overbought jika nilai yang ditunjukkan adalah kebalikannya. 

 

Strategi yang Ideal Dilakukan Investor saat Terjadi Oversold Saham

Banyak yang berpendapat jika ketika kondisi jenuh jual terjadi, langkah atau strategi terbaik yang perlu dilakukan oleh investor adalah melakukan pembelian saham. Bukan tanpa alasan, jenuh jual yang membuat harga saham menurun bisa menjadi kesempatan emas bagi investor untuk menggaruknya. 

Selain itu, dalam beberapa waktu kedepan, harga saham biasanya akan segera dikoreksi dan bergerak naik. Sehingga, kamu lebih baik membeli saham yang memiliki harga miring tersebut agar mampu mengoptimalkan potensi keuntungan di waktu mendatang.

Langkah pembelian saham ini dianjurkan untuk dilakukan hingga nilai RSI mencapai setidaknya angka 40. Meski begitu, investor masih harus berhati-hati pasalnya potensi datangnya pembalikan harga atau reversal masih belum tentu terjadi. 

Terkadang, harga saham yang diprediksi akan meningkat malah terus menurun sehingga langkah pembelian memberikan kerugian yang lebih dalam bagi investor. Mengetahui hal tersebut, pada saham oversold, pastikan untuk mempertimbangkan fundamental perusahaan sebelum mengambil keputusan investasinya. 

Jadi, Sudah Tahu Langkah untuk Menanggapi Fenomena Oversold Saham?

Pada dasarnya, oversold adalah sebuah kondisi yang wajar terjadi pada sebuah saham imbas dari pergerakan harga yang terus terjadi. Meski begitu, ketika fenomena tersebut terjadi, investor perlu mengambil langkah yang tepat agar mampu mengambil potensi keuntungan seoptimal mungkin dan meminimalkan risikonya. Nah, setelah memahami pembahasan di atas, kamu tentu sudah tahu langkah seperti apa yang bijak dilakukan untuk menanggapi kondisi oversold saham, bukan?

Baca Juga: Tender Offer, Fenomena Dunia Investasi yang Perlu Tepat Diantisipasi Investor