Jadikan Laporan Keuangan Lebih Akurat, Ini Pengertian Impairment Asset, Cara Hitung, dan Bedanya dengan Depresiasi

Dalam menyusun laporan keuangan, memastikan seluruh data dan informasi akurat adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan. Pasalnya, jika ada satu komponen saja yang memiliki informasi keliru, seluruh perhitungan pada laporan keuangan bisa kacau berantakan. Hal ini berlaku pula pada nilai historis dan juga nilai pasar terkini.

Akan tetapi, jika melihat fakta yang ada, ketidaksesuaian informasi pada nilai tersebut bisa saja terjadi. Umumnya, hal ini bisa disebut sebagai impairment asset , yaitu terjadi penurunan nilai atas aset jika dibandingkan dengan nilai perolehan di masa lalu atau historical cost, dengan nilai pasar di masa sekarang atau fair cost.

Sebagai hal yang penting untuk dipahami, kamu tentu perlu mendalami tentang pengertian impairment asset, termasuk cara hitung, contoh, hingga dampaknya pada neraca keuangan. Nah, guna memahami lebih lanjut tentang apa itu impairment asset, simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Baca juga: Cara Membaca Laporan Keuangan Perusahaan, Investor Wajib Tahu

Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya!

Mulai Berinvestasi Sekarang!  

Apa Itu Impairment Asset?

loader

Impairment Asset

Secara sederhana, impairment asset merupakan penurunan permanen pada nilai aset yang menunjukkan perbedaan nilai buku aset dengan nilai wajarnya. Terjadinya impairment asset ini dikarenakan aset mempunyai nilai buku tetap, sedangkan pada nilai sebenarnya bisa menurun atau meningkat seiring waktu. Saat nilai pasar sebuah aset menurun secara permanen di bawah nilai buku dan terjadi impairment asset, perusahaan wajib mengurangi nilai asetnya pada neracanya guna menunjukkan kondisi yang baru.

Umumnya, aset yang sering kali mengalami ketidaksesuaian ini adalah aset tak berwujud dan aset tetap. Contoh dari aset tetap sendiri adalah properti, peralatan, dan pabrik. Sementara untuk contoh aset tak berwujud adalah kekayaan intelektual, misalnya merek dagang atau hak paten.

Suatu aset bisa mengalami penurunan nilai apabila prediksi arus kas pada waktu mendatang lebih rendah dibanding nilai yang terdapat pada laporan keuangan terkini. Hal tersebut bisa terjadi karena sejumlah faktor, di antaranya:

  • Perubahan material atau bahan yang merugikan pada faktor hukum serta mengubah nilai sebuah aset.
  • Perubahan secara signifikan atas nilai aset karena perubahan demand konsumen.
  • Kerusakan fisik pada sebuah aset.
  • Pelepasan atas aset sebelum waktu perkiraan pelepasan yang sudah ditentukan.

Mengacu pada IAS 36 terkait impairment of asset dijelaskan jika impairment atau penurunan harus dilakukan pada hampir segala jenis aset. Sedangkan yang tak termasuk sebagai impairment asset ialah persediaan, aset yang muncul berdasarkan imbalan kerja, pajak tangguhan, aset finansial sesuai aturan IFRS 9, aset dari kontrak asuransi, aset biologis, serta aset tetap untuk dijual.

Lalu, terhadap beberapa jenis aset tertentu, impairment perlu dilakukan dengan rutin agar mengetahui nilainya secara akurat. Contoh aset tersebut adalah aset tak berwujud yang mempunyai manfaat tak terbatas dan belum tersedia agar bisa digunakan, serta goodwill yang didapat saat penggabungan perusahaan.

Baca juga: Kuak Kondisi Keuangan, Pahami Apa Itu Laporan Arus Kas dan Cara Membuatnya

Apakah Impairment Asset Menimbulkan Beban?

Saat impairment tercatat, perusahaan biasanya akan membuat 2 entri. Kedua entri tersebut adalah entri kredit di neraca guna menurunkan nilai aset, serta entri debit di pelaporan laba rugi guna mencatat pengeluaran.

Pada hal tersebut, kerugian impairment termasuk sebagai beban. Tapi, biaya impairment tak berarti jika perusahaan kehilangan keuntungan di periode tersebut. Hal tersebut hanya menggambarkan jika nilai perusahaan sudah menurun sebab salah satu aset miliknya tak lagi memiliki nilai yang sama dibanding dulu.

Aset tak berwujud, misalnya paten atau hak cipta, juga bisa mengalami penurunan. Apabila kekayaan intelektual berpindah domain publik maupun kehilangan status dilindungi imbas dari gugatan hukum, artinya aset tersebut bakal terganggu. Perusahaan akan mengakui beban terkait hal tersebut pada laporan laba ruginya, meski tak berhubungan dengan beban biaya secara langsung.

Penting untuk dipahami bahwa pasca aset mengalami penurunan atau impairment, nilainya kemudian tak bisa dinaikkan. Hal tersebut mengindikasikan jika perusahaan harus meyakini jika penurunan nilai pada sebuah aset sifatnya permanen sebelum memutuskan untuk menurunkan nilainya.

Cara Hitung Impairment Asset

Cara hitung impairment asset pada dasarnya cukup simpel. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menghitung jumlah depresiasi suatu aset. Rumus untuk menghitungnya adalah:

Jumlah Depresiasi per Tahun = Angka Perolehan Aset / Usia Ekonomi Aset

Setelah itu, kamu bisa mengetahui nilai dari sisa buku atas aset yang bersangkutan. Cara menentukan nilai sisa buku ialah:

Nilai Sisa Buku = Angka Perolehan aset – (Jangka Waktu Depresiasi x Angka Perolehan Aset)

Guna mengetahui apakah suatu aset mengalami penurunan atau tidak, kamu harus membandingkan nilai values in use dan nilai sisa buku dari aset yang bersangkutan. Nilai in use ialah nilai saat ini atas arus kas dan diharapkan bisa dihasilkan aset. Jika nilai dari sisa buku melebihi nilai in use, artinya ada indikasi terjadi kerugian pada impairment asset.

Baca juga: Poin yang Perlu Dipahami dari Laporan Keuangan, Investor Wajib Tahu!

Contoh Impairment Assets

Sebuah perusahaan mempunyai mesin produksi dengan harga 100 juta dan mulai beroperasi sejak Januari 2019. Diperkirakan mesin tersebut mempunyai usia ekonomis hingga 10 tahun. Lalu, di bulan Desember 2020, perusahaan ini memperkirakan potensi terjadinya impairment, yang mana membuat angka value in use diprediksi sejumlah 75 juta.

Pada kasus tersebut, perusahaan perlu menghitung dulu nilai depresiasinya per tahun.

Nilai depresiasi tiap tahun = 100 juta/10 tahun = 10 juta per tahun

Jadi, nilai mesin produksi tersebut pada bulan Desember 2020 ialah:

Nilai sisa buku = 100 juta – (2x10 juta) = 80 juta

Jika dibandingkan, nilai dari sisa buku per Desember 2020 ialah 80 juta, sementara nilai in use ialah 75 juta. Berdasarkan perbandingan tersebut, terlihat ada selisih sebesar 5 juta pada posisi nilai dari sisa buku aset lebih tinggi dibanding nilai in use. Hal tersebut mengindikasikan adanya kerugian pada impairment asset.

Lalu, untuk menghitung kerugian impairment bisa dilakukan dengan menggunakan rumus nilai pasar dikurangi dengan nilai buku. Nilai pasar umumnya merupakan nilai yang bakal dibayarkan seseorang atas aset tersebut.

Pada situasi lainnya, nilai pasar bisa menjadi nilai yang mampu dipulihkan atas sebuah aset. Apabila sebuah aset rusak namun masih bisa dijual, artinya nilai yang bisa dipulihkan tersebut harus digunakan.

Sebagai contoh kendaraan perusahaan mengalami kerusakan tapi masih bisa dijual. Pada kondisi tersebut, kerugian impairment merupakan selisih antar nilai buku dengan nilai jual kendaraan. Pada sejumlah situasi, penurunan nilai ini bisa mewakili aset yang nilainya hilang secara keseluruhan.

Beda Impairment dengan Depresiasi

Membahas tentang impairment atau penurunan nilai, istilah tersebut kerap dianggap sama dengan depresiasi. Padahal, sesuai penjelasan di atas, impairment dan depresiasi merupakan 2 hal yang berbeda. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah 5 perbedaan antara impairment dengan depresiasi.

  • Definisi

    Impairment ialah penurunan nilai sebuah aset yang terjadi secara permanen. Sedangkan depresiasi merupakan distribusi biaya perolehan yang diberikan perusahaan selama jangka waktu pemanfaatan sebuah aset.

  • Alasan Dilakukan

    Impairment umumnya dilakukan berdasarkan dari sejumlah faktor, misalnya perubahan permintaan atau demand yang menimbulkan perubahan nilai aset pada pasar, kerusakan, dan lainnya. Sementara depresiasi dilakukan sesuai penggunaan dari aset seiring berjalannya waktu.

  • Perlakuan Atas Aset

    Perbedaan lainnya terletak pada perlakukan terhadap suatu aset. Impairment dicatat dengan bentuk loss atau kerugian di laporan keuangan. Di sisi lain, depresiasi tercatat sebagai beban untuk kemudian bakal menurunkan harga perolehan sebuah aset.

  • Metode Perhitungan

    Perhitungan pada impairment dilakukan dengan metode mengurangi nilai dari book value dan nilai in use. Sementara untuk depresiasi, perhitungannya dilakukan dengan menggunakan sejumlah metode, misalnya saldo menurun dan garis lurus.

  • Jenis Aset yang Mengalaminya

    Perbedaan terakhir antara impairment dengan depresiasi adalah jenis aset yang mengalami. Segala jenis aset tetap yang dipunyai perusahaan bakal mengalami yang namanya depresiasi. Namun, untuk impairment, aset yang mengalaminya bukan hanya aset tetap, tapi juga aset lancar seperti persediaan, serta aset tak berwujud atau intangible asset.

Baca juga: Laporan Posisi Keuangan: Pengertian, Fungsi, Komponen, Contoh, dan Cara Membuatnya

Pentingnya Memahami Impairment Asset agar Penurunan Nilai Aset Bisa Diketahui

Pada dasarnya, impairment asset merupakan penurunan nilai yang terjadi karena faktor tertentu. Saat diketahui terjadi penurunan nilai atas suatu aset, perusahaan tentu perlu segera menyesuaikan hal tersebut pada laporan finansialnya, khususnya terkait laba rugi. Dengan begitu, langkah lanjutan untuk menanggapi terjadinya impairment tersebut bisa langsung dilakukan.