Awas! Sesak Napas Bisa Jadi Gejala Beragam Penyakit Kronis Berbahaya

Masalah sesak napas bisa dibilang sebagai masalah kesehatan yang cukup sering diderita oleh manusia. Hal ini dikarenakan penyakit yang menyerang saluran pernapasan tersebut bisa dipicu oleh berbagai hal. 

Yang menjadi pertanyaan, apa saja penyebab seseorang bisa mengalami sesak napas dan bagaimana cara mengatasinya? Juga, apakah benar jika sesak napas merupakan gejala dari penyakit berbahaya dan tak boleh dianggap sebagai masalah kesehatan biasa oleh penderitanya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak penjelasan mengenai sesak napas, penyebab, gejala yang muncul, cara pengobatan, dan tips mencegah risikonya untuk kambuh berikut ini.

Baca Juga: Kenali 3 Jenis Alergi dan Penyebabnya Agar Mendapatkan Pengobatan yang Tepat

Apa Itu Sesak Napas?

loader

Sesak napas adalah...

Sesak napas adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan ketika bernapas. Masalah kesehatan tersebut biasa dikenal dengan sebutan dyspnea sebagai istilah medisnya, dan bisa menjadi pertanda dari sebuah penyakit yang perlu diwaspadai oleh penderitanya.

Dyspnea biasanya terjadi secara tiba-tiba dan dalam jangka waktu singkat atau akut. Meski begitu, tak jarang pula masalah gangguan pernapasan ini terjadi dalam durasi atau jangka waktu cukup panjang dan terjadi berulang atau sifatnya kronis. 

Jika tak segera mendapatkan pertolongan atau penanganan medis yang tepat, masalah sesak napas bisa semakin memburuk dan berakibat fatal bagi penderitanya. Hal ini dikarenakan dyspnea membuat tubuh kekurangan asupan oksigen dan mampu memicu komplikasi serius. 

Penyebab Sesak Napas

Seseorang mengalami sesak napas akibat sistem pernapasan serta sirkulasi darahnya tak mampu mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh secara optimal. Akan tetapi, selain penyebab tersebut, dyspnea juga bisa terjadi akibat adanya masalah pada kondisi psikis seseorang atau beberapa kondisi medis serius. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah jenis masalah kesehatan yang bisa menjadi penyebab sesak napas.

  1. Gangguan Paru-Paru

    Berkaitan dengan sistem pernapasan, terjadinya sesak napas erat kaitannya dengan gangguan pada organ paru-paru. Penyebabnya karena terjadi hambatan di saluran udara, paru-paru tidak elastis, atau luas permukaan dari organ tersebut yang berkurang. Gejala sesak napas akibat gangguan paru-paru ini bisa terjadi dalam jangka pendek atau akut, maupun jangka panjang atau kronis. 

    Beberapa penyakit pada paru-paru yang mampu menyebabkan sesak napas kronis antara lain: 

    • Penyakit paru obstruktif yang kronis.
    • Masalah paru interstisial.
    • Asma.
    • Bronkiektasis.
    • Kanker paru.
    • Asbestosis. 

    Sedangkan untuk sesak napas akut, bisa disebabkan oleh: 

    • Serangan asma.
    • Infeksi paru, misalnya COVID-19 atau pneumonia.
    • Emboli paru.
    • Tumpukan cairan pada paru-paru.
    • Pneumothorax. 
  2. Gangguan Jantung

    Gejala sesak napas juga bisa muncul akibat adanya gangguan pada organ jantung. Ketika jantung mengalami masalah, darah tak akan mampu terpompa dengan optimal dan kandungan oksigen di dalamnya tidak bisa dialirkan secara maksimal. Beberapa gangguan jantung yang bisa menyebabkan sesak napas, antara lain: 

    • Penyakit jantung koroner.
    • Penyakit katup pada jantung.
    • Gagal jantung congestive.
    • Perikarditis.
    • Aritmia. 
  3. Gangguan Psikis

    Penjelasannya sederhana, gangguan psikis seperti serangan panik atau stres mampu membuat otot pernapasan menjadi lebih tegang. Beberapa gangguan psikis penyebab sesak napas adalah gangguan somatoform dan kecemasan.

Baca Juga: Biang Kerok Batuk Gak Sembuh-sembuh, Jangan Sepelekan!

Faktor Risiko pada Penyakit Sesak Napas

  • Obesitas atau mempunyai berat badan berlebih.
  • Terlalu kurus.
  • Mengidap penyakit yang menurunkan kekuatan otot, misalnya distrofi otot dan myasthenia gravis.
  • Mengidap anemia.
  • Perokok.
  • Berada di lokasi yang tinggi.
  • Bekerja di area yang penuh debu atau polusi udara lainnya.

Gejala Sesak Napas

loader

Gejala Sesak Napas

  • Sensasi terikat atau tak mampu bergerak bebas pada dada.
  • Perasaan seperti harus lebih cepat atau lebih banyak menarik napas.
  • Kesulitan untuk menarik napas secara dalam.
  • Tubuh terasa tak cukup mendapatkan oksigen.

Perlukah Pergi ke Dokter saat Sesak Napas Kambuh?

Penderita perlu segera memeriksakan diri ke dokter saat mengalami sesak napas akut. Terutama jika masalah pernapasan tersebut terjadi dibarengi dengan gejala berikut ini. 

  • Nyeri dada.
  • Terasa penuh pada dada hingga 30 menit atau lebih.
  • Terjadi pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki.
  • Demam dan batuk.
  • Suara siulan atau mengi ketika menarik serta menghembuskan napas.
  • Sesak napas memburuk ketika berbaring.
  • Kuku dan bibir tampak membiru.
  • Mual.
  • Pingsan.

Apabila kamu menderita sesak napas yang sifatnya akut dengan kondisi yang sering kambuh, sebagai contoh, asma, lakukan pengobatan atau penanganan sesuai anjuran dokter. Jika kondisinya tak kunjung membaik, segera hubungi dokter agar penanganan medis bisa segera diambil.

Selain itu, sesak napas yang terjadi akibat COVID-19 tak terlalu mendesak memerlukan penanganan medis khusus. Hanya saja, pastikan untuk melakukan isolasi mandiri ketika sesak disertai dengan gejala berupa demam, kelelahan, dan batuk. 

Selama melakukan isolasi, amati gejala yang dirasakan serta kadar oksigen pada darah dengan menggunakan oksimeter. Jika ternyata kadar oksigen dalam darah menurun atau mengalami masalah kesulitan bernapas yang parah, segera merujuk ke rumah sakit agar bisa mendapatkan penanganan medis yang diperlukan. 

Cara Diagnosis pada Pasien Sesak Napas

Wawancara medis oleh dokter biasanya akan dilakukan untuk mendiagnosis masalah pernapasan ini, seperti gejala serta riwayat medis pasien, dan kapan gejala terasa. Kemudian, pemeriksaan fisik akan dilakukan oleh dokter, seperti mengecek kadar oksigen di dalam darah menggunakan oksimeter, tes spirometri guna mengetahui jumlah udara yang masuk dan keluar, serta tes darah guna mendeteksi adanya infeksi serta kadar hemoglobin pada darah.

Terkadang, dokter juga akan melakukan CT scan atau rontgen di area dada guna mengetahui kondisi paru-paru dan juga jantung. Untuk mengukur serta merekam aktivitas listrik pada jantung, tak jarang pula diagnosis pada sesak napas dilakukan dengan EKG atau elektrokardiogram. 

Metode Pengobatan pada Penderita Sesak Napas

Tujuan utama dari pengobatan pada penderita sesak napas adalah mengatasi penyebab serta meredakan gejala. Karena itu, pengobatannya dilakukan dengan menyesuaikan kondisi pasien serta penyebabnya, seperti pemberian bronkodilator atau inhaler, meresepkan antibiotik dan suplemen, memberikan obat untuk mengatasi gangguan jantung, memasang chest tube, dan menyediakan oksigen tambahan agar kerja paru dan jantung menjadi lebih ringan. 

Komplikasi yang Mungkin Terjadi Akibat Sesak Napas

Risiko utama yang mungkin terjadi akibat sesak napas adalah tubuh kekurangan oksigen. Kondisi tersebut mampu memicu komplikasi berupa kehilangan kesadaran dan kebingungan. Dalam kondisi parah, dyspnea yang tak tertangani dengan tepat dapat menyebabkan hipoksemia, gagal napas, hipoksia, gagal jantung, dan kerusakan otak.

Tips Pencegahan agar Sesak Napas Tak Gampang Kambuh

  1. Hindari hal-hal yang bisa menjadi pemicu gangguan pernapasan tersebut, seperti, asap rokok, polusi udara, alergen, dan zat iritan. 
  2. Pastikan pula untuk meminum air putih dengan cukup dan rutin berolahraga. 
  3. Jaga berat tubuh agar selalu ideal. 
  4. Perhatikan kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi setiap hari.
  5. Jaga kebersihan dengan rutin mencuci tangan.
  6. Hindari berdekatan dengan orang dengan gejala infeksi pada saluran pernapasan.

Jangan Anggap Remeh agar Sesak Napas Tak Timbulkan Masalah Kesehatan Lebih Serius

Ketika mengalami gejala sesak napas, penderitanya akan merasa kesulitan untuk bernapas dan bisa menurunkan tingkat oksigen dalam tubuhnya. Dalam kondisi parah, hal ini bisa memicu kebingungan, pingsan, hingga gagal napas. Oleh karena itu, jangan anggap remeh masalah pernapasan ini dan segera lakukan penanganan medis yang diperlukan saat kambuh. 

Baca Juga: Badai Sitokin: Pengertian, Gejala, Cara Mengobati, dan Cara Mencegahnya