Sharpe Ratio, Metode yang Penting Diketahui Investor untuk Ketahui Tingkat Risiko dan Return Investasi

Semua orang yang terjun ke dunia investasi, khususnya reksa dana, pasti memahami tentang pentingnya menganalisis sebuah produk sebelum memilihnya. Hal tersebut berguna untuk memastikan apakah sebuah produk reksa dana mempunyai peluang keuntungan yang menjanjikan dan risiko kerugian yang bisa diantisipasi. 

Cara untuk menganalisis kinerja suatu produk reksa dana pun beragam. Selain perkembangan nilai aktiva bersih atau NAB, ada sejumlah parameter lain lagi yang bisa dijadikan sebagai dasar untuk mengecek performa reksa dana. Salah satu contohnya adalah sharpe ratio yang telah dikenalkan sejak era tahun 1960an. 

Walaupun telah dikenal sejak lama di dunia investasi, sebagian dari kamu mungkin masih asing dengan maksud istilah sharpe ratio ini. Nah, agar mampu mengetahui lebih lanjut tentang apa itu sharpe ratio, rumus perhitungan, hingga fungsinya, simak penjelasan berikut ini.

Baca Juga: Tentang Balanced Investment Strategy, Cara Investasi untuk Seimbangkan Risiko dan Return

Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya!

Mulai Berinvestasi Sekarang!  

Selengkapnya Tentang Sharpe Ratio

loader

Sharpe Ratio

Pada konteks reksa dana, sharpe ratio merupakan metode pengukuran performa portofolio berdasarkan dari perbandingan antara tingkat risiko dan return. Melalui teknik ini, investor bisa mendapatkan gambaran lebih objektif terkait produk reksa dana yang mempunyai peluang perkembangan lebih tinggi. 

Sebagai contoh, reksa dana A mempunyai NAB satu tahun sejumlah 20 persen. Sementara pada reksa dana B, pertumbuhannya adalah 15 persen pada jangka waktu yang sama. Berdasarkan kedua informasi tersebut, tidak sedikit dari kamu beranggapan jika reksa dana A lebih menguntungkan dibanding reksa dana B.

Tapi, bagaimana apabila reksa dana A ternyata mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi dibanding reksa dana B. Sehingga, dengan pertumbuhan 20 persen tersebut, ternyata di periode selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan minus 10 persen. Dalam kondisi tersebut, tentu memilih reksa dana B sejatinya menjadi pilihan yang lebih baik dibanding reksa dana A karena adanya risiko. 

Nah, sharpe ratio ini menghadirkan unsur risiko dan return tersebut secara setara dan berimbang. Dengan begitu, investor bisa mengetahui perkiraan kinerja dari produk reksa dana dengan lebih objektif dibanding sekadar memantau pertumbuhan NAB saja. Penggunaan dari metode sharpe ratio ini juga telah diakui pada dunia finansial internasional secara luas. 

Selain itu, sharpe ratio juga bisa dianggap sebagai metode utama guna membantu investor menganalisis performa reksa dana. Teknik ini diterapkan pada pemeringkatan dari sejumlah lembaga pemeringkat terhadap beragam produk reksa dana dalam negeri dan juga seluruh dunia. 

Rumus Perhitungan Sharpe Ratio

Rumus perhitungan dari sharpe ratio sendiri adalah imbal hasil atau return dari reksa dana dikurangkan dengan imbal hasil investasi bebas risiko yang dijadikan sebagai acuannya. Lalu, hasil dari perhitungan tersebut dikurangkan kembali dengan standar deviasi atas tingkat imbal hasil tahunan dari produk reksa dana yang bersangkutan. 

Secara rumus, formula perhitungan sharpe ratio adalah sebagai berikut. 

Sharpe Ratio = (imbal hasil reksa dana – imbal hasil investasi bebas risiko)/ standar deviasi produk reksa dana

Sesuai dengan rumus tersebut, produk reksa dana wajib mempunyai tingkat return atau imbal hasil lebih tinggi ketimbang investasi risk free. Contoh dari instrumen investasi bebas risiko sendiri adalah obligasi pemerintah. Ketika potensi imbal hasil yang didapatkan lebih tinggi dibanding investasi bebas risiko, artinya nilai dari sharpe ratio lebih baik. 

Ibaratnya, jika nilai dari sharpe ratio ialah 1.8, artinya setiap 1 persen risiko yang ditanggung, produk reksa dana yang bersangkutan mampu memberi potensi imbal hasil atau return 1,8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan investasi bebas risiko. Informasi inilah yang nantinya dijadikan bahan pertimbangan oleh investor dalam mengambil keputusan investasinya. 

Berapa Sharpe Ratio yang Ideal?

Setelah memahami penjelasan di atas, tidak sedikit dari kamu yang penasaran, berapa idealnya nilai sharpe ratio? Jika membahas tentang nilai sharpe ratio ideal, pada dasarnya tak ada patokan pasti terkait hal tersebut. Rasio tersebut secara tunggal pada reksa dana tak bisa menjadi penentu kualitas performanya dengan pasti dan akurat.

Nilai dari rasio tersebut baru bisa dievaluasi saat dibandingkan dengan benchmark atau acuan dari reksa dana lain. Ketika rasio dari sebuah reksa dana lebih tinggi, artinya kinerja dari produk tersebut bisa dianggap lebih baik. Sementara jika sharpe ratio dari 2 reksa dana sama-sama buruk, maka produk dengan nilai negatif terkecil menandakan performa yang lebih baik.

Baca Juga: Risk Adjusted Return: Pengertian, Jenis Pengukuran dan Cara Menghitungnya

Fungsi Mengetahui Sharpe Ratio

Secara umum, fungsi dari mengetahui sharpe ratio ialah menjadi alat atau metode untuk menganalisis kinerja dari suatu produk reksa dana. Akan tetapi, perlu dipahami pengukuran dari kinerja reksa dana menggunakan rasio ini juga mempunyai beberapa keterbatasan. 

Yang pertama, investor perlu membandingkan nilai dari rasio ini antara suatu produk reksa dana maupun ETF dengan produk lainnya yang mempunyai underlying index sama. Secara konkret, investor bisa membandingkan rasio sharpe antara 2 produk reksa dana pendapatan tetap, tapi tak bisa membandingkan rasio dari reksa dana saham dengan reksa dana campuran.

Batasan yang kedua, rasio ini bisa dijadikan sebagai acuan analisis performa reksa dana yang ideal untuk dipilih pada situasi market yang wajar. Tapi, rasio ini bisa menyebabkan kesalahan interpretasi apabila dihitung pada kondisi pasar yang tengah tak kondusif. 

Sebagai contoh, reksa dana A dan reksa dana B sama-sama mempunyai imbal hasil minus 20 persen. Pada reksa dana A, ada risiko standar deviasi sebesar 10 persen, dan 15 persen pada reksa dana B. 

Secara logika, reksa dana A seharusnya mempunyai angka sharpe ratio lebih baik ketimbang reksa dana B. Namun, hasil dari perhitungan tersebut ternyata bisa menimbulkan angka sharpe ratio lebih tinggi pada reksa dana B.

Ingat, sharpe ratio merupakan metode pengukuran performa portofolio reksa dana berdasarkan dari perbandingan antara risiko dan return. Melalui cara tersebut, investor bisa mendapatkan gambaran lebih objektif terkait potensi dari suatu produk reksa dana sebelum memutuskan untuk menanamkan modalnya. 

Contoh Penggunaan Sharpe Ratio

Pada dasarnya, sharpe ratio merupakan metode yang sering kali digunakan oleh investor untuk membandingkan perubahan pada karakteristik pengembalian dan risiko. Informasi tersebut dapat dicek secara menyeluruh saat aset baru maupun kelas aset ditambah pada portofolio. 

Sebagai contoh, seorang investor tengah mempertimbangkan untuk menambah dana lindung atas nilai alokasi pada portofolio dengan komposisi obligasi dan saham. Selama 1 tahun terakhir, portofolio investasi yang dimilikinya tersebut telah memberi pengembalian atau return sebesar 15 persen. 

Lalu, tingkat risk free atau bebas risiko terkini adalah 3,5 persen, serta volatilitas imbal hasil portofolio sebesar 12. Hal tersebut menjadikan sharpe ratio berada di angka 95,8 persen, yang mana nilai tersebut didapat dari perhitungan (15 persen – 3,5 persen) dibagi 12 persen. 

Investor meyakini jika menambah dana lindung nilai pada portofolio mampu menurunkan imbal hasil yang diharapkan ke angka 11 persen di tahun mendatang. Tapi, di waktu yang bersamaan, diperkirakan jika volatilitas portofolio bakal menurun ke angka 7 persen. 

Investor berasumsi jika tingkat risk free bakal tetap sama pada tahun mendatang. Memakai rumus perhitungan yang sama, serta perkiraan angka di masa depan, investor mendapati jika portofolio mempunyai sharpe ratio yang diharapkannya sejumlah 107 persen, atau (11 persen – 35 persen) dibagi 7 persen. 

Dari situ investor sudah menunjukkan jika meskipun investasi dana lindung menurunkan imbal hasil absolut portofolio, mereka telah meningkatkan performanya berdasarkan dari penyesuaian risiko. Apabila penambahan investasi yang baru menurunkan sharpe ratio, hal tersebut tak boleh ditambah pada portofolio. Contoh tersebut mengasumsikan jika sharpe ratio didasarkan dari kinerja di masa lalu bisa dibandingkan dengan adil dengan performa masa mendatang yang diharapkan. 

Dapatkan Gambaran Lebih Objektif Terkait Pemilihan Reksa Dana dengan Sharpe Ratio

Intinya, sharpe ratio merupakan teknik pengukuran performa portofolio berdasarkan dari perbandingan return dengan risiko. Dengan metode tersebut, investor mampu mendapatkan gambaran lebih objektif terkait produk reksa dana mana yang ideal dan lebih baik dijadikan pilihan. Nah, setelah memahami penjelasan di atas, kamu tentu menjadi lebih mudah menerapkan metode sharpe ratio ini pada aktivitas investasi ke depannya, bukan? 

Baca Juga: Mengenal Momentum Sell in May and Go Away yang Penting Dipahami Semua Investor