5 Cara Kelola Gaji Bulanan Agar Tak Minus di Era New Normal

Gaji bulanan Anda sering minus? Hal ini memang sering bikin stres tapi terkadang Anda tak menyadari kenapa gaji yang didapatkan selalu cepat sekali habis. 

Penyebab gaji habis itu beragam. Bisa jadi hal ini disebabkan karena pengeluaran yang tiba-tiba meningkat dan jadi tidak terkontrol selama ramadan, lebaran atau saat bekerja dari rumah. 

Memang, kenyataannya pengeluaran selama Anda di rumah saja menjadi lebih tinggi lantaran biaya listrik, air, kuota internet, pesan makanan online hingga belanja barang-barang lainnya biar Anda nyaman dan betah. 

Namun sebetulnya, penyebab utama gaji cepat habis itu bisa jadi karena Anda belum mampu mengelola gaji dengan baik. Efeknya terasa, seperti baru pertengahan bulan tapi uang sudah menipis atau minus. Alhasil demi menyambung biaya dan kebutuhan hidup, Anda pun berhutang.  

Nah, apabila selama ini Anda merasakan gaji sering minus dan merasa finansial bulanan seperti ‘gali lubang tutup lubang’. Maka ini adalah tanda bahwa Anda perlu melakukan perubahan finansial. 

Smak dan terapkan lima cara mengelola gaji bulanan berikut ini agar gaji awet dan kondisi finansial Anda bisa lebih sehat dan stabil, khususnya di era new normal. Begini tipsnya, seperti dikutip dari cermati.com berikut ini. 

loader

Ilustrasi atur gaji bulanan 

1. Buat Bujet Kebutuhan Prioritas 

Jangan dibiasakan untuk tidak membuat bujet bulanan. Berapapun gaji Anda saat ini, syukurilah dan alokasikan dengan baik agar kebutuhan prioritas tercukupi. 

Bujet merupakan suatu strategi keuangan dimana dari jumlah uang yang mesti dikeluarkan untuk setiap kebutuhan. Misalnya, bujet belanja sembako, bujet kebutuhan pokok, bujet kesehatan, bujet transportasi, hingga bujet belanja konsumtif atau pos hiburan. 

Jadi, cobalah buat bujet mingguan atau bulanan terlebih dahulu. Lalu, apabila keuangan bujet kebutuhan ‘A’ sudah mulai menipis, maka usahakan untuk berhemat atau mengurangi bujet kebutuhan yang lain. Ingat, patuhi bujet yang sudah dibuat agar uang gajian bisa awet hingga tanggal gajian selanjutnya.

2. Catat Pemasukan dan Pengeluaran

Setelah membuat bujet, langkah selanjutnya ialah catatan arus kas masuk dan keluar. Apakah Anda pernah melakukan cara ini? Jika belum, maka sekarang harus dicoba. Tujuannya, jelas untuk mengetahui aliran gaji kemana saja selama ini. 

Catat sedetil-detilnya, buatlah catatan harian dan lakukan evaluasi mingguan. Dari sini akan diketahui apakah pengeluaran Anda lebih besar daripada pemasukan? 

Ketika evaluasi, Anda jangan kaget apabila ada kebiasaan-kebiasaan kecil tapi membuat keuangan boros. Terus konsisten lakukan hal ini dan lihat perubahannya pada gaji Anda selanjutnya. 

3. Bijak Gunakan Uang di Dompet Digital 

Ada kecenderungan sifat orang dimana semakin banyak uang yang dilihat di rekeningnya, maka semakin besar godaan untuk menghabiskannya. Apakah Anda merasa memiliki sifat seperti itu? 

Apalagi sekarang hampir semua transaksi sudah menggunakan dompet digital. Biar tidak kebablasan boros, usahakan top up e-wallet seperlunya saja. Mulai gunakan e-wallet hanya untuk kebutuhan prioritas. 

Kendalikan diri untuk tidak tergiur promo, cashback atau paylater di tengah kondisi new normal. Uang elektronik memang memberikan banyak keuntungan tapi Anda harus bijak agar gaji tidak minus secara terus-menerus. 

Baca Juga: Ragam Tantangan Saat Anda Belajar Hidup Hemat

4. Dana Darurat dan Investasi 

Di awal gajian, usahakan untuk sisihkan uang untuk kas tabungan dana darurat dan investasi. Ingat, pandemi corona ini belum diketahui kapan akan berakhir. Sementara itu, tak ada salahnya jika Anda siap sedia. 

Lalu, kenapa investasi? Pikirkan apa sih yang Anda ingin capai atau lakukan setelah pandemi virus corona benar-benar hilang? Apa tujuan keuangan short term dalam 2-3 tahun ke depan? Misalnya, travelling lagi, beli motor/mobil baru, atau menikah. Mulailah wujudkan semua itu dengan berinvestasi dari sekarang. 

Daripada gaji habis buat belanja konsumtif, alangkah baiknya jika Anda alokasikan untuk dana darurat dan investasi. Ada banyak instrumen investasi mulai dari yang risiko rendah sampai tinggi. Misalnya, logam mulia, reksa dana, obligasi, saham. Pastikan Anda paham keuntungan dan risiko produk investasi sebelum Anda membelinya.