Apa Itu Obat Cataflam? Berikut Manfaat, Dosis, dan Efek Sampingnya

Bagi penderita peradangan atau nyeri sendi mungkin sudah mendengar tentang obat bernama cataflam. Obat yang tergolong sebagai NSAID atau obat peradangan dan nyeri sendi non steroid ini memang cukup mudah ditemukan di berbagai apotek di seluruh Indonesia.

Obat cataflam banyak dicari karena mampu meredakan otot kaku atau nyeri, osteoarthritis, nyeri punggung, sakit gigi, dan berbagai macam penyakit peradangan lainnya. Cara kerja dari obat ini adalah dengan menekan zat yang menyebabkan reaksi peradangan dalam tubuh, yakni prostaglandin. 

Namun, cataflam tergolong sebagai obat kuat dan proses pembeliannya harus disertai dengan resep dokter. Pasalnya, jika dikonsumsi secara sembarangan atau tidak sesuai dosis, bukan tidak mungkin obat ini akan menimbulkan efek samping yang memperparah kondisi kesehatan. Agar hal tersebut tidak terjadi, kenali terlebih dahulu cara pemakaian salah satu dari obat antiinflamasi berikut ini. 

Deskripsi dan Fungsi Cataflam

loader

Cataflam adalah obat yang termasuk dalam kelas NSAID atau obat antiinflamasi non-steroid. Maksudnya, cataflam merupakan obat yang mampu meredakan peradangan dan nyeri sendi non-steroid. Obat tersebut memiliki kandungan diclofenac potassium yang berguna untuk mengatasi penyakit penyebab nyeri sendi ataupun nyeri haid. 

Cataflam juga dapat digunakan sebagai obat untuk meredakan rasa sakit yang dirasakan oleh orang yang baru saja menjalani operasi. Penderita migrain akut juga dapat mengonsumsi obat ini untuk menurunkan rasa sakit yang dirasakan sebagai upaya perawatan jangka pendek. 

Baca Juga: Merupakan Obat Hipertensi, Inilah Cara Kerja Amlodipine dan Aturan Pakainya

Aturan Pakai Cataflam dan Cara Menyimpannya

Obat cataflam sebaiknya dikonsumsi bersamaan dengan segelas air paling tidak sebanyak 240 mililiter. Setelah mengonsumsi obat tersebut, disarankan untuk tidak berbaring paling tidak selama 10 menit ke depan. Akan tetapi, jika dokter menuturkan cara mengonsumsi yang berbeda, maka sebaiknya ikuti cara yang dianjurkan oleh dokter tersebut.

Dalam beberapa kasus, cataflam dapat menyebabkan sakit perut. Untuk mengatasi hal tersebut, obat ini dapat dikonsumsi dengan susu, beberapa jenis makanan, ataupun antasida. Namun, jika dikonsumsi bersamaan dengan makanan tersebut bisa mengakibatkan cataflam lebih lama diserap tubuh sehingga menunda manfaat obat untuk bekerja.

Mengonsumsi obat ini juga harus dilakukan secara utuh. Artinya, tablet obat tersebut tidak boleh diremuk, dikunyah, atau sekedar dibelah karena dapat merusak lapisan khususnya sehingga meningkatkan potensi munculnya efek samping.

Bagi penderita rheumatoid arthritis, penggunaan harus senantiasa dilakukan sesuai dengan aturan dokter. Ketahui segala manfaat dan risiko yang mungkin disebabkan oleh penggunaan obat tersebut. Khasiat cataflam pada penderita penyakit tersebut juga biasanya baru akan terasa secara penuh setelah 2 minggu penggunaan. 

Pengguna yang tidak rutin juga disarankan untuk langsung mengonsumsi obat tersebut saat rasa nyeri baru saja terasa. Pasalnya, saat rasa nyeri sudah memburuk, cataflam akan menjadi lebih sulit untuk meredakannya. 

Jika setelah pemakaian berkala cataflam sakit nyeri tidak kunjung sembuh, maka segerakan untuk berkonsultasi dengan dokter. Pastikan untuk mengikuti aturan dokter dan hentikan penggunaan obat tersebut saat dokter menyarankannya agar dapat dicarikan solusi pengobatan lain yang lebih efektif. 

Untuk cara penyimpanannya, cataflam sebaiknya disimpan di suhu ruang dan ada di tempat yang terbuka serta lembap. Hindarkan obat tersebut dari sinar matahari langsung dan jangkauan anak-anak ataupun hewan. 

Terdapat cara penyimpanan yang berbeda untuk beberapa merek cataflam. Tentunya, cara penyimpanan yang harus dilakukan adalah yang tercantum pada kemasan obat tersebut.

Dosis Cataflam

Dosis pemakaian cataflam harus selalu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Pasalnya, ada berbagai kondisi yang menentukan dosis pemakaian obat tersebut, seperti kondisi kesehatan, riwayat medis, dan jenis penyakit yang diderita. 

  1. Penderita Osteoarthritis dan Rematik

    Umumnya, bagi penderita osteoarthritis, dosis penggunaan cataflam adalah 50 mg untuk 2 hingga 3 kali pemakaian dalam sehari, atau bisa juga 75 mg, 2 kali minum. Yang pasti, pemakaiannya tidak melebihi dosis 150 mg setiap harinya. Sedangkan, penderita rematik dapat mengonsumsi cataflam 50 mg sebanyak 3 hingga 4 kali per hari namun tidak melebihi dosis 225 mg setiap harinya. 

  2. Nyeri Ringan (Haid, Sakit Gigi)

    Selanjutnya untuk meredakan nyeri haid atau nyeri ringan seperti sakit gigi dan nyeri otot, konsumsilah cataflam 50 mg 3 kali sehari. Untuk dosis pertama, dokter biasanya akan menyarankan pasien untuk mengonsumsi cataflam 100 mg baru dilanjutkan dengan dosis 50 mg tersebut. Setelah pemakaian pertama tersebut, dosis maksimal cataflam setiap hari tidak boleh melebihi 150 mg. 

  3. Nyeri Berat

    Terakhir, pada kasus nyeri berat, dosis cataflam yang bisa dikonsumsi adalah 18 mg atau 35 mg dalam 3 kali pemakaian setiap hari. Keterangan tersebut hanyalah dosis penggunaan umum. Jadi, saat dokter menyarankan dosis pemakaian yang berbeda, maka yang harus diikuti adalah dosis yang diberikan oleh dokter tersebut.

Efek Samping Cataflam

Sama halnya dengan obat jenis lainnya, cataflam dapat menimbulkan efek samping bagi kesehatan. Kebanyakan efek samping dari penggunaan obat tersebut tidak membutuhkan penanganan langsung dari dokter. Namun, ada beberapa efek samping yang lebih serius dan jarang terjadi yang memerlukan penanganan medis segera.

Efek samping yang biasa ditimbulkan cataflam adalah: 

  1. Mual.
  2. Sakit perut.
  3. Peningkatan asam lambung.
  4. Diare.
  5. Sembelit.
  6. Sakit kepala.
  7. Pusing.
  8. Mengantuk. 

Sedangkan untuk efek samping yang membutuhkan penanganan dokter adalah edema atau pembengkakan kaki atau tangan, berat badan naik secara mendadak, gangguan pendengaran, perubahan mood, rasa sakit yang muncul saat menelan, serta tubuh terasa sangat lelah. 

Ada pula rasa sakit di dada, sesak napas, dan juga masalah penglihatan dan keseimbangan yang harus segera dikonsultasikan dengan dokter. Dalam beberapa kasus, pemakai cataflam juga merasakan efek samping yang berhubungan dengan fungsi ginjal dan hati. 

Seperti, frekuensi buang air kecil yang berubah, leher yang terasa kaku, urin keruh, mual, nafsu makan menghilang, nyeri ulu hati, hingga mata dan kulit menguning. Jika diketahui gejala itu muncul, usahakan untuk mendapatkan penanganan medis dengan segera. 

Baca Juga: Dear Ladies, Sering Nyeri Haid? Coba Perhatikan Asupan Ini

Pencegahan serta Peringatan Sebelum Mengonsumsi Cataflam

Sebelum mengonsumsi cataflam, pastikan untuk mendapatkan nasihat medis terlebih dahulu dari dokter. Jangan mengonsumsi obat tersebut jika memiliki alergi pada obat yang mengandung diclofenac potassium, aspirin, maupun obat jenis NSAID lainnya. Tuturkan pula segala obat, suplemen, vitamin, produk herbal yang tengah dikonsumsi, maupun masalah kesehatan saat ini pada dokter agar dapat memantau reaksi cataflam. 

Obat ini juga dapat menyebabkan kantuk serta pusing sehingga pemakai dilarang melakukan kegiatan yang membutuhkan konsentrasi tinggi seperti mengemudi dan membuat kulit lebih sensitif saat terpapar sinar matahari. Lansia juga lebih rentan terkena efek samping dari cataflam sehingga penggunaannya harus secara penuh diawasi oleh ahli medis.

Gejala yang Muncul Akibat Overdosis Cataflam

Jika tidak mengikuti anjuran, akan muncul kemungkinan gejala overdosis cataflam seperti: 

  1. Gelisah.
  2. Penglihatan dan kesadaran terganggu.
  3. Merasa bingung.
  4. BAB atau muntah berdarah.
  5. Depresi.
  6. Kulit gata.
  7. Kesulitan bernapas, dan berbagai masalah kesehatan lainnya. 

Yang pasti, selalu cari pertolongan medis saat mengetahui bahwa dosis pemakaian melebihi aturan yang diberikan oleh dokter ataupun aturan yang telah disebutkan sebelumnya.

Selalu Konsultasikan Terlebih Dahulu Penggunaan Cataflam dengan Dokter

Memiliki efek samping dan interaksi dengan obat maupun kondisi kesehatan, penggunaan obat cataflam harus senantiasa dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Jika dilakukan dengan sembarangan, obat ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang mungkin lebih parah daripada yang sudah diderita. Jadi, selalu minta nasihat dokter sebelum mengonsumsi obat ini, baik secara rutin maupun untuk beberapa waktu tertentu.

Baca Juga: 7 Cara Tepat Mengatasi Nyeri Haid Bagi Wanita Pekerja