Menguak Catatan Sejarah Banjir Jakarta dari Zaman Belanda dan Penyebabnya

Momen tahun baru kali ini jadi catatan tersendiri dalam sejarah Ibu Kota Jakarta dan sekitarnya. Hujan berkepanjang terjadi 31 Desember 2019 petang hingga keesokan harinya, 1 Januari 2020 telah membirukan suasana menyambut tahun baru.

Volume curah hujan tinggi tak tertampung lagi, banjir pun menerjang wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Tapi sebagian besar masyarakat tak heran dengan bencana alam ini.

Katanya, banjir Jakarta memang sudah ‘langganan’! Tak sedikit orang meyakini banjir Jakarta adalah ‘agenda lima tahunan’.

Artinya bukan kali ini saja warga Ibu Kota harus berhadapan dengan air bah yang merendam rumah dan menghanyutkan barang-barang, bahkan menelan korban jiwa. Ada sederet peristiwa yang sama di beberapa periode tahun sebelumnya.

Bahkan konon banjir Jakarta itu sudah terjadi sejak zaman penjajahan Belanda. Benarkah demikian? Untuk lebih jelasnya, simak ulasan Cermati.com berikut ini.

Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!

Bandingkan Asuransi Kesehatan Terbaik!  

Kata BMKG Soal Hujan yang Bikin Banjir Bandang di Awal 2020

loader
Ilustrasi hujan

Apa sih yang memicu banjir ‘rutin’ di area Jakarta dan sekitar ini?

Terlepas dari faktor lain, salah satunya pengaturan tata letak kota yang kurang baik, curah hujan turut andil dalam banjir di wilayah ibu kota dan sekitarnya. Curah hujan ekstrim dan air tak tertampung dengan baik membuat area-area ini langgaran banjir.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) seperti dikutip dari DetikNews menyebutkan, curah hujan memicu terjadinya banjir di Jakarta dan sekitarnya. Bahkan curah hujan kali ini merupakan tertinggi dibanding lebih dari 1,5 abad lalu.

Begini catatannya:

  • 1866: Curah hujan 185,1 mm/hari
  • 1918: Curah hujan 125,2 mm/hari
  • 1979: Curah hujan 198 mm/hari
  • 1996: Curah hujan 216 mm/hari
  • 2002: Curah hujan 168 mm/hari
  • 2007: Curah hujan 340 mm/hari
  • 2008: Curah hujan 250 mm/hari
  • 2013: Curah hujan >100 mm/hari
  • 2015: Curah hujan 277 mm/hari
  • 2016: Curah hujan 100-150 mm/hari
  • 2020: Curah hujan 377 mm/hari

Tapi, curah hujan yang tinggi tentunya bukan penyebab utama banjir di kota padat penduduk ini. Apa biang penyebab Jakarta dan sekitar ini langganan banjir?

Baca Juga: Pilih Jenis Asuransi ini biar Mobil Kena Banjir Ditanggung Asuransi

Biang Keladi Banjir Jakarta

loader
Ilustrasi pemukiman di sepanjang tepi sungai

Masalah yang kompleks jadi pekerjaan rumah Ibu Kota. Seperti yang pernah Kompas.com beritakan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan, penyebab utama banjir di Jakarta adalah:

1. Kesalahan tata ruang Ibu Kota.

Seharusnya Jakarta perlu punya 2 area untuk menanggulangi banjir, yakni:

  • Ruang hijau untuk resapan air di daerah selatan Jakarta
  • Ruang biru untuk menampung air di kawasan utara Jakarta

Menurut Peneliti Senior Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Jan Sopaheluwakan, kawasan itu rusak karena bangunan yang padat dan tidak terkelola dengan baik di hampir seluruh wilayah Jakarta.

“Inti dari bencana banjir di Jakarta adalah pada pengelolaan kepadatan tata ruang,” kata Jan seperti dikutip dari Kompas.com.

2. Penurunan tanah

Disebutkan, penurunan tanah di wilayah Ibu Kota dikarenakan terjadinya pendangkalan sungai di area tengah Jakarta. Ini akibat dari penyedotan air tanah di wilayah tengah Jakarta, sehingga membuat daerah selatan dan utara Jakarta memiliki permukaan tanah lebih tinggi.

Penurunan tanah di Jakarta tersebut membuat sungai-sungai dangkal sehingga endapan kasar di tengah dan berpengaruh pada drainase yang kecil.

3. Sumbatan dari sampah

Siapa yang tak tahu betapa banyaknya sampah di Jakarta. Mau tak mau, sampah ikut andil sebagai penyabab banjir Jakarta.

Menurut Anggota Dewan Riset Daerah Provinsi DKI Jakarta ini, drainase yang kecil akibat endapan kasar itu diperparah dengan banyaknya sampah yang semakin menyumbat saluran pembuangan (drainase).

Akumulasi dari Kesalahan Masa Lalu

Masih seperti dikutip dari Kompas.com, Pengamat Tata Kota, Edward Sihombing, menilai bahwa banjir yang masih terus mengancam Jakarta hampir setiap tahunnya akibat kesalahan penataan ruang dan bangunan selama bertahun-tahun. Untuk itu, Jakarta dinilai harus melakukan moratorium dan audit izin bangunan.

Baca Juga: Waspada Banjir, Ini Hal yang Perlu Diperhatikan saat Banjir

Banjir Jakarta Sudah Terjadi sejak Zaman Belanda

loader
Penampakan banjir zaman Belanda

Menurut catatan sejarah, banjir di Jakarta sebenarnya sudah terjadi sejak 3 abad lalu. Kala itu Ibu Kota masih bernama Sunda Kelapa. Seperti dikutip dari laman Historia, berikut rentetan banjir di Jakarta yang sudah terjadi sejak abad 17.

1. Banjir Jakarta Era VOC Tahun 1600-an

Sekitar tahun 1600-an, zaman Belanda. Kala itu, Pieterszoon Coen menjabat sebagai Gubernur Jenderal VOC membangun kanal dan sodetan Kali Ciliwung untuk mengatasi banjir.

2. Banjir Jakarta Era VOC Tahun 1918

Ternyata, banjir masih menghampiri pusat perkotaan zaman pemerintahan Gubernur Jenderal VOC Johan Paul van Limburg Stirum. Kemudahan pada 1920 dibangunlah Kanal Banjir Barat yang dimulai dari Pintu Air Manggarai hingga Muara Angke. Sepanjang tahun 1913-1927, pemerintah Belanda mengeluarkan sekitar 288.307 gulden.

3. Banjir Jakarta Tahun 1960-1976

Indonesia dinyatakan merdeka tahun 1945. Namun tidak dengan banjir. Banjir masih terus menerjang. Pada tahun 1965, Ibu Kota kembali diterjang banjir.

Pada 1972, pemerintah Indonesia membentuk Proyek Pengendalian Banjir Jakarta Raya, yang kala itu Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin membangun waduk dalam kota serta membuat saluran baru di Cengkareng dan Cakung, bersama Netherlands Engineering Consultants.

4. Banjir Jakarta Tahun 2000-an

Banjir masih saja terus menyambangi Jakarta hingga tahun 2000-an. Era Gubernur Sutiyoso, Ibu Kota Jakarta kembali dilanda banjir besar pada tahun 2002 dan 2007. Banjir bandang kala itu embuat tanggul Banjir Kanal Barat (BKB) aliran Kali Sunter jebol.

5. Banjir Jakarta Tahun 2012

Tak heran bila warga menyebutnya banjir langganan. Pada tahun 2012 di era peralihan Gubernur Fauzi Bowo dengan Joko Widodo, Jakarta harus menerima kenyataan yang sama menghadapi banjir tahunan ini, meski upaya penanggulangan terus dilakukan.

6. Banjir Jakarta Tahun 2015

Banjir bandang tetap menyambangi warga kota Jakarta di tahun 2015. Saat itu, Gubernur DKI Jakarta adalah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terus melakukan penataan kota dengan memperlebar pembangunan sepanjang kali Ciliwung dan memperbaiki Banjir Kanal Barat dan membangun Banjir Kanal Timur.

7. Banjir Jakarta Tahun 2020

Di tahun milenium ini, di bawah kepemimpinan Gubernur DKI Anies Baswedan, Jakarta masih harus rela menerima kenyataan banjir bandang kembali menerjang. Curah hujan yang tinggi dan penataan kota yang tak kunjung seperti harapan serta berbagai masalah kompleks lainnya membuat Ibu Kota kembali terendam banjir.

Akankah Jakarta Benar-Benar Terbebas dari Banjir?

loader
Kota Jakarta

Pertanyaan akankah Jakarta bisa terbebas dari banjir memang cukup sulit terjawab. Bagaimana bisa? Lihat saja bagaimana rentetan sejarah banjir yang sudah berabad-abad ini melanda Jakarta. Terlebih lagi dengan kondisi Ibu Kota yang saat ini seolah sulit untuk ‘diperbaiki’. Kalau bisa dibilang, masalah Jakarta sudah terlalu kompleks. Tak heran bila Ibu Kota memang harus dipindah ke Kalimantan Timur.

Baca Juga: Ibu Kota Baru Kalimantan Timur: Desain, Jadwal Pindah, dan Sayembara!