Yuk Kenali Apa Itu Risiko Investasi dan Jenis-Jenisnya

Investasi adalah salah satu kegiatan mengelola keuangan yang sebaiknya rutin dilakukan secara teratur, terutama di pandemi sekarang ini. Tujuan investasi memang tidak lain dan tidak bukan untuk melipatgandakan kekayaan dalam jangka waktu tertentu. Jenis instrumen investasi yang tersedia sekarang ini juga cukup beragam. Beberapa diantaranya yang cukup umum dipilih oleh masyarakat adalah saham, reksadana, properti, obligasi, emas, deposito dll.

Diantara berbagai instrumen investasi yang dipilih, kamu perlu tahu bahwa investasi memiliki keuntungan dan risiko masing-masing. Risiko investasi dapat terjadi pada instrumen investasi apapun dengan tingkatan yang berbeda-beda. Perlu dipahami juga, risiko dalam dunia investasi merupakan hal yang wajar, sehingga tingkat keuntungan atau imbal hasil dama sebuah portofolio investasi secara tidak langsung dipengaruhi oleh berbagai jenis risiko.

Nah supaya kamu lebih paham lagi, pada pembahasan berikut ini Cermati.com akan membahas tentang risiko investasi dan beberapa jenis-jenisnya secara umum ya. Yuk kita simak pembahasannya berikut ini.

Pengertian Risiko Investasi

Risiko investasi adalah potensi kerugian yang dapat dialami investor dari kegiatan investasi. Artinya imbal hasil atau keuntungan investasi bisa tidak sesuai dengan ekspektasi karena berbagai faktor.

Pada umumnya, return dan risiko investasi selalu berbanding lurus. Semakin besar return tingkat keuntungan sebuah instrumen investasi yang ditawarkan, maka risikonya juga akan semakin besar juga risikonya. Sebaliknya, apabila tingkat keuntungan yang ditawarkan sebuah instrumen investasi semakin kecil, maka risikonya juga semakin kecil.

Nah, buat kamu yang ingin terjun investasi, sebagai investor penting untuk mengenali profil risiko masing-masing. Hal ini berguna untuk dapat memilih instrumen investasi paling tepat dengan kebutuhan dan profil risiko.

Jenis-Jenis Risiko Investasi

Di dalam dunia investasi, ada 2 jenis risiko investasi yang secara umum terbagi berdasarkan beberapa faktor, yaitu:

1. Risiko Sistematis (Systemic Risk)

Risiko sistematis adalah jenis risiko investasi yang terkait dengan seluruh pasar atau segmen pasar. Berdasarkan berbagai faktor yang mempengaruhi, risiko sistematis tergolong sebagai risiko yang tidak dapat dikendalikan

Risiko sistematis pada dasarnya tergolong sebagai jenis risiko yang tidak terukur. Dampak dan penyebabnya bisa menular dari satu lembaga atau entitas ke yang lain dengan cepat. Risiko sistematis ini juga bisa dibilang cukup berdampak dan disebabkan oleh kondisi keuangan suatu negara.

Jenis-Jenis Risiko Sistematis (Systemic Risk)

  • Risiko Suku Bunga: Risiko yang muncul ketika terjadi fluktuasi suku bunga (BI Rate) di bank. Jenis investasi yang cukup terdampak dari risiko ini adalah investasi pendapatan tetap. Performa instrumen investasi pendapatan tetap seperti obligasi biasanya akan memburuk jika suku bunga (BI Rate) mengalami peningkatan.

    Contoh risiko suku bunga: Suku bunga acuan (BI Rate) meningkat sejak periode tertentu.

  • Risiko Pasar: Risiko yang muncul karena penurunan nilai investasi akibat perubahan sentimen pada pasar keuangan. Pada dasarnya, risiko pasar merupakan salah satu risiko yang pasti akan dialami oleh semua investor dan tak dapat dihindari. Perubahan sentimen atau trend saham maupun obligasi, tentunya akan mengakibatkan terjadinya fluktuasi Nilai Aktiva Bersih (NAB) suatu portfolio investasi, seperti reksadana.

    Contoh risiko pasar:

    • Laporan keuangan sebuah perusahaan yang hasilnya buruk ketika dirilis ke publik, sehingga mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut.
    • Pandemi virus Covid-19 sejak tahun 2020 lalu yang menyebabkan kondisi pasar menjadi lesu sehingga berdampak negatif ke berbagai perusahaan atau bisnis.
  • Risiko Tukar Mata Uang: Risiko yang terjadi ketika nilai tukar mata uang suatu negara mengalami fluktuasi signifikan terhadap nilai tukar mata uang negara lain. Dalam konteks negara Indonesia, artinya fluktuasi nilai mata uang asing yang mempengaruhi nilai tukar Rupiah.

    Contoh risiko nilai tukar mata uang: Nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan terhadap mata uang Dolar Amerika. Semakin banyak uang Rupiah yang harus dikeluarkan untuk membeli Dolar Amerika, maka semakin lemah nilai tukar Rupiah.

  • Risiko Situasi Suatu Negara: Risiko yang muncul karena adanya perubahan situasi dalam sebuah negara. Perubahan situasi ini misalnya kegiatan politik, perubahan peraturan atau perundang-undangan yang mempengaruhi iklim ekonomi atau investasi, bencana alam, terorisme, dll.

    Contoh risiko ini misalnya:

    • Demo pilpres Mei 2019 lalu yang berdampak pada pasar saham dan IHSG yang melemah.
    • Kebijakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga yang memperkuat IHSG di kuartal 4 2022.

2. Risiko Tidak Sistematis (Unsystemic Risk)

Risiko sistematis adalah jenis risiko investasi yang tidak terkait dengan seluruh pasar atau segmen pasar. Jenis risiko ini biasanya juga disebut sebagai risiko perusahaan dan terkait dengan industri atau keamanan tertentu saja. Risiko tidak sistematis tergolong sebagai risiko yang dapat dikendalikan

Risiko tidak sistematis tergolong sebagai jenis risiko yang terukur. Dampak dan penyebab risiko tidak sistematis pada umumnya tidak terlalu berdampak ke lembaga atau entitas lain dengan cepat. Sebagai investor, risiko tidak sistematis juga bisa diminimalisir dengan melakukan diversifikasi portofolio investasi.

Jenis-Jenis Risiko Tidak Sistematis (Systemic Risk)

  • Risiko Likuiditas: Risiko yang terjadi ketika pengelola dana, perusahaan, atau suatu institusi penerbit produk investasi mengalami kesulitan menyediakan uang tunai pada periode waktu yang sudah ditentukan. Akibatnya, investor akan sulit mencairkan dana tunai dari sebuah instrumen investasi ketika dibutuhkan.

    Contoh Risiko Likuiditas: Kasus dana talangan bank Century pada tahun 2008 lalu yang menyebabkan masalah likuiditas aset yang sulit dicarikan ke para nasabahnya.

  • Risiko Reinvestasi: Risiko yang disebabkan ketika seorang investor mengalihkan dana dari suatu instrumen atau produk investasi ke yang lainnya. Tak menutup kemungkinan hal ini akan menimbulkan beberapa risiko. Salah satunya adalah arus kas investasi tersebut menghasilkan hasil yang lebih rendah dibanding sebelumnya.

Baca Juga: Mengenal Apa Itu Pasar Modal dan Jenis Instrumen Pasar Modal dalam Dunia Investasi

Cara Mengurangi Risiko Investasi

loader
Manajemen risiko investasi

Setelah memahami berbagai jenis risiko investasi, langkah selanjutnya yang perlu kamu lakukan adalah melakukan manajemen risiko investasi sesuai profil risiko kamu. Berikut beberapa cara yang bisa dicoba:

  • Sisihkan dana sesuai kemampuan dan modal.
  • Pastikan punya tujuan investasi yang jelas.
  • Terus belajar dan perdalam ilmu investasi.
  • Lakukan diversifikasi investasi.

Dari keempat poin di atas, poin terakhir mengenai diversifikasi investasi cukup penting untuk digarisbawahi ya Sobat Cermat. Setiap investor sangat disarankan memilih jenis instrumen investasi yang tepat berdasarkan profil risiko masing-masing. Pada artikel Cermati sebelumnya tentang tipe-tipe investor berdasarkan profil risiko, kita tahu bahwa ada beberapa rekomendasi instrumen investasi yang tepat sesuai dengan profil risiko masing-masing.

Tipe InvestorToleransi RisikoRekomendasi Instrumen Investasi
Sangat Konservatif Sangat Rendah

Deposito

Tabungan Berjangka

Emas

Konservatif Rendah

Reksadana Pasar Uang

Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Moderat Menengah

Reksadana Pendapatan Tetap

Reksadana Campuran

Obligasi

Agresif Tinggi

Saham

Reksadana Saham

Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya!

Mulai Berinvestasi Sekarang!  

Risiko investasi pada dasarnya bisa diminimalisir dengan tidak menaruh semua dana investasi ke dalam satu keranjang saja. Usahakan memiliki berbagai macam portofolio investasi supaya risiko bisa terbagi dengan efektif. Misalnya kamu tertolong sebagai investor tipe agresif dan sudah mulai berinvestasi saham. Alokasikan 60% dana investasi pada saham-saham yang bagus, kemudian 40% sisanya ditempatkan di instrumen dengan risiko lebih rendah, seperti deposito atau reksadana pasar uang.

Di zaman sekarang, terutama di era pandemi, berbagai faktor yang menyebabkan ketidakpastian ekonomi akan semakin banyak. Mungkin ada 1 jenis instrumen investasi lain yang tetap memberi keuntungan, namun belum tentu yang lainnya juga bisa mengikuti.

Jangan lupa juga, selalu tetap tenang dalam menghadapi apapun risiko yang terjadi. Ketika pasar saham anjlok misalnya, kamu tidak lantas panik. Jangan sampai ikut-ikutan langsung menjual saham-saham yang mengalami penurunan tajam demi menghindari kerugian terlalu besar atau membuat keputusan investasi yang buruk karena kurang melakukan analisa.

Asal kamu tahu, penurunan nilai aset dalam suatu instrumen investasi itu ada batasnya. Jadi hindari sikap panik, karena kepanikan akan membawa kamu pada keputusan investasi yang tidak tepat.

Baca Juga: Masih Nabung Aja? Yuk Pahami Dulu Pengertian, Konsep, Manfaat, dan Jenis Investasi

Selalu Pahami dan Kelola Risiko Investasi Kamu

Risiko investasi akan selalu ada. Pastikan kamu terus mempelajari, mengukur, dan mengelola risiko investasi dengan benar serta tepat.

Dengan melakukan analisa dan diversifikasi kamu akan mampu mengantisipasi berbagai risiko investasi yang mungkin muncul, dan bisa memperoleh hasil investasi maksimal. Jangan pernah percaya dengan iming-iming keuntungan investasi besar, namun risikonya kecil. Semoga bermanfaat!