Ternyata Ada KDRT Keuangan dalam Rumah Tangga, Apa Itu?

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sering diartikan sebagai bentuk kekerasan fisik maupun seksual kepada pasangan. Tetapi ternyata, dalam keuangan pun, bisa terjadi KDRT.

Ini bukan lelucon. Faktanya memang ada KDRT keuangan dalam kehidupan berumah tangga. Namun biasanya bersifat privasi. “Tetangga” tidak tahu, maklum urusan rumah tangga orang.

Lalu seperti apa KDRT keuangan itu? Simak penjelasannya berikut ini.

Baca Juga: Keuangan Anda Sehat? Jawab Dulu 6 Pertanyaan Ini

Bingung cari Kartu Kredit Terbaik? Cermati punya solusinya!

Bandingkan Produk Kartu Kredit Terbaik!  

loader
KDRT Keuangan dalam rumah tangga

Pengertian KDRT Keuangan

KDRT keuangan mengarah pada kekerasan keuangan. Seseorang melarang pasangannya untuk merdeka secara finansial, baik memperoleh, menggunakan, hingga menyimpan pendapatan yang diperolehnya.

Kekerasan ini bisa disebabkan karena seseorang ingin membuat pasangannya tunduk secara finansial. Lantaran tidak punya penghasilan, mau tidak mau harus ikut perintah atau apa yang dikatakan pasangannya meski menyiksa dirinya.

Ciri-Ciri KDRT Keuangan

Jika kamu menerima perlakuan seperti ini oleh pasangan, maka bisa dikatakan kamu mengalami KDRT keuangan.

1. Dilarang bekerja oleh pasangan

Sadar atau tidak, seringkali seseorang melarang pasangannya untuk bekerja dengan berbagai alasan. Dari mulai yang sederhana seperti agar fokus mengurus suami dan anak, bahkan sampai yang lebay agar pasangan tidak selingkuh.

Padahal yang terjadi sebenarnya adalah melarang pasangannya bekerja, karena tidak ingin punya jabatan dan gaji yang lebih tinggi.

2. Berkuasa dalam mengatur atau mengelola uang

Meski kebutuhan rumah tangga dibiayai penuh oleh suami lantaran istri tidak bekerja, bukan berarti suami punya hak lebih besar dalam mengelola atau menggunakan uang.

Istri semestinya punya hak yang sama dalam penggunaannya. Apalagi kalau ternyata suami melarang tegas istrinya bekerja. Selain jatah untuk keluarga, suami juga perlu memberi jatah untuk sang istri, seperti belanja kosmetik, baju, dan lainnya. 

3. Mengambil keputusan keuangan secara sepihak

Ciri-ciri KDRT keuangan selanjutnya adalah mengambil keputusan yang menyangkut keuangan secara sepihak. Pokoknya jatah uang bulanan sekian rupiah, harus cukup.

Kalau tidak cukup, menjadi tanggung jawab istri misalnya. Ini sih sudah keterlaluan. Apalagi jika sudah punya dua anak atau lebih, dan mungkin saja ada orangtua yang tinggal bersama kamu. 

4. Keuangan untuk pribadi, bukan bersama

Namanya juga sudah suami istri, uang yang diperoleh menjadi milik bersama. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.

Kalau salah satu tidak bekerja, maka tidak bisa berbuat apa-apa, selain menunggu belas kasihan pasangan. Penghasilan sepenuhnya menjadi milik orang yang bekerja. 

5. Semua aset atas namanya sendiri

KDRT keuangan juga bisa terlihat dari kepemilikan aset. Meminta dengan paksa kepada pasangannya agar seluruh aset atas namanya sendiri.

Tidak ada pembagian yang jelas dan adil, misalnya mobil atas nama suami, rumah atas nama istri, atau lainnya. Hal ini akan merugikan salah satu pihak bila nantinya berpisah atau bercerai terkait harta gono gini.

Baca Juga: 4 Langkah Cerdas untuk Hindari Krisis Keuangan di Masa Pandemi

loader
Jangan biarkan KDRT Keuangan menindas Anda

Cara Mengatasi KDRT Keuangan

KDRT keuangan pada dasarnya bisa diatasi agar tidak menjadi gunung es yang siap meledak:

1. Pahami hukum tentang pernikahan

Aturan mengenai kekerasan rumah tangga, baik secara fisik, seksual, maupun keuangan ada undang-undang KDRT. Jika pasangan melanggar apa yang tercatat dalam hukum pernikahan, laporkan ke pihak berwajib.

2. Diskusikan sesering mungkin

Membicarakan masalah keuangan dengan pasangan jauh lebih baik daripada membiarkannya berlalu. Khawatir tiba-tiba ada masalah keuangan besar, kamu yang disalahkan pasangan. 

Luangkan waktu untuk diskusi bersama membahas tentang kondisi keuangan yang sebenarnya. Dengan begitu, akan dapat saling menghargai, menghormati, dan bertanggung jawab dalam menggunakan uang.

3. Memahami, tapi tidak dibodohi

Terkadang, pasangan bersikap egois dan seenaknya karena merasa itu uangnya. Bisa juga karena sedang ada masalah lain, sehingga sikapnya jadi gak karuan.

Sebagai pasangan, cobalah memahami kondisi ini agar KDRT keuangan yang pasanganmu lakukan tidak semakin parah. Setidaknya kamu tahu arus kas masuk dan keluar pasangan, jadi kamu tidak gampang dibodohi.

4. Bersikap independen setiap waktu

Boleh tidak bekerja, tapi pastikan punya tabungan sendiri. Menabung dari uang pemberian suami setiap bulan. Jadi kalau ada kebutuhan untuk kepentinganmu atau anak, tidak melulu bergantung pada keuangan suami.

Baca Juga: Ingin Hidup Enak Tanpa Mengandalkan Gaji Bulanan? Begini Tipsnya!

Katakan Tidak Pada KDRT Keuangan

Apapun yang namanya KDRT tidak dibenarkan, termasuk dalam urusan keuangan. Itu sama saja menyakiti pasangan. Bila kamu menerima perlakuan KDRT keuangan, jangan hanya diam. Berani mengatakan tidak agar tidak terus ditindas.

Baca Juga: 6 Tips Mengelola Keuangan Pasca Putus Cinta