Profil Lo Kheng Hong, Miliarder Saham Indonesia yang Pernah Hidup Susah

Di era modern seperti sekarang ini, masih banyak orang berpikir bahwa karier mapan dengan gaji besar merupakan jalan untuk meraih kesuksesan. Padahal untuk mendapatkan semua itu, Anda harus bekerja keras, menguras otak dan tenaga selama bertahun-tahun.

Tapi coba lihat Lo Kheng Hong, hanya dengan duduk manis, bersantai di rumah, bahkan sambil tidur pun, pundi-pundi uang terus mengalir ke kantongnya. Apa resepnya? Ya dengan berinvestasi di pasar modal. LKH begitu panggilan akrabnya mengaku, menikmati hidup sederhana, walaupun faktanya bergelimang kekayaan senilai triliunan rupiah.

Pria berusia 59 tahun itu tidak punya atasan, bawahan atau karyawan, maupun kantor seperti para pengusaha lain. Kekayaan Lo Kheng Hong berasal dari kepiawaian dan konsistensinya dalam investasi saham. Tak heran bila LKH dijuluki sebagai Warren Buffett-nya Indonesia.

Di balik cuan yang menumpuk, Pria keturunan Tionghoa ini memiliki kisah hidup yang sangat berbeda dengan Warren Buffett. Yuk, intip perjalanan hidup Lo Kheng Hong seperti dikutip dari berbagai sumber.

Baca Juga: Mau Investasi Saham? Ini Sektor yang Menguntungkan di 2019

Bingung cari Kartu Kredit Terbaik? Cermati punya solusinya!

Bandingkan Produk Kartu Kredit Terbaik!  

Berasal dari Keluarga Miskin

loader
Lo Kheng Hong via wikipedia.org

Miliarder Warren Buffett lahir dari keluarga mampu. Saat itu, ayahnya seorang anggota dewan perwakilan di Amerika Serikat (AS). Sementara Crazy Rich Indonesia, Lo Kheng Hong terlahir dari keluarga kurang mampu. Masa kecil LKH begitu memprihatinkan karena harus tinggal di sebuah rumah petak.

Setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), LKH tidak lantas melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah lantaran keadaan ekonomi. Pria kelahiran 20 Februari 1959 itu, terpaksa bekerja sebagai staf Tata Usaha di Overseas Express Bank (OEB).

Barulah di usia 20 tahun, Lo Kheng Hong kuliah di Universitas Nasional, jurusan Sastra Inggris. Ia mengambil kelas malam. Saat itu, biaya masuk perguruan tinggi sebesar Rp50 ribu, sedangkan biaya kuliahnya Rp10 ribu. Nominal yang kecil untuk saat ini, tapi begitu besar di masa itu.

Mulai Investasi Saham

Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh Prasetiya Mulya (@pmbs_id) pada

via Instagram Prasetiya Mulya Business School (PMBS)

Lo Kheng Hong harus pintar membagi waktu antara bekerja dan kuliah. Meskipun begitu, satu hal yang tak pernah ia lupakan, yakni menabung dan hidup sederhana. Keterbatasan ekonomi tak membuatnya kecil hati, apalagi putus asa untuk mengubah nasib menjadi orang sukses. LKH mulai menyisihkan gajinya untuk investasi saham.

Sedikit demi sedikit mengumpulkan cuan, lalu membeli saham-saham perusahaan terbuka alias emiten di pasar modal. Waktu itu usianya 30 tahun. Pengalaman ini beda juga dengan Warren Buffet yang mulai masuk ke pasar modal membeli saham ketika usia 11 tahun.

Namanya baru terjun investasi saham, bukannya untung, Lo Kheng Hong malah buntung. Awalnya ia sempat mengalami kerugian. Ia masih ingat saham pertama yang didekap adalah saham PT Gajah Surya Multi Finance Tbk. LKH membelinya saat emiten tersebut penawaran saham perdana (IPO/Initial Public Offering) pada tahun 1989.

Namun karena harga sahamnya turun, LKH terpaksa menjual saham tersebut dengan harga yang lebih rendah dibanding saat membeli. Oleh sebab itu, ia merugi. Gagal sekali, tak bikin Warren Buffett Indonesia ini kapok. Ia rajin mempelajari dan membaca arah pasar modal, termasuk saham-saham emiten yang memiliki prospek cerah.

Memutuskan Berhenti Bekerja

loader
Lo Kheng Hong Memutuskan Berhenti Bekerja via swa.co.id

Bekerja selama lebih dari 10 tahun di OEB, nyatanya tak berhasil mengangkat Lo Kheng Hong ke jabatan yang lebih tinggi. Sampai akhirnya, ia pindah ke Bank Ekonomi pada tahun 1990. Bekerja satu tahun, LKH kemudian diangkat Kepala Cabang di bank tersebut. Itu artinya kenaikan gaji baginya. Kalau naik gaji, berarti semakin banyak uang yang bisa disisihkan untuk investasi saham.

Waktu terus berjalan, dan sudah 6 tahun bekerja di Bank Ekonomi, Lo Kheng Hong mengambil keputusan berhenti bekerja di tahun 1996. LKH mengundurkan diri dari pekerjaannya karena ingin fokus investasi saham.

Baca Juga: 8 Artis Ini Makin Tajir Berkat Investasi Saham

Menjadi Miliarder

loader
Lo Kheng Hong Menjadi Miliarder via blog.stockbit.com

Waktu Lo Kheng Hong untuk meninjau pasar saham semakin banyak, setelah berhenti bekerja sebagai pegawai. Ia terus belajar, memperkaya diri dengan ragam informasi seputar saham, industri pasar modal dalam maupun luar negeri. Hasilnya, LKH semakin hebat bermain saham. Hal itu ditandai dengan kenaikan atau peningkatan aset, keuntungan, maupun kekayaannya.

Beberapa saham yang paling menguntungkan LKH, di antaranya saham MBAI, PNLF, dan RIGS. MBAI adalah kode emiten PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk, sebuah perusahaan ternak ayam kedua terbesar di Indonesia. Awal ceritanya, di tahun 2005, LKH mempelajari seluk beluk perusahaan tersebut dan menyadari bahwa nilai perusahaan dan harga saham MBAI tidak sebanding. Harga saham yang ditawarkan dianggap terlalu murah untuk perusahaan sekelas MBAI. Namun, tidak banyak orang yang menyadarinya dan LKH adalah orang yang melihat prospek tersebut.

Lo Kheng Hong membeli saham MBAI seharga Rp250 per lembar pada tahun 2005 dan menjualnya dengan harga Rp31.500 per lembar saham pada tahun 2011. Itu berarti, dari seluruh pembelian tersebut (8,28% dari total seluruh saham MBAI di pasaran), LKH mengantongi keuntungan 12.500% atau melonjak 126 kali lipat dari harga awal.

Saham berikutnya yang mengantarkan LKH menjadi miliarder, adalah PNLF. Kode emiten PT Panin Financial Tbk yang dibelinya saat masih dibanderol seharga Rp100 per lembar saham. Saat itu, Pria  yang gemar mencari saham-saham potensial ini membeli sebanyak 850 juta lembar atau setara dengan Rp85 miliar. Setelah 1,5 tahun, LKH menjual saham tersebut 2,6 kali lipat dari harga awal. Keuntungannya 160% dengan harga Rp260 per lembar saham. Total penjualannya Rp221 miliar, sehingga LKH meraup untung sekitar Rp136 miliar.

Saham ketiga, RIGS kode emiten dari PT Rig Tenders Indonesia Tbk, sebuah perusahan pelayaran di Indonesia. Ia membeli saham tersebut seharga Rp800 per lembar, dan kemudian menjualnya seharga Rp1.350 per lembar dalam waktu kurang dari setahun. Tiga saham tersebut baru beberapa contoh, sementara LKH mengoleksi banyak saham potensial yang dapat memberinya keuntungan lebih besar.

Investasi, Bukan Trading

loader
Investasi Saham Bukan Trading

Banyak orang tidak mengetahui perbedaan istilah investasi dan trading. Asal tahu, yang dilakukan Lo Kheng Hong adalah investasi saham, bukan trading karena ia menyimpan saham-saham tersebut dalam jangka waktu cukup lama, antara waktu pembelian dan penjualan. Sayangnya, banyak orang yang terjun ke pasar modal, khususnya saham hanya tergiur keuntungan dalam waktu singkat. Itulah yang dinamakan trading.

Menurut Lo Kheng Hong, menjadi seorang trader dapat membuat stres karena harus terus memantau harga saham dalam hitungan hari, bahkan jam. Ketika harga dirasa sudah cukup naik, mereka langsung menjual dengan cepat saham tersebut walaupun keuntungannya belum begitu besar. Seorang trader juga harus terus memantau perkembangan dan mewaspadai berbagai macam gosip, termasuk berita-berita yang menerpa perusahaan yang sahamnya dimiliki trader.

Lo Kheng Hong menyarankan, sebelum membeli saham sebuah perusahaan, investor harus diperhitungkan dengan sangat cermat. Salah satunya melihat jajaran direksi yang akan membawa perusahaan berkembang, atau malah justru sebaliknya. Selain itu, Anda harus mampu memperkirakan nasib dari bisnis yang dijalani perusahaan tersebut beberapa tahun mendatang.

Hidup dalam Kesederhanaan

loader
Lo Kheng Hong Tetap Hidup Dalam Kesederhanaan via kontan.co.id

Walaupun menggenggam kekayaan hingga triliunan rupiah, gaya hidup Lo Kheng Hong tidak berubah. Ia lebih senang hidup dalam kesederhanaan, bukan kemewahan. Contohnya saja urusan kendaraan. Meski bisa membeli tunggangan mewah, seperti Porsche atau Lamborghini, Lo Kheng Hong masih setia menaiki sebuah mobil merek Volvo. Ia memilikinya sudah lebih dari 10 tahun.

Dalam pemikirannya, barang-barang mewah, seperti mobil menurut LKH tidak perlu terus dibeli karena harganya akan menyusut. Tidak cocok dengan pahamnya sebagai seorang investor. Pria yang punya rutinitas RTI (Reading, Thinking, and Investing) ini senang melakukan perjalanan wisata. Sesekali dalam setahun, Lo Kheng Hong akan plesiran dalam waktu cukup lama, sekitar 2 minggu sampai sebulan ke berbagai tempat untuk wisata dan sekedar menikmati hidup.

Hingga saat ini, Lo Kheng Hong tetap investasi saham. Suatu hal yang begitu dicintainya seumur hidup. Di mana menurut pengakuannya, harta kekayaannya sekarang ini cukup untuk membiayainya seumur hidup.

Belajar Investasi Saham

Lo Kheng Hong merupakan salah satu contoh investor sukses dan meraup untung besar dari pasar modal Indonesia. Kita semua, termasuk Anda bisa belajar pengalaman hidup dan strategi LKH dalam investasi saham. Investasi saham sekarang ini makin mudah, sehingga diharapkan semakin diminati generasi milenial.

Baca Juga: Agar Investasi Saham Makin Meningkat, Hindari Tujuh Kesalahan Besar Investor Ini