Tips Mengelola Keuangan Keluarga Pasca Perceraian

Ketika menjalani kehidupan rumah tangga sebagai pasangan suami istri atau pasutri, tidak sedikit orang yang memiliki sumber pemasukan gabungan atau joint income. Artinya, baik pihak suami atau istri keduanya sama-sama bekerja dan memiliki penghasilan sendiri untuk memenuhi segala kebutuhan bersama. Dengan kondisi keuangan tersebut, kebutuhan hidup berdua tentu bisa lebih mampu diatasi dan dipenuhi.

Tapi, ketika ternyata harus ditakdirkan untuk berpisah atau cerai, mau tidak mau kamu harus kembali hidup mandiri. Dengan kata lain, penghasilan yang didapatkan perlu dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri. Tentunya, perubahan kondisi tersebut perlu disiasati dengan metode pengelolaan keuangan yang berbeda dan disesuaikan.

Jika tidak diantisipasi dengan cara yang tepat, bukan tidak mungkin pengelolaan keuangan akan menjadi berantakan dan berisiko membuat arus kas tak kondusif. Lalu, bagaimana tips mengatur keuangan dengan optimal ketika harus kembali menanggung hidup secara mandiri?

Nah, jika kamu ingin tahu jawabannya, simak tips mengelola finansial yang biasanya banyak perubahan pasca bercerai berikut ini.

Baca juga: Langkah-Langkah Mengajukan Gugatan Cerai ke Pengadilan

Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya!

Mulai Berinvestasi Sekarang!  

Tips Mengelola Finansial Pasca Perceraian

  1. Hitung Kembali Jumlah Aset yang Dimiliki

    loader

    Agar mampu atur keuangan setelah bercerai dari pasangan, hal pertama yang wajib menjadi perhatian utama adalah untuk mencari tahu berapa banyak jumlah aset yang dimiliki. Mengacu pada UU Pasal 35 No.1 Thn.1974 mengenai Perkawinan, dijelaskan jika “Harta benda yang didapatkan selama perkawinan akan menjadi harta milik bersama.” Hal ini dengan gamblang menjelaskan jika saat salah satu dari pihak suami istri akan menjual aset yang didapatkan bersama ketika berstatus rumah tangga, maka ia wajib meminta persetujuan atau izin pasangannya.

    Harta benda yang dimiliki bersama tersebut sering kali dikenal dengan sebutan harta gano-gini, serta bukan tak mungkin jenis harta tersebut menjadi sumber masalah paling utama yang muncul saat pasangan suami istri memutuskan untuk bercerai. Risiko munculnya permasalahan tersebut utamanya terjadi pada pasangan yang tak mempunyai perjanjian pisah terkait kepemilikan harta.

    Walaupun begitu, pada UU Perkawinan No.1 Thn.1994 dijelaskan pula jika terdapat sebagian dari harta yang tak termasuk sebagai harta bersama, antara lain:

    • Harta bawaan yang telah dimiliki oleh masing-masing pihak, baik suami maupun istri ketika belum menikah.
    • Harta perolehan maupun harta milik dari pihak suami ataupun istri pasca menikah serta didapatkan dari wasiat, hibah, atau warisan.

    Saat terjadi proses perceraian, 2 harta tersebut tetap akan menjadi milik pihak masing-masing. Selain dari kedua jenis atau kategori harta tersebut bisa dimasukkan sebagai kelompok harta bersama dan wajib untuk dibagikan saat terjadi perceraian atau perpisahan.

    Guna mencegah risiko terjadinya masalah hukum maupun sengketa di masa mendatang, tidak jarang pasangan suami istri membuat daftar terkait aset yang dimilikinya melalui suatu neraca finansial. Hal tersebut bisa menjadi metode pengelolaan finansial yang sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Tentunya, simpan dengan baik bukti pemilikan aset tersebut guna mengantisipasi munculnya kondisi tak terduga seperti perceraian atau semacamnya.

  2. Prioritaskan Keuangan Setelah Bercerai untuk Lunasi Utang Jika Ada

    loader

    Ketika memiliki utang, tanggungan tersebut tentu dapat menjadi sumber masalah yang pelik di kehidupan pernikahan. Beban utang tersebut bisa memicu masalah, khususnya jika pasutri mengajukan kredit terhadap pembelian aset, contohnya adalah pengajuan KPR dan masih berada pada proses cicilan. Untuk melunasinya, para pasutri tersebut biasanya akan patungan dan menggabungkan penghasilan.

    Sangat disarankan apabila memiliki jenis utang bersama tersebut agar menyelesaikannya dengan menggunakan harta bersama atau gana-gini yang tersedia. Hal tersebut sebaiknya dilakukan sebelum harta milik bersama tersebut dibagikan pasca bercerai.

    Baru ketika beban utang tersebut telah berhasil dilunasi, aset yang bersangkutan bisa dijual. Lalu, hasil dari penjualan aset tersebut bisa dibagi berdua pasca melangsungkan proses perceraian secara merata.

  3. Memiliki Produk Asuransi Jiwa

    loader

    Asuransi Jiwa

    Perlu dipahami bagi pasangan yang bercerai, hal tersebut tak akan mengubah status legal dari buah hatinya. Tergantung dari jumlah harta yang dimiliki oleh orang tuanya, walaupun telah bercerai, anak akan tetap menjadi pihak ahli waris yang sah dan berhak untuk mendapatkan harta warisan.

    Mengetahui hal tersebut, pastikan untuk menjamin kehidupan si kecil dengan mengajukan asuransi. Umumnya, asuransi yang tidak boleh dilewatkan ketika sudah memiliki momongan adalah asuransi jiwa agar mampu memberi proteksi finansial terbaik saat pihak pencari nafkah meninggal dunia atau kehilangan kemampuan mencari penghasilan untuk pihak tertanggung.

    Dengan terlindungi asuransi jiwa, pihak tertanggung bisa mendapatkan uang pertanggungan untuk digunakan memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, siapkan pula asuransi kesehatan guna mengantisipasi risiko menanggung biaya pengobatan di rumah sakit yang begitu besar dan mampu mengacaukan kondisi keuangan. Tak kalah pentingnya, kumpulkan pula dana darurat dengan nominal ideal untuk menyiasati munculnya pengeluaran mendadak dan mendesak sewaktu-waktu.

    Baca Juga: 5 Tips Bagi Harta Gono Gini yang Adil Setelah Bercerai

  4. Penuhi Tunjangan Anak

    loader

    Jika selama menikah telah memiliki momongan, status sebagai orang tua tentu akan selalu melekat pada dirimu. Artinya, hingga anak mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri, memastikan keperluannya tercukupi akan selalu menjadi tanggung jawabmu bersama mantan pasangan ketika sudah bercerai.

    Oleh karena itu, selain memenuhi kebutuhan diri, jangan lupakan pentingnya mencukupi kebutuhan si kecil. Beberapa contoh kebutuhan buah hati yang masih harus ditanggung oleh orang tuanya serta perlu dirinci alokasi kewajibannya adalah kebutuhan harian, akses pendidikan, dan banyak lagi yang lainnya. Kewajiban untuk memenuhi kebutuhan anak ini bahkan ditegaskan pada Undang-Undang dan harus dipatuhi oleh orang tua yang telah bercerai sekalipun.

  5. Minimalkan dan Buang Pengeluaran Tidak Penting

    loader

    Atur Pengeluaran dan Pemasukan

    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kebanyakan pasangan suami istri saat ini umumnya memiliki pekerjaan dan penghasilan sendiri untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga bersama. Dalam kondisi tersebut, kamu tentu perlu menyesuaikan dampak perpisahan dengan pasangan pada kondisi keuangan.

    Karena hanya harus memenuhi kebutuhan sendiri, secara umum jumlah pengeluaran tentu akan berkurang. Walaupun begitu, tergantung dari pengelolaan keuangan selama ini, kamu tetap harus menyesuaikan jumlah penghasilan dengan pengeluaran. Jangan sampai tingkat pengeluaran saat ini lebih besar dibanding pemasukan.

    Agar lebih mudah dalam memantau pengeluaran, kamu bisa membuat catatan arus kas harian, mingguan, atau bulanan sesuai keinginan. Dalam catatan arus kas tersebut, tulis segala jenis pengeluaran, termasuk pemasukan. Utamanya, minimalkan dan bila perlu buang pengeluaran yang tidak penting atau sekadar bersifat konsumtif agar kondisi keuangan menjadi lebih terjaga.

  6. Gunakan Tunjangan Perpisahan dengan Bijak

    loader

    Tunjangan Perpisahan

    Jika masalah tunjangan pada anak telah rampung dicarikan jalan tengah, hal lain yang perlu diperhatikan adalah terkait penggunaan tunjangan perpisahan, khususnya bagi perempuan yang bercerai. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, setelah bercerai, kedua belah pihak akan mendapatkan harta gano-gini.

    Agar mampu menggunakannya dengan bijak dan sesuai kebutuhan, utamakan untuk berhemat hingga memiliki pemasukan yang lebih layak ke depannya. Langkah ini sangat penting untuk dilakukan, khususnya jika sebelumnya kamu rela melepas pekerjaan demi memenuhi kewajiban rumah tangga.

  7. Mulai Tumbuh dan Gandakan Keuangan dengan Investasi

    loader

    Lakukan Investasi

    Hal terakhir yang tak kalah penting untuk diperhatikan agar mampu membangkitkan kondisi keuangan setelah bercerai adalah dengan berinvestasi. Ya, investasi merupakan salah satu cara terbaik agar bisa meraih kondisi finansial yang lebih kondusif di masa mendatang. Pasalnya, dana yang tersimpan di instrumen investasi berpeluang untuk bertumbuh dan berkembang seiring waktu.

    Idealnya, lakukan aktivitas investasi ini dengan memiliki tujuan finansial yang jelas, termasuk jangka waktunya. Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan dana pendidikan anak 5 tahun mendatang, kamu bisa berinvestasi di instrumen berisiko tinggi seperti saham agar mampu mendapat peluang imbal hasil menjanjikan. Sebaliknya, jika tujuan investasi untuk jangka pendek, sebagai contoh 1 sampai 2 tahun mendatang, upayakan memilih instrumen berisiko rendah, seperti deposito atau reksa dana pasar uang.

Baca juga: Cara Daftar Sidang Cerai Online Pakai Aplikasi e-Court

Kondisi Finansial Tetap Stabil Meski Dihantam Badai Perceraian

Siapa sih yang ingin mengalami perceraian? Namun demikian, kenyataan tersebut harus diterima dengan lapang dada dan segera bangkit untuk mengatur keuangan pribadi. Agar kondisi finansial tetap stabil dan bisa segera melanjutkan hidup yang lebih baik meski harus berpisah dengan pasangan.

Dengan begitu, kamu tak harus merasa semakin stres dan tertekan memikirkan segala tanggung jawab yang harus dipikul di masa mendatang. Pastikan setiap aset yang dimiliki tidak bermasalah, dan selesaikan semua kewajiban utang yang ada selama pernikahan.

Termasuk tanggung jawab terhadap anak, baik kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjangnya. Tetap semangat, karena hidup harus tetap berlanjut!

Baca Juga: Cara Daftar Sidang Cerai Online Pakai Aplikasi e-Court