Rapid Test dan Swab Test untuk Diagnosa Virus Corona, Apa Sih Perbedaannya?

Awal tahun 2020, seluruh dunia dihebohkan dengan munculnya sebuah wabah penyakit berbahaya. Ya, virus COVID-19 yang menyebabkan seseorang terjangkit penyakit ini tengah membuat panik masyarakat di dunia. Pasalnya, virus Corona dapat menyebar dengan sangat cepat dan sulit untuk dideteksi. 

Selain itu, virus COVID-19 juga diketahui dapat mengakibatkan kematian bagi banyak orang. Memang, rasio kematian pada penderita penyakit tersebut banyak terjadi pada pasien lansia atau yang memiliki penyakit bawaan berbahaya. Namun, ancaman dari penyakit ini tidak bisa dianggap remeh agar pandemi tersebut dapat segera berakhir dan dunia kembali aman. 

Nah, untuk mendeteksi apakah seseorang terjangkit virus COVID-19, dunia medis sudah menemukan caranya. Dua metode untuk mendiagnosa virus Corona yang paling umum dilakukan adalah Rapid Test dan Swab Test. Pemerintah Indonesia sendiri pun tengah gencar melakukan tes deteksi virus tersebut kepada masyarakat.

Lantas, apa sih yang dimaksud dengan rapid test dan swab test yang beritanya selalu berlalu-lalang di media saat pandemi virus Corona ini? Bagaimana pula praktik dari kedua tes tersebut dan amankah untuk dilakukan? Untuk itu, agar pertanyaan seputar rapid test dan swab test tersebut terjawab, simak penjelasannya berikut ini. 

Baca Juga: Rapid Test: 15 Menit Deteksi Virus Corona? Ketahui 7 Fakta Penting Ini

Apa Itu Rapid Test dan Swab Test?

loader

Baru-baru ini, pemerintah Indonesia telah gencar melakukan rapid test atau tes cepat virus Corona pada masyarakat. Tujuan pemerintah melakukan tes tersebut adalah untuk menyaring masyarakat yang kemungkinan terjangkit dengan virus Corona dan memiliki gejala dari penyakit tersebut.

Namun, meski pemerintah sudah memesan ratusan ribu alat tes cepat virus Corona dan melakukan tes, sebagian masyarakat masih bingung membedakannya dengan swab test. Memang, masyarakat lebih mengenal swab test karena lebih dulu digalakkan oleh pemerintah. Jadi, tidak mengherankan jika ada yang menyamakan proses dan tingkat keakuratan diagnosa dari kedua metode tes COVID-19 tersebut.

Secara umum, yang dimaksud dengan rapid test atau tes cepat adalah metode yang digunakan untuk menscreening atau menyaring pasien yang terduga terjangkit virus Corona. Jadi, rapid test ini dilakukan hanya untuk penyaringan awal apakah seseorang kemungkinan sudah terjangkit virus Corona karena memang keakuratan tes tersebut masih tergolong kecil. 

Sedangkan untuk swab test adalah untuk mendiagnosis pasien yang diduga sudah terinfeksi dengan virus Corona. Tes swab inilah yang dapat menunjukkan apakah seseorang benar-benar terjangkit COVID-19 atau tidak dengan tingkat keakuratan cukup tinggi. Jadi, jika rapid test menunjukkan hasil positif namun negatif pada diagnosis swab test, maka hasil tes yang digunakan adalah dari tes swab, begitupun sebaliknya.

Perbedaan Pemeriksaan Rapid Test dan Swab Test 

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, rapid test adalah sarana awal untuk mendeteksi apakah seseorang terjangkit virus Corona atau tidak. Sedangkan swab test adalah metode pemeriksaan untuk membuktikan kebenaran dari rapid test tersebut dan menjadi hasil diagnosis terakhir.

Sebenarnya, mulai dari jenis sampel yang digunakan, cara kerja, dan lama waktu hasil tes keluar dari rapid test dan swab test memiliki perbedaan yang signifikan. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah perbedaan rapid test dan swab test.

 

Rapid Test

Swab Test

Jenis Sampel yang Digunakan

Untuk di Indonesia sendiri, sampel yang digunakan pada pemeriksaan tes cepat adalah sampel darah. Pemeriksaan rapid test ini tidak jauh berbeda dengan seseorang yang melakukan tes darah atau semacamnya.

Sampel yang digunakan adalah lendir pada bagian dalam hidung atau bagian dalam tenggorokan. Jadi, swab test ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah alat ke dalam hidung/tenggorokan hingga mendapatkan lendir sebagai sampel dari pemeriksaan tersebut.  

Cara Kerja

Virus akan diperiksa menggunakan IgG dan IgM pada darah. Bagi yang belum tahu, IgG dan IgM merupakan semacam antibodi yang dihasilkan oleh tubuh saat mengalami infeksi virus, dalam kasus ini adalah virus Corona. Dalam kata lain, jika jumlah antibodi tersebut bertambah, hampir dapat dipastikan tubuh tersebut tengah terserang virus. 

Melalui sampel darah yang diambil tersebut, petugas medis dapat mengetahui apakah pasien memiliki jumlah antibodi normal atau lebih tinggi. Jika hasil dari rapid test tersebut positif terdapat infeksi, maka pasien perlu melakukan tes lanjutan, yakni swab test. Tujuannya adalah untuk memastikan virus yang menginfeksi pasien tersebut adalah virus Corona atau bukan.

Pasien yang sudah lebih dulu melakukan rapid test dan hasilnya positif akan diambil sampel lendir pada hidung atau tenggorokan. Alasan mengapa lendir yang diambil berasal dari bagian tersebut adalah karena virus Corona menempel pada tenggorokan atau hidung. 

Setelah itu, sampel lendir tersebut akan diperiksa dengan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction atau PCR. Melalui metode PCR inilah dapat diketahui apakah pasien positif terjangkit virus Corona atau tidak. Jika terbukti positif, maka pasien harus mendapatkan perawatan medis yang ketat atau melakukan isolasi diri mandiri jika tidak ditemukan gejala yang membahayakan. 

Waktu yang DIbutuhkan untuk Mengetahui Hasil Tes

Sesuai dengan namanya, rapid test tidak membutuhkan waktu lama untuk bisa mengetahui hasilnya. Biasanya, hasil dari tes cepat tersebut dapat diketahui dalam waktu 10 hingga 15 menit saja. 

Sebaliknya, swab test yang memerlukan pemeriksaan PCR membutuhkan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari agar hasil tes keluar. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa rapid test dilakukan sebagai sarana deteksi awal penyakit COVID-19 pada masyarakat.


Meski begitu, tidak menutup kemungkinan pula hasil dari kedua tes tersebut membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa diketahui. Beberapa faktor penyebabnya adalah kapasitas pemeriksaan pada laboratorium masih penuh dan menyebabkan antrean pemeriksaan sampel tes. 

Baca Juga: Waspada Corona, Ini Aturan Penumpang Jarak Jauh Sarana Kereta Api dan Pesawat

Keunggulan dan Kekurangan Tes Cepat

Sudah dapat terlihat jika keunggulan dari tes cepat ini adalah hasil tes yang dapat diketahui dengan mudah dan cepat. Kecepatan dalam mengetahui hasil tes inilah yang membuat rapid test dijadikan sebagai metode pertama untuk mendeteksi pasien COVID-19. Namun, kekurangan dari melakukan tes cepat ini adalah hasil tes tidak dapat digunakan sebagai diagnosis virus Corona dan memerlukan pemeriksaan lanjutan.

Selain itu, pasien yang mendapatkan hasil negatif pada tes cepat juga disarankan untuk mengulang pemeriksaan tersebut dalam 7 sampai 10 hari ke depan. Sebab, bisa saja waktu melakukan tes cepat, antibodi belum terbentuk dalam tubuh padahal sudah terjangkit dengan virus Corona. 

Sebagai informasi, tubuh biasanya membutuhkan waktu sekitar 7 hari untuk dapat membentuk antibodi. Jadi, untuk memastikan hasil rapid test bukanlah false negative, pasien tersebut disarankan untuk melakukan tes ulang atau melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. 

Di sisi lain, tes cepat juga dapat memberikan hasil false positive, di mana pasien yang sebenarnya tidak terpapar virus Corona, tapi menunjukkan hasil yang positif. Oleh karena itu, pemeriksaan PCR perlu dilakukan untuk mengetahui apakah hasil positif pada tes cepat tersebut berasal dari virus Corona atau virus lainnya.

Keunggulan dan Kekurangan Swab Test dan PCR

Berbeda dengan rapid test, hasil pemeriksaan swab jauh lebih akurat dalam mendeteksi infeksi virus Corona. Akan tetapi, hasil dari swab test membutuhkan waktu cukup lama untuk bisa diketahui. 

Selain itu, pemeriksaan PCR hanya bisa dilakukan di laboratorium yang memiliki kelengkapan khusus. Jadi, jika kapasitas pemeriksaannya sedang penuh, hasil dari tes swab tersebut juga menjadi semakin lama karena harus mengantre.

Metode Pemeriksaan Swab Test dan PCR

Saling berkaitan, swab test dan PCR tidak dapat dipisahkan agar bisa mengetahui apakah seseorang terinfeksi virus Corona atau tidak. Swab test perlu dilakukan untuk memperoleh sampel yang kemudian diperiksa menggunakan metode PCR. 

Lalu, bagaimana sebenarnya pemeriksaan swab tersebut dilakukan? Berikut adalah tahapannya.

  1. Pasien tes swab harus berada pada posisi duduk dan nyaman.
  2. Tenaga medis akan mengarahkan kepala pasien sedikit ke atas dan memasukkan alat swab yang berbentuk menyerupai cotton bud namun dengan ukuran lebih panjang ke dalam hidung.
  3. Tenaga medis akan memasukkan alat swab tersebut hingga menyentuh bagian belakang hidung.
  4. Tenaga medis akan memastikan lendir terserap pada alat tes dengan menyapukannya secara perlahan.
  5. Dalam beberapa detik, alat tersebut akan dibiarkan berada pada bagian dalam hidung tersebut agar lendir dapat terserap dengan sempurna.
  6. Setelah itu, alat swab akan langsung dimasukkan ke dalam tabung khusus oleh petugas medis dan menutupnya.  
  7. Kemudian, tabung tersebut akan disimpan kembali pada wadah khusus yang kemudian akan dikirimkan ke laboratorium pemeriksaan PCR.
  8. Jika tidak memungkinkan untuk melakukan tes swab melalui hidung, tenaga kesehatan juga dapat melakukan tes tersebut melalui tenggorokan.

Setelah selesai melakukan tes tersebut, nakes akan melakukan pemeriksaan PCR. Pada intinya, PCR adalah pemeriksaan yang mencocokkan RNA atau DNA dari virus. Dalam kata lain, PCR adalah tes DNA yang dilakukan untuk virus.

Stay at Home dan Selalu Gunakan Masker Saat Keluar Rumah

Pandemi virus Corona tidak akan berakhir tanpa adanya kerjasama dari masyarakat di seluruh dunia. Oleh karena itu, agar penyebaran COVID-19 dapat segera berakhir, patuhi anjuran dari pemerintah untuk berada di rumah dan selalu gunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan. Dengan begitu, pandemi virus Corona ini dapat berakhir dengan lebih cepat dan memakan lebih sedikit korban jiwa.

Baca Juga: Meningkatkan Imunitas Tubuh, Kenali Jenis Empon Empon dan Khasiatnya