Mengintip Gebrakan Bos JNE Hadapi Arus Digitalisasi Lewat Transformasi Bisnis

Di usia ke-27 tahun, titik penjualan perusahaan ini telah menyebar di 6.800 lokasi dari Sabang sampai Merauke. Semakin dekat menjangkau masyarakat untuk memberikan layanan jasa pengiriman logistik terbaik. Begitulah kuote dari Mohamad Feriadi, Presiden Direktur PT TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE).

Feriadi adalah anak dari Soeprapto Suparno, pendiri JNE di tahun 1990 yang saat ini melanjutkan bisnis sang ayah. JNE merupakan divisi ekspedisi luar negeri dari perusahaan sebelumnya yang juga dirintis Soeprapto sejak 1970, PT Citra van Titipan Kilat alias TiKi.

Tongkat kepemimpinan JNE beralih ke tangan Feri begitu panggilan akrabnya setelah sang ayah wafat pada tahun 2015. Pria kelahiran 49 tahun silam itu, dinilai mampu menahkodai JNE karena kontribusinya selama 22 tahun di perusahaan. Meski berstatus anak si pemilik, peraih gelar MBA bidang marketing di Oklahoma University, Amerika Serikat ini memulai karier di JNE sebagai business development hingga akhirnya menduduki pucuk pimpinan.

Mempertahankan bisnis keluarga tidaklah mudah. Apalagi era digitalisasi saat ini telah mengubah perilaku maupun gaya hidup masyarakat. Bisnis serupa di bidang jasa pengiriman semakin menjamur seiring kehadiran e-commerce, persaingan kian ketat, sehingga JNE dituntut untuk terus berbenah dan berinovasi.

Bagaimana cara Feri meneruskan bisnis warisan sang ayah? Gebrakan apa saja yang akan dilakukan tahun depan? Yuk, simak hasil petikan wawancara Cermati.com dengan Bos JNE Mohamad Feriadi.

Baca Juga: Sarita Sutedja Blakblakan Resep Sukses Warunk UpNormal Cs

1. Apa amanat orangtua Anda kepada Anda soal bisnis JNE?

Orangtua saya selalu bilang, kita harus dekat dengan karyawan, pelanggan, dan paling penting dekat dengan Tuhan supaya kita mendapat perlindungan, petunjuk, dan bimbingan. Paling penting juga mendapat keberkahan. JNE tidak mencari banyak sedikit, tapi berkah atau tidak. Bagi saya itu yang lebih penting. Dalam banyak kegiatan, makanya kita selalu melibatkan anak yatim, berbagi dan memberi telah menjadi roh perusahaan.

2. Sejak 1996 bergabung di JNE, apa saja perkembangan JNE yang Anda lihat dari dulu sampai sekarang?

JNE berangkat dari core-nya adalah kurir, lalu permintaan konsumen berkembang. Perusahaan harus terus melakukan inovasi agar kita bisa menghadapi perubahan yang terjadi di masyarakat, baik itu dalam hal teknologi maupun business process. Contoh sederhananya, dulu perusahaan membangun jaringan fisik di awal, mempunyai (kantor) cabang, dan agen di seluruh Indonesia.

Sekarang punya fisik saja tidak cukup. Kita harus memiliki konektivitas antara satu jaringan dengan jaringan yang lain. Tujuannya apa? Supaya pelanggan tidak kehilangan informasi. Jadi melalui JNE, kiriman ini bisa di tracking (lacak) sehingga konsumen jadi tahu.

Di dunia e-commerce yang begitu ramai, orang belanja buru-buru mau tahu barang sudah sampai di mana sih? Kalau kita menjadi pelanggan salah satu marketplace saja, maka pertanyaannya sudah belanja, kapan nih barang saya sampai? Adanya konektivitas itu membuat kita memberikan realtime informasi kepada konsumen dan ini sangat membantu.

3. Berapa jumlah agen JNE sampai saat ini dan targetnya di 2019?

Kita menyebutnya Point of Sales (PoS). Jumlah PoS kita sekarang secara nasional ada 6.800 titik atau lokasi. Artinya, membuat JNE semakin dekat dengan masyarakat. Kebutuhan dari masyarakat, mudah-mudahan JNE menjadi pilihan utama karena JNE ada di sekitar masyarakat. Target pertumbuhan point of sales atau jaringan kita di sekitar 10-15% tahun depan. Sementara jumlah karyawan secara nasional sekitar 19 ribu orang (di luar mitra).

4. Inovasi atau gebrakan apa yang akan Anda lakukan untuk pengembangan bisnis tahun depan?

Tahun depan karena melihat pertumbuhan dan kebutuhan, tentu kita harus melakukan perubahan terhadap business process kita. Selama ini kita melakukan hal-hal operasional secara manual, seperti sortir barang, melakukan proses reshifting. Nah nantinya kita akan lakukan secara otomatisasi.

Kita sedang membangun satu otomatisasi, dan kita menyebutnya mega hub. Itu ada di daerah Tangerang. Jadi kalau lagi di jalan, mesin yang kita pakai untuk processing barang kiriman kita bisa memproses sampai 48 ribu kiriman per jam. Kalau sekarang masih sangat manual sekali. Kiriman JNE saat ini 7 kiriman per detik, itu manual ya. Jumlah kiriman kita sudah mencapai 20-21 juta per bulan.

Kenapa harus berubah? Karena pertumbuhan kita begitu cepat, maka tidak bisa dilakukan secara manual. Karena kalau banyak dan masih manual, tingkat error akan semakin tinggi. Tapi tetap masih ada jasa kurir, sebab untuk pengiriman kita tidak menggunakan teknologi drone, masih belum. Tetap masih butuh teman-teman rider, driver yang melakukan pengantaran. Untuk sistem otomatisasi ini sedang dalam proses.

Baca Juga: Modal Nekat, Ini Kisah Sukses Raam Punjabi Raja Sinetron Indonesia

5. Bagaimana prospek bisnis jasa pengiriman logistik di 2019?


JNE via Website JNE

 

Kalau bicara prospek bisnis, pasti ada peluang dan tantangan. Peluang tentu ada karena sekarang ini Indonesia sebagai negara kepulauan membutuhkan transporter dan perusahaan logistik yang dapat memindahkan barang dari satu daerah ke daerah lain. Potensi bisnis jasa pengiriman, dari pernyataan kawan-kawan yang bergerak di sektor e-commerce, penetrasinya baru 2-3% tahun lalu. Sedangkan tahun ini dan ke depan, penetrasi e-commerce terhadap ritel bisnis kita akan meningkat lebih besar lagi.

Untuk tantangannya, persoalan infrastruktur. Jadi kita meminta pemerintah menyiapkan infrastruktur, seperti jalan raya, pelabuhan, bandara, jalan tol. Tentunya pembangunan ini diiringi dengan peraturan yang dapat mengakomodir kepentingan pengusaha logistik, UMKM yang baru membangun bisnis, agar mempunyai daya saing.

6. Apa kunci sukses Anda dalam menjalankan bisnis keluarga hingga tetap eksis sampai sekarang?

  • Selain terus memberikan pelayanan yang baik, kita tetap harus menjaga nilai-nilai budaya yang sudah dilahirkan pendahulu kita. JNE sangat dekat dengan anak-anak yatim, sering berbagi, dan saya lihat sekarang banyak perusahaan yang tidak melakukan itu. JNE bisa seperti sekarang ini, berkat dedikasi karyawan, pelayanan yang baik, dan terus berbuat kebaikan
  • Pengembangan atau inovasi terus menerus supaya perusahaan tetap memiliki daya saing
  • Sedangkan untuk harga, JNE tidak akan ikut bersaing (harga murah). Istilah sekarang banyak orang bisnis modelnya “bakar duit”. Keuntungannya bukan untuk hari ini, tapi jangka panjang. JNE tidak seperti itu. JNE dilahirkan dari perusahaan yang sangat organik, sehingga kita harus memikirkan biaya pengeluaran, beban kita yang tetap harus diperhitungkan. Kita tetap mengutamakan pelayanan kepada pelanggan. Pelanggan itu nomor satu.
  • Kerja keras, tekun, dan menerapkan manajemen ikhlas. Karena terkadang manusia sering tidak bersyukur, padahal ikhlas itu penting dalam kondisi apapun.

7. Berapa modal yang dibutuhkan untuk wirausaha dengan menjadi agen atau mitra JNE?

Modal besar itu biasanya tempat. Jadi kalau tempat sudah menjadi milik, modalnya tidak terlalu besar. Gambarannya JNE, kalau sudah ada tempat, meja, beberapa karyawan 2-3 orang, motor, printer, komputer, dan timbangan sudah bisa mulai jalan. Modalnya tidak sampai Rp50 juta. Itu untuk individu tapi harus berbadan hukum, bikin Perusahaan Terbatas (PT).

Bagi hasil antara JNE dengan mitra untuk wilayah Jakarta misalnya, modelnya progresif. Kalau mereka mengantongi pendapatan antara Rp1-5 juta, maka akan mendapatkan bagi hasil 22%. Pendapatan Rp5-10 juta sebesar 25%, dan di atas Rp10 juta agen JNE memperoleh 30%.

Keunggulan JNE punya brand yang cukup kuat, sistem yang baik, dan karyawan diberi pelatihan. Saat ini membuka outlet JNE tidak seperti dulu pakai sistem radius. Sekarang lihat potensinya, kalau di suatu daerah memiliki potensi besar, agen bisa buka di sana, tentunya bisa bersaing secara sehat.

Jadi, buat yang mau merintis bisnis jasa pengiriman, carilah peluang usaha yang tidak memerlukan modal besar dengan prospek cerah untuk jangka panjang. Jika ingin bergabung menjadi mitra atau agen dari perusahaan logistik yang sudah ada, pilih perusahaan yang memiliki nilai-nilai serta karakter budaya masyarakat Indonesia.

8. Dalam menjalankan bisnis, apakah pernah kesulitan modal?

Setiap usaha pasti mengalami pasang surut dan menghadapi kendala butuh uang atau modal. Kita akan mencari jalan, tapi jangan sampai menyulitkan perusahaan di masa mendatang. Sekarang pemenuhan kebutuhan modal dari internal dan pinjaman perbankan. Tapi pinjaman pun kita batasi, tidak mau lebih besar daripada pendapatan.

Pengusaha Harus Bermental Baja

Namanya berbisnis pasti akan menemui kerikil-kerikil tajam. Namun di sini lah mental pengusaha diuji. Pesan Feri satu, harus selalu bersyukur dengan ujian tersebut. Ujian itu yang akan membuat seorang pengusaha kuat, dan mencari solusi atau jalan keluar dari setiap persoalan. Dengan bersyukur dan mengingat Tuhan, hidup akan selalu tenang dan mendapat keberkahan.

Baca Juga: Belajar Jadi Orang Kaya Dari Ruben Onsu, Pemilik Geprek Bensu