Siklus Akuntansi, Kenali Tahapan Utama hingga Cara Membuatnya

Bidang akuntansi memang memiliki peran yang sangat penting agar keberlangsungan sebuah perusahaan atau bisnis dapat terpantau dengan baik. Hal ini ditengarai karena akuntansi memiliki tujuan pokok sebagai penyedia informasi yang bisa digunakan untuk mengambil keputusan penting dalam memaksimalkan kinerja sebuah usaha.

Untuk bisa mendapatkan informasi yang diperlukan, seorang akuntan biasanya akan melakukan beragam kegiatan. Akuntan bertanggung jawab untuk mengumpulkan data dan mengolahnya secara sistematik dalam kurun waktu tertentu. Biasanya rangkaian tersebut dilakukan dalam periode satu tahun.

Proses akuntansi atau siklus akuntansi adalah kegiatan pengumpulan serta pengolahan data dalam satu kurun waktu. Dengan kata lain, siklus akuntansi dapat diartikan sebagai proses penyusunan laporan keuangan. Tentunya, laporan keuangan tersebut harus dibuat secara rinci dan dapat dipertanggungjawabkan.

Meski memiliki peran yang cukup penting, tak sedikit perusahaan, terutama yang berskala kecil hingga menengah, yang memutuskan untuk menyusun siklus akuntansi. Padahal, pencatatan alur keuangan biasa tidak cukup untuk bisa mengambil keputusan bisnis yang dapat membantu perkembangan operasional usaha. Untuk itu, bagi Anda yang berniat menyusun siklus akuntansi, simak tahapan pentingnya berikut ini.

Tahapan-tahapan Menyusun Siklus Akuntansi

 

Sumber: pahlevi.net

1. Mengidentifikasi Transaksi

Dalam menyusun siklus akuntansi, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan seluruh transaksi yang ada dalam satu periode tertentu. Anda perlu beragam sumber dokumen transaksi seperti faktur, kwitansi, penerimaan kas, dan lain sebagainya.

Pastikan bahwa Anda telah memiliki semua dokumen keuangan dalam kurun waktu yang ditentukan tersebut. Dengan begitu, laporan siklus keuangan akan menjadi rinci dan dapat dipertanggungjawabkan.

Baca Juga: Mau Jadi Pebisnis Sukses seperti David Beckham? Terapkan 4 Tips Berikut ini

2. Pindahkan Isi Jurnal Transaksi Akuntansi ke Buku Besar

Jurnal transaksi akuntansi adalah ringkasan dan catatan dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan atau usaha. Biasanya, wadah pencatatan dan ringkasan tersebut dinamakan buku jurnal.

Dalam melakukan pemindahan catatan di jurnal ke buku besar harus disesuaikan dengan jenis transaksi dan juga nama perkiraan dari masing-masing transaksi. Aktivitas pemindahan catatan dari jurnal ke buku besar ini juga seringkali disebut dengan istilah posting.

Selanjutnya, buku besar berisi kumpulan rekening pembukuan aktiva atau aset tertentu dari seluruh perusahaan yang berhubungan. Dengan begitu, laporan akuntansi dalam buku besar dapat menjadi satu kesatuan dan memiliki penjelasan yang lebih lengkap dan terperinci.

3. Penyusunan Neraca Saldo

Neraca saldo adalah kumpulan akun-akun aktif serta nilai saldonya. Isi dari neraca saldo tersebut berfungsi sebagai bukti bahwa di sisi debit dan juga kredit telah sama dan tidak berat sebelah. 

Dalam menyusun neraca saldo, Anda hanya perlu menyalin nilai saldo dari setiap akun pada buku besar. Meski terbilang mudah, Anda perlu menghitung jumlah saldo pada buku besar akan proses penyusunan neraca saldo bisa menjadi lebih mudah dan minim kesalahan.

4. Buat Jurnal Penyesuaian dan Mempostingnya pada Buku Besar

Apabila ada kekeliruan pada proses penjurnalan atau posting, Anda perlu membuat jurnal penyesuaian. Jurnal penyesuaian juga perlu dibuat untuk memastikan bahwa semua biaya dan pemasukan telah tercatat pada periode atau kurun waktu yang tepat.

Umumnya, ada beberapa poin atau ayat pada jurnal penyesuaian. Ayat yang pertama pada jurnal penyesuaian merupakan koreksi kesalahan pada proses penjurnalan. Setelah itu, Anda juga perlu mencatat penyusutan pada aset tetap.

Hal penyesuaian sewa yang dibayar di awal atau DP yang berubah ke beban sewa juga perlu Anda catat. Biasanya, perubahan tersebut ditengarai manfaatnya yang sudah digunakan atau terlampaui.

Ayat selanjutnya yang ada pada jurnal penyesuaian adalah perlengkapan yang diubah menjadi beban perlengkapan. Perubahan ini biasanya disebabkan karena perlengkapannya yang telah habis terpakai.

Selanjutnya, Anda juga perlu memeriksa pendapatan yang diperoleh di awal yang kemudian dihilangkan menjadi pendapatan layanan atau jasa. Anda dapat melakukan pencatatan ini dengan menyesuaikan produk atau jasa yang terjual.

Pencatatan pada jurnal penyesuaian ini terus Anda lakukan hingga semua kesalahan atau hal yang ingin dipastikan telah direvisi. Dengan begitu, Anda dapat membukukan jurnal penyesuaian yang tanpa kesalahan pada buku besar.

5. Penyusunan Ulang pada Neraca Saldo Pasca Membuat Jurnal Penyesuaian

Setelah membuat jurnal penyesuaian, Anda juga perlu menyesuaikan isi dari neraca saldo. Hal ini dikarenakan neraca saldo yang telah disesuaikan akan dijadikan sebagai sumber data awal untuk kegiatan penyusunan laporan keuangan.

Pada saat melakukan penyesuaian pada ayat di jurnal penyesuaian, akun-akun yang mengalami penyesuaian tentu memiliki nilai yang berubah. Inilah mengapa nilai saldo pada neraca saldo perlu untuk disesuaikan ulang dengan data yang sesuai dengan jurnal penyesuaian.

Tak perlu terlalu ribet, penyesuaian pada neraca bisa langsung Anda lakukan menjumlahkan maupun  mengurangkan nilai atau nominal pada akun yang bersangkutan. Dengan begitu, nilai saldo pada neraca saldo menjadi lebih akurat.

Baca Juga: 7 Cara Meningkatkan Daya Saing Bisnis

6. Susun Laporan Keuangan Sesuai dengan Informasi pada Neraca Saldo yang Telah Disesuaikan

Dalam menyusun laporan keuangan, Anda perlu mengisi beberapa penjelasan seperti laporan laba dan rugi, perubahan modal, dan juga neraca. Pada tahapan penyusunan laporan keuangan ini, Anda harus memindahkan informasi akun pada neraca saldo yang telah disesuaikan ke laporan keuangan. Pencatatan tersebut juga harus Anda sesuaikan dengan format dari laporan keuangannya.

Pada penjelasan laporan neraca, Anda harus mengisi posisi keuangan bisnis atau perusahaan. Mulai dari aset, utang, hingga modal di periode siklus akuntansi perlu Anda catat dengan rinci dan lengkap. Penyusunan laporan neraca juga cukup simpel karena Anda hanya perlu menulis data tabel neraca dan melakukan penyusunan di lembar neraca sesuai dengan bagian yang ada pada neraca.

Untuk laporan laba dan rugi, Anda menuliskan perhitungan dari pendapatan dan juga biaya atau pengeluaran perusahaan. Anda harus mencatat dan menghitung semua uang masuk perusahaan dan menguranginya dengan beban pengeluaran dalam proses mendapatkan pemasukan. Dalam kata lain, Anda harus mengurangi pendapatan yang diterima dengan biaya modal yang dikeluarkan agar pendapatan tersebut dapat diperoleh.

Sedangkan untuk laporan pada perubahan modal, harus menyajikan perubahan letak modal di perusahaan atau bisnis Anda. Perubahan modal dapat terjadi sebab ada penambahan modal atau prive, yakni pengurangan investasi dari pemegang modal bisnis atau perusahaan.

Selanjutnya, Anda dapat menambahkan hasil perubahan modal tersebut dengan laba dan rugi pada laporan laba dan rugi. Dengan begitu, Anda dapat mengetahui nominal modal perusahaan pada periode akuntansi tersebut.

Dua poin terakhir pada laporan keuangan adalah laporan arus kas dan catatan laporan keuangan. Untuk laporan arus atau aliran kas, Anda dapat menyajikan arus keluar masuk uang kas perusahaan. Anda dapat menuliskan aliran kas tersebut berdasarkan aktivitas investasi, pendanaan, dan operasional pada satu periode siklus akuntansi.

Catatan laporan keuangan berisi tentang informasi tambahan yang lebih terperinci dari akun tertentu. Tujuan dari adanya catatan laporan keuangan ini adalah agar nilai komprehensif laporan keuangan bisnis atau perusahaan menjadi lebih mudah untuk dimengerti.

Jadi, jika ada hal yang dirasa tidak mudah untuk dimengerti, Anda dapat memberikan penjelasan di catatan laporan keuangan tersebut.

7. Buat dan Bukukan Jurnal Penutup pada Buku Besar

Pembuatan jurnal ini berkaitan dengan penutupan informasi semua akun dengan laporan laba, rugi, dan juga laporan perubahan modal. Maksud dari membuat jurnal penutup adalah untuk menghindari risiko dilakukannya perhitungan kembali pada siklus akuntansi di periode selanjutnya. Dengan begitu, jurnal penutup mengakhiri akun perubahan modal, pendapatan, dan beban.

8. Membuat Neraca Saldo Pasca Penutupan

Maksud dari pembuatan neraca saldo penutupan ini adalah agar informasi akun telah imbang atau balance. Dengan begitu, kegiatan akuntansi di siklus selanjutnya dapat dimulai tanpa adanya kesalahan yang mungkin bersifat fatal. Penyusunan neraca saldo penutupan dilakukan dengan mencatat akun-akun yang masih mempunyai nilai saldo pasca dilakukan menyusun jurnal penutupan.

9. Pembuatan dan Pembukuan Jurnal Pembalik pada Buku Besar

Tahap pembuatan dan pembukuan jurnal pembalik pada buku besar ini menjadi tahapan yang terakhir pada pembuatan laporan siklus akuntansi dan umumnya dilakukan saat memulai periode siklus akuntansi yang baru. Anda juga dapat memutuskan untuk tidak menyusun jurnal pembalik jika dirasa tidak diperlukan dalam laporan siklus akuntansi periode tertentu.

Tujuan dari pembuatan jurnal pembalik adalah untuk menyederhanakan cara pencatatan transaksi. Biasanya, jurnal pembalik perlu dibuat jika terdapat catatan transaksi yang bersifat repetitif pada periode laporan akuntansi berikutnya. Hal inilah yang menyebabkan pembuatan dan pembukuan jurnal pembalik bersifat opsional. 

Laporan Siklus Akuntansi Membuat Kegiatan Perusahaan Lebih Efektif

Dengan memiliki laporan siklus akuntansi, Anda dapat mengetahui alur keuangan perusahaan Anda. Baik siklus akuntansi perusahaan dagang, siklus akuntansi perusahaan jasa, hingga siklus akuntansi perusahaan manufaktur.

Hal inilah yang membuat laporan siklus akuntansi perlu untuk dilakukan oleh pemilik perusahaan atau pelaku sebuah bisnis.

Pengambilan keputusan pada kinerja bisnis atau perusahaan juga menjadi lebih tepat dengan melihat laporan siklus akuntansi. Oleh karena itu, agar perusahaan atau bisnis yang Anda kelola dapat berkembang dengan lebih baik, jangan ragu untuk menyusun laporan siklus akuntansi.

Baca Juga: Cara Mudah Membangun Jaringan Usaha yang Luas